Banyuasin, Suara ‘Aisyiyah – PP ‘Aisyiyah bersama Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sumatera Selatan dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Banyuasin mengadakan program Inklusi, pada Kamis (16/6). Kegiatan ini diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 1 Pangkalan Balai, Banyuasin.
Turut hadir unsur Kecamatan, Kepala Desa, Puskesmas, KUA, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemangku kepentingan setempat. Program ini dianggap penting dalam rangka pemetaan problem stunting dan perkawinan anak untuk peningkatan derajat kehidupan perempuan miskin.
Kepala Desa Makarti yang hadir dalam kegiatan ini mengatakan bahwa problem stunting yang dihadapi oleh warganya memang benar adanya. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya pendidikan, kurang gizi, dan soal kebersihan. Selain itu juga ditemukan di lapangan masih banyak anak-anak yang kekurangan ASI.
Persoalan perkawinan usia dini juga menjadi perhatian salah satunya dikarenakan pengaruh dari pergaulan bebas. Salah satu pengelola Puskesmas Pangkalan Balai juga mengatakan bahwa ditemukan warga yang mengidap penyakit HIV dan Sipilis. “Pendekatan yang sudah kami lakukan melalui penyuluhan-penyuluhan dan konsultasi secara langsung,” ungkapnya.
Baca Juga: Aisyiyah dan Relevansi Pendekatan GEDSI dalam Program Pencegahan Perkawinan Anak dan Stunting
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris PP ‘Aisyiyah Tri Hastuti Nur Rochimah sekaligus Peneliti Inklusi Pusat didampingi Nur Faidati mengatakan bahwa melakukan kerja sama dengan dinas-dinas terkait penting sekali. Penanganannya pun juga perlu memperhatikan faktor kondisi lingkungan dan faktor pengasuhan.
“Stunting itu kan merupakan isu jambanisasi juga. Mungkin kita bisa komunikasikan dengan PU dan penyuluhan kepada warga agar mau dibuatkan program jamban,” kata Tri.
Ia melanjutkan, kesediaan fasilitas sanitasi air yang baik juga penting. Selain itu, pendekatan kepada ibu-ibu juga harus menggunakan pendekatan yang apresiatif, seperti memberikan penghargaan yang ditandatangani oleh bupati atau kepala dinas. Tidak kalah penting adalah bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama agar menceramahkan soal makanan yang halal dan thayyib (baik).
Saat ini, ‘Aisyiyah juga mengembangkan program Rumah Gizi dengan melakukan penanaman sayuran di rumah-rumah. “Selain urusan keluarga, perempuan juga sangat berperan dalam hal ekonomi, khususnya UMKM. Maka perlu di-support,” ujarnya.
Tri mengatakan, ‘Aisyiyah berharap agar perempuan dapat diberikan kesempatan untuk berperan di ruang-ruang publik agar isu-isu soal perempuan bisa diatasi bersama-sama. “Setelah kita lakukan pemetaan masalah, maka kita akan lakukan solusi program pemberdayaan dengan berkolaborasi dengan banyak pihak,” tutup Tri Hastuti. (aditya/sb)
1 Comment