Oleh: Hibana Yusuf
Akhir-akhir ini banyak muncul sekolah-sekolah yang berlabel internasional, baik sekolah negeri maupun swasta. Ada tiga konsep pendidikan di Indonesia yang berbau internasional, yaitu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI), dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Sebagian sekolah yang menggunakan label internasional tersebut mungkin telah memenuhi syarat standar internasional. Namun sebagian yang lain baru memenuhi standar fisik saja, sedangkan unsur-unsur substantif yang mengarah pada predikat sekolah berstandar internasional masih belum nampak.
***
Label internasional memang memberikan gengsi tersendiri. Karena itulah belakangan ini muncul semangat untuk mengkaji dan membangun sekolah bertaraf internasional. Dunia pendidikan di Indonesia memang belum memiliki catatan yang cemerlang dalam melahirkan generasi yang berprestasi di tingkat internasional, kalaupun ada masih terhitung jari. Melalui pendidikan bertaraf internasional, terselip harapan untuk dapat melahirkan generasi yang mampu bersaing dan berprestasi di tingkat internasional.
Guna mewujudkan hal tersebut, maka kualitas sumber daya manusia yang mumpuni menjadi sebuah persyaratan. Kini, dalam dunia yang semakin mengglobal, manusia adalah subyek pembangunan. Sukses atau tidaknya sebuah pembangunan ditentukan oleh manusianya.
Pendidikan memiliki peran besar dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Karena itu, dunia pendidikan menjadi salah satu fokus dalam pembangunan, sebab pendidikan adalah elemen yang menentukan seberapa tinggi kualitas SDM sebuah negara. Jika negara diibaratkan sebagai sebuah kereta, maka pendidikan adalah lokomotif pertama yang akan menarik gerbang-gerbang berikutnya. Gerbang-gerbang tersebut adalah dimensi-dimensi kebangsaan itu sendiri, seperti ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan.
Konsep Pendidikan Ideal
Pertanyaannya, bagaimanakah konsep pendidikan yang ideal? Pendidikan yang ideal adalah yang berhasil mengembangkan nilai-nilai global, dan mengelola nilai-nilai lokal. Pendidikan yang berhasil memadukan nilai-nilai internasional dengan budaya lokal keindonesiaan. Kata orang tua kita, otak boleh Jerman, namun hati tetap Indonesia, yang ramah, santun, humanis, dan raligius.
Globalisasi memang tidak dapat dihindari. Globalisasi menuntut lahirnya generasi yang bisa menjawab tantangan zaman. Generasi yang mampu berkiprah dan berprestasi di tingkat internasional, namun tetap punya spirit nasionalisme. Nilai-nilai budaya lokal tidak bisa lepas dari nilai spiritual. Bangsa Indonesia adalah bangsa religi. Terlebih warga Muhammadiyah-‘Aisyiyah, yang menempatkan agama sebagai landasan utama dalam kehidupannya.
Globalisasi memang tidak selalu positif, juga mengandung aspek negatif. Nilai nasionalisme yang humanis dan religius inilah yang akan menjadi batu karang yang menepis sisi negatif dari globalisasi. Tanpa dibekali nilai agama dan budaya yang kuat, sebuah generasi akan larut dalam pusaran globalisasi.
Dengan demikian maka ciri-ciri pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu memadukan nilai lokal dan spirit kebangsaan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan adalah mengantarkan siswa menjadi manusia yang cerdas mumpuni sehingga mampu menghadapi tantangan global.
Pendidikan yang hanya membekali para siswa dengan semangat nasionalisme dan nilai lokal, namun mereka gagap saat berada di level internasional dan global, maka akan menghasilkan generasi yang tidak berkualitas dan tidak berdaya. Mereka besar di kandang sendiri, padahal belum teruji di dunia luar. Atau sebaliknya, proses pendidikan yang mampu membawa siswa terbang ke langit internasional dan cakrawala global, namun lupa pada kampung halaman dan tanah airnya tentu bukan hal yang diinginkan.
Substansi Pendidikan Internasional
Bagaimana dengan pendidikan kita, SBI, RSBI, atau SNBI? Hal mendasar yang perlu dilakukan sesungguhnya adalah mengkaji secara cermat tentang esensi dan substansi dari pendidikan internasional itu sendiri. Mampukah kita mengembangkan model pendidikan yang mampu mengantarkan siswa siap menghadapi tantangan global, namun tetap berpegang pada budaya lokal, tetap humanis, dan religius?
Kajian lebih lanjut perlu dilakukan. Lembaga yang ingin mewujudkan bentuk pendidikan tersebut juga jangan latah, yakni dengan hanya menangkap fenomena dan formalitas belaka. Substansi di balik munculnya model pendidikan bertaraf internasional hendaknya ditangkap. Bila terdapat nilai-nilai positif maka dapat dikembangkan sebagai langkah inovasi pendidikan.
Apa sesungguhnya substansi dari sekolah internasional? Sekolah internasional tentu bukan hanya sekolah yang menggunakan bahasa asing dalam proses pembelajarannya. Ada beberapa hal mendasar yang menjadi ciri sekolah internasional, antara lain sebagai berikut:
Pertama, kurikulum global, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyiapkan peserta didik yang mampu menghadapi dunia global yang sarat dengan persoalan, dan saling keterkaitan satu bangsa dengan bangsa lain.
Kedua, pendidikan global memberikan peluang terhadap keragaman budaya, suku, bahasa, bangsa, di samping keragaman peserta didik dan materi pendidikan. Karena itu, perspektif pendidikan mengarah pada pendidikan multikultural.
Ketiga, metode dan strategi pembelajaran tidak hanya tradisional, namun lebih konstruktif dan multidisiplin dengan memanfaatkan teknologi, komunikasi, dan sumber informasi yang melimpah ruah. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik memiliki bekal cukup dalam memasuki kehidupan yang global.
Internasionalisasi Pendidikan
Bagaimana dengan pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah? Lembaga pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah jumlahnya begitu besar di Indonesia, dan mempunyai model pendidikan yang khas, baik dari sisi manajemen, isi, maupun orientasi yang dikembangkan. Lembaga pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah hidup dan berkembang dari kekuatan idealisme, semangat mengabdi, dan sekaligus beribadah. Kekuatan itu semua melahirkan ketahanan hidup dan semangat maju yang luar biasa.
Lembaga Muhammadiyah-‘Aisyiyah akan semakin memiliki nilai keunggulan bila mampu mengembangkan diri ke arah pendidikan global, internasional, atau apapun namanya. Yang penting adalah diambil nilai substansinya. Sekolah global atau internasional memberikan semangat untuk berpikir terbuka, menerima keragaman, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara luas, dan memanfaatkan informasi dari dunia maya yang melimpah ruah. Sekolah internasional juga menuntut pengembangan metode dan strategi pengajaran yang lebih kreatif, dinamis, dan kompleks.
Dengan demikian, sekolah internasional menjadi sebuah alternatif pengembangan. Tentu dengan tetap memegang teguh nilai-nilai idealisme, dan semangat ibadah yang tinggi, karena memang kekuatan pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah ada pada semangat, idealisme, cita-cita, kecintaan, perjuangan yang diikuti oleh semangat berkorban. Bila ditambah dengan nilai-nilai universal di atas, niscaya akan terwujud generasi yang mampu berpikir global, namun tetap bangga berbudaya lokal. InsyaAllah.
Sumber: Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 05 Tahun 2012