Berita

GSM PWA Jawa Barat: Meningkatkan Takwa Lewat Ujian Sakit

GSM Jawa Barat

Bandung, Suara ‘Aisyiyah Bagi seorang muslim, sakit adalah sebuah ujian yang diberikan Allah sebagai sarana kenaikan tingkat. Hal ini sesuai dengan makna firman Allah ta’ala Q.S. al-Anbiya ayat 35 yang menyebutkan bahwa setiap jiwa yang bernyawa pasti akan diberikan ujian berupa cobaan dan kenikmatan.

Menyikapi hal itu, Agus Sukaca selaku narasumber dalam kegiatan Gerakan Subuh Mengaji mengajak jamaah untuk belajar menyikapi ujian sakit agar mendapat ridha Allah. Dengan tema besar “Amalan-amalan yang Menguatkan Kesehatan Lahir dan Bathin”, Agus mengupas tuntas bagaimana seorang muslim mengatasi sebuah ujian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sakit bermakna perasaan tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), kata sakit bermakna kondisi cacat atau kelainan yang disebabkan oleh gangguan penyakit, emosional, intelektual, atau sosial. Menurut Agus, sehat dan sakit adalah keadaan yang dialami manusia secara silih berganti, dan merupakan sifat alamiah manusia.

Baca Juga: Manfaat Air Kelapa untuk Kesehatan

Ia mengatakan ada dua respons seorang hamba ketika sakit, yaitu respons negatif dan positif. Ketika seorang hamba merespons rasa sakit dengan respons negatif seperti berkeluh kesah, berprasangka buruk kepada Allah, atau bahkan sampai berputus asa, maka rasa sakit itu akan semakin bertambah.

Lebih lanjut, Agus menjelasakan bahwa ketika respons kita mengarah ke negatif, maka akan menaikkan hormon adrenalin/noradrenalin yang berakibat dalam peningkatan perasaan khawatir, vasokontruksi (pembuluh darah menyempit), hipertensi, jantung koroner, dan segala akibat buruk lainnya.

Beda halnya dengan respons positif. Ketika seorang hamba merespons rasa sakit dengan respons positif, maka akan meningkatkan hormon endoferm (hormon kebahagiaan) yang menimbulkan rasa nyaman dan bahagia, serta mengoptimalkan pabrik obat dalam tubuh sehingga mempercepat proses pemulihan.

Menurut Agus, kunci untuk mendapatkan kesehatan jiwa dan raga adalah ridha dan sabar atas ketentuan Allah apapun yang terjadi, meskipun itu adalah peristiwa buruk. Menerima rasa sakit dengan ikhlas sembari melakukan upaya-upaya kesembuhan, melalui pihak-pihak yang kompeten seperti dokter, klinik, dan rumah sakit.

“Bersama kesulitan itu ada kemudahan, Inilah kondisi jiwa yang seharusnya kita miliki untuk menjaga tingkat kepasrahan total kepada Allah yang dengan kepasrahan itu kita dapat menikmati apapun yang terjadi pada kita, serta akan membawa kita mejadi orang-orang yang baik di sisi Allah,” tutur Agus menutup materi, Jumat (2/9). (fathiyya)

Related posts
Berita

Spirit Kepahlawanan Muhammadiyah Harus Terus Dihidupkan

  Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Spirit kepahlawanan dalam sejarah Muhammadiyah dan relevansinya dengan kehidupan modern menjadi sorotan penting yang diangkat oleh dosen…
Berita

Refleksi Kemerdekaan Indonesia ke-79: Problematika Negara Masih banyak

Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat angkat momen kemerdekaan sebagai tema kajian kali ini. Uum…
Berita

GSM Adakan Kajian Kebencanaan Bahas Dinamika Kaum Rentan

Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan resiko bencana yang sangat tinggi. Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *