Berita

IMM Blue Savant Nonton Bareng Sang Pencerah dan Bicarakan Soal Kelahiran Muhammadiyah

IMM Blue Savant

Surabaya, Suara ‘AisyiyahBidang Kader Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Blue Savant Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menyelenggarakan Follow Up Terapi Visi pada Jumat-Ahad (3-5/3) dalam rangka pengembangan keilmuan kader IMM Blue Savant setelah mengikuti kegiatan Terapi Visi atau Pra-Darul Arqom Dasar (DAD).

Follow up Terapi Visi ini dilakukan selama 3 hari dengan 3 materi, yakni Keislaman, Kemuhammadiyahan, dan KeIMMan. Di hari pertama, disampaikan materi keislaman dengan tema “Pengejewantahan Segitiga Sama Sisi Ala Kader IMM”, di mana dengan adanya materi ini harapannya peserta mampu memahami dan menjelaskan tentang segitiga sama sisi atau trilogi Islam, yaitu ada iman, islam, dan ihsan.

Di hari kedua ada materi Kemuhammadiyahan. Ada hal yang menarik di dalam materi Kemuhammadiyahan. Sebelum pemateri menyampaikan materinya, ada Nonton Bereng (Nobar) Film “Sang Pencerah” karya Hanung Bramantyo yang tayang dan sukses di bioskop pada 2010 lalu. Kemudian di hari ketiga adalah materi keIMMan dengan tema “Mengupas Deklarasi Kota Barat”.

Kegiatan Follow up pada Sabtu (4/3) dengan materi Kemuhammadiyahan mengangkat tema “Menyoal Kelahiran Muhammadiyah (Bagaimana, Mengapa, dan untuk Apa?)” disampaikan oleh Akhlis Nasta’inul Firdaus, Ketua Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik (HPKP) Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya.

Konsep Follow Up Terapi Visi kali ini melakukan terobosan baru dengan adanya pengantar film “Sang “Pencerah terlebih dahulu sebelum memulai materi Kemuhammadiyahan tersebut agar para peserta tertarik untuk datang di kegiatan IMM Blue Savant.

Baca Juga: Muda-Mudi Muhammadiyah

Akhlis menyampaikan, Muhammadiyah saat ini sudah berusia lebih dari 100 tahun. Muhammadiyah kini menjadi Persyarikatan sekaligus gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar sekaligus pencerahan berasaskan Islam berdasarkan al-Quran dan as-sunnah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

“Peran Muhammadiyah masa kini harus jadi gerakan dakwah amar maruf nahi mungkar dan terus menerus melakukan pembaharuan. Jangan sampai warga Muhammadiyah tidak ada kontribusi sama sekali terhadap Muhammadiyah,” ujar Akhlis.

Kesadaran dan keikhlasan untuk memberikan kontribusi di Muhammadiyah tidak hanya selalu terlihat di depan banyak orang, tetapi kontribusi yang dilakukan warga Muhammadiyah bisa melalui pemikiran atau selalu menuangkan ide dan gagasannya melalui keaktifan dalam dakwah atau eksekutor di lapangan, dan melalui donasinya baik untuk perkembangan Ortom maupun untuk perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

“Meskipun kita merantau harus tetap memberikan kontribusi terhadap Muhammadiyah melalui salah satu dari tiga poin tersebut, lebih baiknya bisa melaksanakan tiga-tiganya sekaligus,” imbuh Akhlis.

Perihal kesadaran, keikhlasan, dan kontribusi memang harus ditingkatkan, bagaimana warga Muhammadiyah harus menghidupi Persyarikatan Muhammadiyah, bukan hanya mencari hidup di Muhammadiyah. (Adimas Setiawan/sb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *