Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kamis (16/12), kanal YouTube @Muhammadiyah Channel mengadakan live streaming Podcast dengan menghadirkan dua peniliti dari Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, yakni Acmad Habibullah dan Lisa Diya MF. Podcast kali ini mengangkat tema “Menyemai Pelopor Moderasi Beragama di Sekolah dan Madrasah”.
Dalam kesempatan tersebut, Acmad Habibullah menjelaskan bahwa dalam beragama, seseorang yang moderat adalah seseorang yang fokus pada persamaan di dalam memeluk agama, bukan fokus pada perbedaanya. “Persamaan itu misalnya sebagai sesama mahluk Allah, sesama warga negara, atau juga sesama warga suatu lingkungan,” terangnya.
“Agar lebih mudah memahami, moderasi beragama itu adalah menghargai keagamaan orang lain, saling menghargai dan memberikan hak untuk menjalankan ritual keagamaanya masing masing,” imbuhnya.
Dalam konteks membangun kesadaran moderasi beragama di sekolah dan madrasah, Lisa Diya menjelaskan bahwa Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan mencanangan sebuah program bernama Dialog Lintas Guru Pendidikan Agama. Dialog ini, menurutnya, merupakan media yang output-nya adalah para guru yang terlibat akan menyusun rencana aksi penguatan dan pengembangan budaya damai di sekolah.
Baca Juga: Merekat Persatuan dengan Islam Wasathiyah
Tidak hanya dialog untuk para guru, program yang senada juga menyasar para siswa, di mana siswa sekolah dengan latar belakang agama yang berbeda didudukan pada satu forum yang sama untuk membahas penguatan moderasi beragama.
Output dari hasil dialog tersebut terlihat dalam banyak turunan program yang diprakarsai oleh para guru dan siswa untuk menyemai moderasi beragama di sekolah dan madrasah. Habibullah mencontohkan program yang dibuat oleh salah satu madrasah di Kota Serang. “Mereka mengadakan program mengunjungi tempat-tempat ibadah di sekitar sekolah; masjid, pura, vihara, kuil. Semua dikunjungi”.
Selain itu, diadakan pula serangkaian seminar untuk menangkal hoaks, ujaran kebencian, dan memperkuat toleransi beragama. Para siswa lintas sekolah dan lintas agama juga diajakn untuk berpartisipasi dalam kegiatan semisal bakti sosial bersama (tanpa memandang latar belakang agama).
Sayangnya, menurut Habibullah, implementasi moderasi beragama di sekolah belum dijalankan secara sistemik. Oleh karena itu, ke depan, untuk menyemai moderasi beragama di sekolah, pihak-pihak yang ada di sekolah perlu bersinergi bersama, mulai dari kepala sekolah hingga satpam sekolah. Selain itu, stakeholder yang terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama juga harus harus bersinergi dan memberikan atensi yang kuat terkait dengan upaya penguatan dan pengembangan moderasi beragama di sekolah. (septi)