PerempuanSosial Budaya

Ibu yang Berkesadaran: Refleksi Gerakan ‘Aisyiyah

 

Oleh: Rachminawati

21 April adalah hari yang Istimewa dan bersejarah bagi bangsa Indonesia karena di hari ini kita memperingati Hari Kartini. Peringatan ini adalah bentuk penghormatan atas perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya dalam pendidikan dan kemerdekaan berpikir.

Bagi kita di lingkungan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, peringatan ini selalu menjadi momentum untuk meneguhkan dan menguatkan kembali peran perempuan dalam membangun peradaban Islam berkemajuan yang dimulai dari rumahnya, lingkungan sekitarnya, bangsa dan negaranya. Perannya ini tidak akan ada tanpa adanya kehadiran dari seorang ibu yang berkesadaran.

Ibu yang berkesadaran adalah ibu yang tidak hanya menjalankan perannya sebagai ibu begitu saja, tetapi seorang ibu yang memiliki pemahaman penuh tentang peran dirinya sebagai Ibu peradaban. Ibu yang bukan sekadar pelengkap sosial, pendamping suami, tetapi merupakan pusat pendidikan, penggerak perubahan, dan penjaga nilai-nilai utama kehidupan.

Dalam rumah tangga, seorang ibu bukan hanya bertugas mengurus kebutuhan jasmani anak-anak, tetapi menjadi madrasah pertama yang menanamkan tiga nilai utama: iman, adab, dan ilmu. Nilai-nilai yang fundamental yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi manusia dewasa yang insan kamil, yang berkemajuan.

Aisyiyah sejak awal berdirinya pada 1917 telah menempatkan perempuan dalam posisi strategis untuk memajukan umat. Melalui berbagai amal usaha, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, hingga dakwah sosial, Aisyiyah menegaskan bahwa perempuan Islam bisa dan harus menjadi penggerak peradaban. Dalam visi “Membentuk Perempuan Berkemajuan untuk Mewujudkan Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya,” jelas bahwa kesadaran menjadi ibu bukan peran pasif, melainkan peran ideologis dan kultural yang bernilai tinggi di mata Islam. Ibu yang berkesadaran adalah ibu yang memahami bahwa mendidik anak di zaman ini tidak cukup hanya dengan cinta dan doa, tetapi juga dengan pemahaman ilmu dan kemajuan zaman, serta dengan ketangguhan iman.

Iman, Adab, dan Ilmu: Tiga Pilar Tak Tergantikan

Zaman terus melaju, teknologi terus berkembang dalam hitungan detik, informasi sampai secepat kilat, sehingga cara manusia hidup pun selalu berubah mengikuti perubahan zaman tersebut. Namun, di tengah derasnya arus perubahan itu, ada tiga hal yang tetap dan harus selalu menjadi acuan kita dalam merespon perubahan yang terjadi. Tiga hal itu adalah: iman, adab, dan ilmu.

Kemajuan zaman sejatinya adalah sebuah keberkahan, jika disertai kesadaran dan kehadiran tiga hal yang tetap tadi. Tanpa itu, kemajuan justru bisa menjadi kekosongan atau bahkan menghancurkan. Maka, di sinilah peran penting para ibu: untuk hadir, memandu, dan menjaga arah berdasarkan tuntunan iman, adab dan ilmu.

Baca Juga: Silaturahim KemenPPA dan ‘Aisyiyah Perkuat Sinergi Isu Perempuan Anak

Iman adalah pondasi utama. Dalam dunia yang begitu bising dengan informasi, ibu berperan mengajarkan makna hidup yang lebih dari sekadar pencapaian duniawi. Ia menanamkan tauhid sebagai dasar berpikir dan bertindak. Ia menghadirkan Allah dalam narasi harian keluarga mulai dari hal sederhana sampai hal yang kompleks. Bukan sebagai dogma, tetapi dengan keteladanan, yang kemudian akan melahirkan generasi yang cinta Tuhan dan agamanya dengan penuh cinta dan kesadaran.
Adab adalah penopang martabat manusia.

Ibu yang berkesadaran, sadar bahwa kesuksesan sejati bukan hanya soal nilai akademik, tetapi tentang adab dan karakter. Maka ia menanamkan rasa hormat, tanggung jawab, sopan santun, dan berkasih sayang sejak dini. Ia menjadi contoh nyata bagaimana adab ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu menjadi petunjuk dan Kompas untuk terus bertumbuh. Ilmu yang dimaksud adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Dunia berubah cepat dan segala hal pun berubah. Ibu harus sadar mengkuti perubahan tersebut. Ibu harus belajar hal baru, mengikuti perkembangan teknologi, memahami cara mendidik anak di era digital, hingga menjembatani dunia anak-anaknya dengan hikmah. Bukan menjauh dari perubahan tersebut.

Yang harus dilakukan oleh ibu adalah bagaimana menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah itu sebagai petunjuk dan Kompas nilai dan moral dalam perubahan tersebut karena Al-Quran dan As-Sunnah adalah petunjuk sepanjang masa. ibu yang berkesadaran, Ia tahu, sejauh apa Ia dan anak-anaknya merespon perubahan zaman tersebut untuk keberkahan dan kemajuan ummat manusia. Kemajuan sejati adalah ketika iman, adab, dan ilmu tetap menjadi bintang penunjuk arah yang membawa perubahan tersebut ke arah kemajuan dan peradaban tinggi.

Kartini Masa Kini adalah Perempuan ‘Aisyiyah

Kartini masa kini adalah perempuan yang tidak terjebak pada romantisme masa lalu, tetapi hadir aktif dalam membangun masa depan. Ia bukan hanya menginspirasi lewat cerita, tapi memberi dampak lewat aksi nyata. Ia bisa menjadi seorang guru TK ABA, dosen, kader posyandu, pengasuh panti, penggerak UMKM, politisi, birokrat atau ibu rumah tangga yang mendidik anak-anaknya dengan sepenuh cinta dan kesadaran.

Perempuan ‘Aisyiyah sejatinya adalah Kartini masa kini: seorang ibu terbaik untuk anak-anaknya, istri solehah pendamping suaminya, dan perempuan yang mampu berkontribusi nyata di masyarakatnya. Tidak menutup diri dari perubahan, selalu terbuka terhadap kemajuan, namun tetap menjaga fitrahnya sebagai ibu peradaban. Hari Kartini bukan sekadar selebrasi, tapi panggilan untuk kembali menyadari bahwa dari rahim ibu yang berkesadaranlah akan lahir generasi yang siap memikul peradaban dan berkemajuan.

*Penulis adalah Anggota Majelis PAUDASMEN PWA Jawa Barat sekaligus Pegiat Pendidikan Berbasis Fitrah dan Dosen HI FH Unpad

Related posts
Pendidikan

HARDIKNAS 2025: Peran ‘Aisyiyah Mengembalikan Kesejatian Pendidikan

Oleh: Rachminawati Pagi itu, Bu Siti, seorang ibu di desa kecil di Jawa Barat, memulai harinya seperti biasa. Menyiapkan sarapan bersama dengan…
Berita

Kebidanan UMPP Gaungkan Semangat Emansipasi Lewat Apel Hari Kartini 2025

Pekalongan, Suara ‘Aisyiyah — Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Prodi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) menggelar apel…
Berita

Silaturahmi Idulfitri PDA Sleman dalam Bingkai Semangat Kartini

Sleman, Suara ‘Aisyiyah – Bertempat di Rumah Dinas Bupati Sleman pada Ahad (20/4/25) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Sleman menggelar Syawalan seluruh anggota…

5 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *