Berita

ICAS 2020 : Perlu Ada Warna Baru dalam Historiografi Tokoh Lokal ‘Aisyiyah

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah- Untuk menjaga sejarah ‘Aisyiyah agar dapat terus  mencerahkan peradaban dengan segala kiprahnya dari tingkat ranting hingga pusat, Siti Syamsyiatun mengungkap, bahwa “Perlu untuk memberikan warna baru dalam penulisan historiografi keumatan baik umat Islam di Indonesia, maupun kebangsaan,” paparnya dalam Webinar Series #3 “Reading the Historical Root of ‘Aisyiyah” International Conference on Aisyiyah Studies (ICAS) tahun 2020, (17/10).

Muarif pun menuturkan hal yang sama, bahwa mengekspos tokoh-tokoh lokal ‘Aisyiyah adalah penting. Karena menurutnya, narasi historis yang berkembang selama ini di ‘Aisyiyah lebih banyak berbicara tentang tokoh-tokoh pimpinan pusat. Sedangkan, partisipasi kader tingkat dibawahnya atau wilayah pinggiran (periphery) yang juga sangat menentukan, kurang mendapatkan porsi yang cukup.

“Padahal, kekuatan ‘Aisyiyah itu ada di pinggiran, seperti jangkar yang kekuatannya di pinggir. Pusat berada di pucuk dan tidak bisa hadir tanpa adanya pinggir-pinggiran yang berada di daerah-daerah tadi,” pungkasnya. Muarif juga mencontohkan seperti Marakati Drijowingso, Siti Sjamsijah, Siti Sofiyah dan tokoh lokal lainnya yang begitu berjasa bagi pergerakan namun asing terdengar di telinga kalangan Muhammadiyah pun di ‘Aisyiyah sendiri.

Senada dengan itu, Muthiah Amini memaparkan bahwa gerakan-gerakan ‘Aisyiyah yang telah melakukan aksi besar, tidak banyak hadir dalam historiografi Indonesia, maupun di kurikulum Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Perihal apa yang sudah dilakukan ‘Aisiyah di akar rumput. Juga penulisan sejarah yang masih sedikit menulis peran-peran perempuan dalam diskursusnya.

Seperti peran ‘Aisyiyah dalam mengelola TK ABA (‘Aisyiyah Bustanul ‘Athfal) dan PAUD. Menurutnya, Gerakan TK dan PAUD dalam ‘Aisyiyah menjadi gelombang pertama social movement yang dilakukan ‘Aisyiyah, ditambah lagi dengan perkembangan universitas-universitas ‘Aisyiyah yang bisa pula memunculkan gerakan sosial baru kedepannya.

Mengakhiri presentasinya Muthiah menyebutkan ada 2 permasalahan yang perlu diperhatikan, yaitu : Pertama, perlu ada pendokumentasian yg utuh dari sejarah ‘Aisyiyah dari semua level. “Bahwa ‘Aisyiyah telah melakukan social movement yang sangat besar,” ucapnya.

Kedua, yaitu sisi historiografi, problem historiografi adalah tulisan sejarah masih sangat maskulin. “Kita tidak pernah melihat pentingnya sejarah perempuan dalam historiografi kita, kalau kita tidak mulai dari ‘Aisyiyah sendiri, kita akan hanyut dari peta historiografi yg telah ada,” tutur akademisi dari Universitas Gadjah Mada ini.

Hadir pula Verena Meyer dari Columbia State University, ia seorang peneliti yang telah banyak mempelajari tentang Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Verena menjelaskan secara teoritis tentang makna hubungan sejarah dan modernitas dari pandangan Filusuf Kontemporer dari Jerman, Jurgen Habermas.

Menurutnya, etika diskursus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah cukup mirip dengan apa yang dikemukakan Habermas. Yakni, tidak bisa lepas dari masa lalu, bentuk sejarah dan isi sejarah atau hal yang insidental dan esensial harus dipisahkan sehingga hal-hal esensial dapat diterapkan pada keprihatinan dan permasalahan masa kini. Dorongan untuk menjaga dialektika antara kontinuitas dan perubahan sudah dilakukan oleh Muhammadiyah (begitu juga ‘Aisyiyah) dari awal berdirinya, yaitu melalui proses komunikatif seperti diskusi-diskusi yang sering diadakan di persyarikatan.

“Kalau kita tidak menuliskan kearifan-kearifan oleh ibu-ibu kita dan menerbitkannya, maka kearifan itu akan musnah seiringnya wafatnya beliau. Mari kita observasi, kita dengarkan, kita tulis, kita analisa dan kita publikasikan kisah-kisah yang arif dari para perempuan ‘Aisyiyah di mana pun, kapan pun melalui ICAS,” ajak Siti Syamsyiatun dalam menutup presentasinya.

Konferensi kali ini cukup inklusif karena terdapat juru bahasa isyarat yang memudahkan peserta penyandang disabilitas untuk memahami apa yang disampaikan pemateri-pemateri dalam acara ICAS. (Dilla)

 

Related posts
Berita

ICAS 2020 : Muhammadiyah - ‘Aisyiyah Dukung Pentingnya Pendidikan Tinggi Bagi Perempuan

Yogyakarta, Suara Aisyiyah- Bicara tentang pendidikan bagi perempuan di Indonesia, Muhammdiyah dan ‘Aisyiyah telah berkontribusi besar pada pemberian akses pendidikan bagi perempuan….
Berita

ICAS 2020 : Menyiapkan Generasi Muda ‘Aisyiyah yang Tangguh

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah- Aisyiyah  secara resmi membuka forum International Conference on ‘Aisyiyah Studies (ICAS) 2020 pada Sabtu (3/10). Forum yang diadakan secara…
Berita

Lewat ICAS 2020, ‘Aisyiyah Bangun Sistem Pengetahuan Umat

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah- Di tengah deru pandemi, kesyukuran dan kesabaran membuat ‘Aisyiyah menjadi semakin matang, dan bijak menghadapi tantangan dan mengambil peluang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *