Berita

Iklim Birokrasi Belum Mendukung, Revolusi Mental Harus Dimulai oleh Para Pemuda

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Guna membangun karakter bangsa Indonesia yang berintegritas, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo mengagendakan gerakan revolusi mental. Tri Mumpuni selaku Tim Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental Kemenko PMK RI menjelaskan, revolusi mental merupakan perubahan perilaku dari kurang baik dan tidak membawa manfaat ke arah yang lebih baik dan kontributif.

“Yang dulunya tidak baik, yang dulunya tidak membawa manfaat, yang dulunya bahkan merugikan, itu semua berubah menjadi mental yang mampu berkontribusi, yang mampu mewujudkan cita-cita kemakmuran Indonesia,” ujarnya Rabu (15/12).

Pernyataan itu ia sampaikan dalam diskusi bertajuk “Revolusi Mental dan Gerakan Sosial” melalui kanal YouTube @tvMu channel. Tri menyampaikan, prinsip hidup yang harus dimiliki setiap orang adalah: khair an-nas anfa’uhum li an-nas. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Tri melanjutkan, revolusi mental sejatinya mengarahkan bangsa Indonesia mencapai kemakmuran, yang mana tidak terdapat kelompok masyarakat yang tergolong kategori miskin. “Jadi kita harus melakukan ikhtiar-ikhtiar yang membawa masyarakat miskin menjadi manusia yang berdaya dengan membuat sistem ekonomi yang berkeadilan dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mampu memakmurkan rakyat,” tegasnya.

Baca Juga: Pendidikan Karakter Takwa dalam Keluarga Sakinah

Dengan begitu, maka rakyat Indonesia akan mendapatkan kemakmuran, akses atas ekonomi yang berkeadilan, dan mendapatkan tempat dalam susunan masyarakat di Indonesia dengan layak. “Itu kunci kalau kita bicara soal revolusi mental,” imbuh Tri.

Tanpa memberikan kemakmuran rakyat Indonesia secara keseluruhan, menurut dia, revolusi mental belum dapat dikatakan berjalan secara keseluruhan.

Dalam konteks ini, Tri menekankan bahwa semestinya orang-orang yang mendapatkan amanah adalah mereka yang terlebih dahulu harus terevolusi mentalnya. Sebab jabatan yang dia dapat dan emban merupakan anugerah Allah yang bisa menjadi tools atau alat untuk memakmurkan orang lain atau rakyat. “Selama jabatan itu tidak dipakai untuk memakmurkan rakyat, revolusi mental belum berjalan sepenuhnya,” katanya.

Meski begitu, perempuan asal Semarang itu menyampaikan bahwa untuk memulai Gerakan Nasional Revolusi Mental, pihak yang harus memulai adalah para pemuda. Sebab, kata dia, iklim birokrasi di Indonesia belum mendukung indikator ketercapaiaan revolusi mental.

“Sudah kita buktikan, bahwa apa yang disebut birokrasi itu masih rumit, masih terkotak-kotak, sektoral, berpergang pada tupoksi, yang ujung-ujungnya tidak mampu menyentuh apa yang dibutuhkan rakyat,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia menaruh harapan besar bagi para pemuda, termasuk mereka yang berani melakukan akselerasi dan perubahan di aras sosial-kemasyarakatan. Menurut Tri, yang terlebih dahulu perlu direvolusi dari kalangan pemuda ini adalah karakter dan mindset-nya, sehingga mereka mempunyai kesadaran sosial, kesadarn tentang apa yang sedang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat di sekelilingnya. (sb)

Related posts
Muda

Menuju Indonesia Emas 2045: Peran Pemuda sebagai Agen Perubahan dalam Mewujudkan Visi Bangsa

Indonesia dengan keragaman budaya dan kekayaan sumber daya alamnya telah menorehkan jejak yang membanggakan dalam sejarah dunia. Perjalanan panjang telah dilalui oleh…
Aksara

Merenungkan Indonesia Lahir dan Batin

Oleh: Muhammad Ridha Basri* Judul                : Indonesia, Ideologi, dan Martabat Pemimpin Bangsa Penulis             : Haedar Nashir Penerbit          : Suara Muhammadiyah dan Buku…
Berita

Majelis Dikdasmen, Lazismu, dan Ashoka Indonesia Inisiasi Program GAHARU Muda

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Anak muda merupakan bagian terpenting dari sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *