- Artikel ini ditulis dalam rangka menyambut #Muktamar48Aisyiyah di Surakarta pada 18-20 November 2022.
Oleh: Hening Purwati Parlan
Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah ke-48 akan dilaksanakan di Surakarta pada 18-20 November 2022 M bertepatan pada 23-25 Rabiulakhir 1444 H. Akan ada lokasi utama kegiatan Muktamar, yakni Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), GOR UMS, dan De Tjolomadoe.
Muktamar akan menjadi permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang merupakan momen memperkuat program organisasi, regenerasi, silaturahmi, dan kolaborasi warga persyarikatan. Muktamar Muhammadiyah kali ini mengusung tema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”, sedangkan Muktamar ‘Aisyiyah mengusung tema “Perempuan Berkemajuan, Mencerahkan Peradaban Bangsa”.
Hal-hal penting akan dibahas dalam Muktamar di antaranya adalah membahas laporan pertanggungjawaban PP Muhammadiyah-‘Aisyiyah Periode 2015-2022, program strategis, pemilihan PP Muhammadiyah-‘Aisyiyah, dan komitmen atau pikiran-pikiran Muhammadiyah-‘Aisyiyah terkait dengan isu kebangsaan, keumatan, dan kemanusiaan universal.
Selain itu telah dirancang agenda-agenda pendukung Muktamar atau disebut syiar muktamar di antaranya adalah seminar pra-muktamar, talkshow, dan expo yang secara spesifik mengangkat keunggulan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga riset Muhammadiyah yang berbasis di kampus dan sekolah, bazar ekonomi atau Muktamar Fair yang mengangkat UMKM, pameran seni dan budaya, tabligh akbar, serta penggalangan dana kemanusiaan. Diperkirakan banyak orang akan hadir dalam acara ini baik sebagai peserta maupun pengembira. Kemeriahan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh warga persyarikatan di Indonesia dan di seluruh dunia.
Baca Juga: Mendorong Ekofeminisme Lebih Maju dalam Gerakan Aisyiyah
Kegembiraan ini harus diikuti dengan kegembiraan bumi yang menyambut semua peserta di Solo dan tidak menodainya dengan merusak bumi serta mengotori dengan sampah. Sikap Etika Hijau Muhammadiyah, yakni lingkungan hidup merupakan anugerah Allah yang harus dipelihara, warga Muhammadiyah wajib melakukan konservasi sumber daya alam, warga Muhammadiyah dilarang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup dan bencana, serta mempraktikkan budaya bersih, sehat, dan indah harus diimplementasikan.
Kita semua sebagai warga Muhammadiyah harus bisa menampilkan jati diri warga persyarikatan dengan melaksanakan Etika Hijau Muhammadiyah yang kemudian dilaksanakan dalam hal-hal praktis yang dilakukan peserta maupun penggembira. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan adalah:
Pengurangan Sampah Plastik
Kita tidak boleh memperbanyak plastik di dunia, karena saat ini masyarakat dunia telah membuang 5 triliun sampah kantong plastik setiap tahunnya. Padahal plastik rata-rata hanya digunakan selama 12 menit sebelum dibuang. Data dari Making Oceans Plastic Free (2017) menyatakan rata-rata ada 182,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, bobot total sampah kantong plastik di Indonesia mencapai 1.278.900 ton per tahunnya.
Sampah kantong plastik menyumbang setidaknya 40 persen dari keseluruhan limbah plastik di Indonesia. Per tahunnya, 511.560 ton kantong plastik yang digunakan masyarakat Indonesia berakhir ke lautan. Parahnya sampah kantong plastic baru terurai pada 10-20 tahun, botol plastik baru terurai 450 tahun, dan styrofoam tidak dapat terurai.
Oleh karena itu, Muktamar ini baiknya menyerukan, pertama, seluruh peserta, penggembira, dan panitia diwajibkan membawa kantong belanja non plastik yang ringkas, mudah dilipat, dan berfungsi sebagai kantung. Bisa dari tas kain, goni atau daur ulang. Kedua, peserta membawa tempat minum sendiri/tumbler dan panitia menyediakan galon-galon air yang siap diminum. Ketiga, panitia menyerukan kepada semua pedagang untuk sebisa mungkin tidak menjual minuman botol atau menggunakan plastik dalam menjual minumannya.
Kurangi Sampah Makanan
Hal yang sangat menyedihkan adalah membuang makanan atau memubazirkan makanan. Kebiasaan menyediakan makanan yang sangat banyak dan mengambil makanan lalu tidak dihabiskan telah menjadi sumber masalah sampah makanan.
Data dari UNEP mencatat bahwa Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Dengan begitu, Indonesia merupakan negara pembuang makanan tertinggi di Asia disusul Filipina dengan menghasilkan 9,33 juta ton sampah makanan setiap tahun dan Vietnam yang menghasilkan sampah makanan sebanyak 7,35 juta ton per tahun.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah terbanyak di Indonesia, yakni 28,3% pada 2021. Selain makanan, yang terkait dengan sampah ini adalah kardus yang hanya bisa terurai selama 5 bulan dan kertas 2-3 bulan. Oleh karena itu bukan hanya makanan yang dijaga, namun juga perlengkapan makan yang harus diperhatikan.
Dengan demikian, Muktamar kali ini sebaiknya, pertama, panitia tidak menggunakan plastik dalam penyediaan makanan dan minuman. Kedua, panitia memberikan seruan atau spanduk kepada peserta dan penggembira agar mengambil porsi makan secukupnya sehingga tidak membuang makanan. Ketiga, sebaiknya peserta membawa tempat makan sendiri, sehingga setiap orang bertanggungjawab pada makanannya sendiri.
Sampah lainnya
KLHK mengakui bahwa pada 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,5 – 0,68 kilogram sampah per hari. Apabila kita perkirakan yang hadir 10.000 orang x 0.5 kg = 5.000 kg sampah perharinya dan akan mencapai 15.000 kg sampah selama tiga hari.
Dengan data ini, setiap orang sebaiknya bertanggung jawab pada sampah yang dihasilkan dan panitia dengan sigap menjadi pengingat. Misalnya ada panitia gerebek sampah, ada relawan yang selalu mengingatkan, namun juga menyiapkan lokasi pembuangan sampah yang sudah terpilah, dan koordinasi pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Membangun Momentum Mencintai Bumi
Kita semua semangat dan gembira menyambut Muktamar dan mari kita ikuti dengan memberi kegembiraan kepada bumi. Muktamar ini bisa menjadi momentum untuk aksi menjaga bumi dan implementasi spiritualitas dari keimanan kita. Mari kita wujudkan Green Muktamar.
*Ketua Bidang Lingkungan Hidup, LLHPB PP ‘Aisyiyah