Sleman, Suara ‘Aisyiyah – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak belum selesai. Peternak kini dikhawatirkan dengan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease (LSD) Virus atau beken disebut Lato-lato.
Kekhawatiran tersebut bertambah lebih-lebih menjelang perayaan Iduladha. Oleh karena itu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah memberikan pencerahan kepada peternak terkait dengan penyakit tersebut, Ahad (28/5). Pencerahan tersebut dilakukan oleh MPM melalui Sarasehan Geger Ternak: Wabah Virus PMK & LSD Sapi Lato-Lato Serta Keabsahan Hewan Qurban secara daring dan luring.
Dari perspektif kesehatan hewan, MPM menghadirkan Yuriadi yang merupakan praktisi dan dokter hewan, Ali Agus selaku Guru Besar Fakultas Peternakan UGM dan Dewan Pakar MPM Pusat, serta dari perspektif keagamaan ada Ruslan Fariadi selaku Ketua Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamien dalam sambutannya mengatakan, situasi yang dialami oleh peternak saat ini multi-hazard karena wabah PMK belum selesai, sudah ada lagi Virus LDS atau Lato-lato.
Karenanya, gerakan ini diharapkan oleh Yamien sebagai langkah penyadaran dan pencerahan bagi para peternak di Indonesia. Dalam pandangannya, peternak di Indonesia kerapkali dihadapkan dengan persoalan di luar jangkauan dirinya, baik dari sisi regulasi maupun persoalan alami.
“Karena itu ada, maka sikap kita adalah bagaimana menghadapi masalah itu dan memperkecil sedemikian rupa dampaknya pada kehidupan kita,” tegas Yamien.
Baca Juga: Tiga Amalan yang Dianjurkan di Bulan Dzulhijjah
Merebaknya virus yang menyerang hewan ternak, imbuh Yamien, bukan hanya berimbas pada kesehatan hewan saja, tetapi juga pada sosial-ekonominya. Lebih-lebih menjelang Iduladha, imbas wabah ini begitu terasa dirasakan oleh peternak-peternak kecil.
Yuriadi menyampaikan, tanda-tanda hewan ternak sapi, kambing, atau kerbau yang terserang virus LSD memiliki gejala munculnya benjolan di kulit, mulai dari level ringan sampai berat. Pada level yang berat, sampai terjadi penebalan kulit yang terinfeksi virus LSD.
“Itu kalau dilakukan pengulitan pada hewan kurban, terjadi kemerahan di daging bawah kulit, bukan hanya kemerahan, sampai juga kebiruan. Bahkan juga ada yang sudah mengalami busuk karena sudah ada belatungnya,” ucapnya.
Dari tinjauan medis, hewan ternak yang terinfeksi virus LSD atau Lato-lato masih bisa dikonsumsi dagingnya setelah melalui proses pemasakan yang benar, namun pada bagian-bagian daging yang telah rusak karena terinfeksi virus sudah tidak bisa dikonsumsi lagi.
Dari sisi sosial-ekonomi, merebaknya virus PMK dan LSD ini akan menyebabkan kerugian bagi peternak. Untuk mencegah kerugian, Ali Agus menyarankan supaya dilakukan pendekatan untuk penyembuhan ternak, yaitu melalui medik veteriner dan perbaikan nutrisi.
Sementara itu, ditinjau dari pendektan agama, untuk persiapan hewan kurban, Ruslan Fariadi menyebutkan bahwa ada dua kriteria hewan kurban, yaitu secara fisik dan umur cukup (untuk unta berusia 5 tahun, sapi 2 tahun, dan kambing 1 tahun).
Dalam pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah, setidaknya terdapat empat pantangan hewan kurban, yaitu tidak buta, sakit, pincang, dan kurus kering. Merujuk hadits Rasulullah saw., Ruslan menyebut, jika penyakit hanya berupa bintik-bintik dan tidak menyebabkan hewan sakit parah maka itu diperbolehkan.
“Rasulullah itu fathanah, cerdas betul. Bahwa penyakit apapun yang kalau secara ahlinya mengatakan ‘ini berbahaya jika dikonsumsi’, maka sudah masuk kalimat bayyanah mardhuha (hewan yang sakit),” ungkap dia. (budi/sb)