Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menetapkan tanggal 16 Oktober sebagai Hari Pangan Sedunia atau World Food Day. Tujuan utama Hari Pangan Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat terhadap pentingnya mengatasi masalah pangan di tingkat global, regional, dan nasional.
Melansir dari fao.org, Hari Pangan Sedunia 2023 mengusung tema ”Water is Life, Water is Food. Leave No One Behind”. Tema tersebut bertujuan untuk mengamati peran penting air bagi kehidupan dan sebagai sumber makanan. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat akan pentingnya pengelolaan air yang baik seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, pembangunan ekonomi, urbanisasi dan perubahan iklim yang mengancam ketersediaan air.
Akhir-akhir ini, Indonesia sedang diterpa musim panas panjang efek dari fenomena El Nino. Dilansir dari bmkg.go.id, 63% wilayah di Indonesia diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami kekeringan yang ekstrem. Akibatnya, lahan pertanian yang sangat mengandalkan air mengalami kekeringan sehingga menyebabkan gagal panen. Untuk mengatasinya perlu dilakukan panen hujan, gerakan hemat air, dan menyiapakan penampungan air.
Kondisi kemarau panjang harus diantisipasi dengan ketahanan pangan komoditas utama, yaitu ketersedian stok beras. Selain beras, juga tersedia komoditas lain seperti daging ayam, daging kerbau, dan daging sapi yang perlu diperhatikan.
Mengutip dari pu.go.id, Pemerintah melalui Kementrian PUPR telah membangun 37 sumur bor baru yang tersebar di 19 provinsi. Selain itu Pemerintah juga melakukan rehabilitasi 25 sumur bor eksisting di 11 provinsi. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi kekeringan pada musim kemarau yang akan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat.
Upaya Mitigasi Menghadapi Kekeringan
Untuk menghadapi ancaman kemarau yang panjang, perlu adanya persiapan. Masih menukil dari bmkg.go.id, Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Suharyanto menjelaskan ada 2 upaya BNPB dalam menghadapi kekeringan. Pertama, mengimbau kepada wilayah untuk menjamin ketersediaan air di daerah terutama di wilayah yang diperkirakan akan terjadi kekeringan parah.
Kedua, mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Saat ini, BNPB melalui angkatan darat telah mempersiapkan dan memodernisasi peralatan untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran. Untuk meminimalisir dampak kekeringan ini, butuh adanya kerja sama dari berbagai pihak baik kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Upaya Mitigasi oleh Masyarakat
Beberapa upaya mengurangi dampak kekeringan yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang dilansir dari bpbd.jogjaprov.go.id, yaitu:
Pertama, memanfaatkan sumber air yang ada secara efektif dan efisien. Kedua, memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang tersedia untuk keperluan air baku dan air bersih. Ketiga, menanam pohon sebanyak-banyaknya di lingkungan kita. Keempat, dengan bekerjasama membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Kelima, melakukan panen air, yaitu pengumpulan atau penampungan air hujan atau air pada aliran saat curah hujan tinggi, dan konservasi air, yaitu menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Keenam, membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air.
Ketujuh, menyediakan air bersih dengan mobil tangki yang sudah disediakan oleh dinas terkait. Kedepalan, dengan melakukan penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan. Kesembilan, menyediakan pompa air dengan melakukan pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat seperti gilir giring.
Selaras dengan tema Hari Pangan Sedunia 2023, air memegang peranan penting karena membentuk lebih dari 50% tubuh makhluk hidup, menutupi sekitar 71% permukaan bumi, dan menjadi tenaga manusia, perekonomian dan alam, serta fondasi pangan. Sehingga masyarakat diharapkan untuk lebih bijak dalam menggunakan air, dengan begitu kebutuhan pangan pun dapat terpenuhi. (aninda)