Makkah-Suara ‘Aisyiyah. Jelang puncak haji, dilakukan simulasi persiapan Armuzna yang dihadiri oleh Kementerian Haji Arab Saudi, pihak Masyariq, pihak Maktab, dan Petugas misi haji Indonesia termasuk petugas sektor. Proses simulasi dilakukan dengan praktik pemindaian Smart Card atau Kartu Nusuk pada jemaah haji saat akan berangkat menggunakan bis dari Makkah menuju Arafah.
Hasil Simulasi
Subhan Chalid, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri, mengungkapkan, “Dalam rangka persiapan Armuzna dan melihat secara langsung penerapan kebijakan terbaru Arab Saudi untuk memastikan jemaah yang ikut haji adalah jemaah yang legal, maka dilakukan simulasi dengan scanning Kartu Nusuk jemaah haji saat keberangkatan dari Makkah ke Arafah.”
Lebih lanjut, Subhan menjelaskan, ada tiga trip hasil simulasi. Pertama, melibatkan 40 orang jemaah yang memakan waktu lima menit. Kedua, memindai 26 jemaah yang memakan waktu 3,4 menit. Ketiga, scanning kartu nusuk 30 orang yang menghabiskan waktu 5,2 menit. “Artinya, proses pemindaian dilakukan cukup cepat. Kalau berjalan lancar insya Allah jemaah bisa berangkat tepat waktu dari Makkah ke Arafah,” ungkap Subhan saat diwawancara (11/6).
Ia menyampaikan, terdapat beberapa poin penting dari hasil simulasi. Peserta simulasi adalah jemaah yang sehat secara fisik. Seluruh Kartu Nusuk yang discan juga dalam keadaan baik dan normal sehingga terbaca. Selanjutnya, perlu dilakukan mitigasi risiko jika terdapat jemaah lansia, risiko tinggi, jemaah pengguna kursi roda dan perlu bantuan orang lain.
Oleh karena itu, waktu yang diperhitungkan untuk melakukan pemindaian dua kali lipat lebih banyak dibanding jemaah dalam kondisi normal. Subhan menambahkan, perlu dilakukan pendataan profil jemaah, dan setiap maktab sudah memetakan. Upaya tersebut, menurutnya, dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan karena kondisi jemaah yang memiliki kebutuhan khusus.
Problem Smart Card
Dalam kesempatan tersebut, Subhan menekankan pentingnya jemaah memegang Smart Card. Namun ia menjelaskan, ada beberapa situasi jika jemaah tidak memilik smart card. Pertama, karena kartu Nusuk belum terbit dan pihak yang menerbitkan serta pembagikan adalah pemerintah Arab Saudi melalui maktab masing-masing. Kedua, kartu Nusuk hilang. Ketiga, kartu tidak terbaca.
Apabila ada jemaah yang belum mendapat kartu Nusuk sampai dengan satu hari sebelum keberangkatan, Subhan menyampaikan, maktab diperintahkan untuk mendata dan memitigasi jemaah di maktabnya yang belum mempunyai kartu. Maka hari itu juga, tambah Subhan, kartu akan diterbitkan oleh pemerintah Saudi.
Adapun jika kartu hilang dan masih cukup waktu untuk melakukan penggantian, maka maktab harus melakukan penggantian sebelum hari H. Sedangkan bagi jemaah yang kehilangan kartu nusuk saat keberangkatan karena jemaah kadang mengalami kerepotan jelang berangkat, Subhan menjelaskan, pihak maktab akan memberikan diskresi dan memproses secara manual.
Jemaah kemudian akan dikeluarkan dari antrian, sementara pihak maktab akan menugaskan personil lain untuk mendeteksi jemaah tersebut berdasar dokumen yang ada. Selanjutnya, jemaah bisa diberangkatkan bersama rombongan atau diikutsertakan pada trip berikutnya.
Subhan menginformasikan, terdapat tiga trip pemberangkatan dari Makkah ke Arafah. Trip pertama, jam 7 hingga 11 siang. Trip kedua, jam 11.30 hingga 16.00 sore. Trip ketiga, jam 16.30 hingga 21.00 malam. Subhan berharap, kebijakan pengetatan penggunaan visa haji bagi jemaah haji, bisa mengurangi kepadaatan lalu lintas sehingga perjalanan jemaah dari Makkah ke Arafah berjalan lancar.
Himbauan Kepada Jemaah
Subhan mengingatkan kepada jemaah, “Dipastikan sudah memiliki smart card karena ini adalah satu satunya skema yang dibuat Arab Saudi untuk bisa masuk Arafah.” Bila belum mendapatkan Smart Card, jemaah diminta segera melapor ke Ketua Regu/Ketua Rombongan/Ketua Kloter, kemudian Ketua Kloter melaporkan ke maktab dan ditembuskan ke Ketua Sektor dan Daker.
“Smart Card ini menjadi kunci masuk Arafah. Pemegang kartu ini adalah jemaah yang betul-betul legal. Oleh karena itu, Smart Card agar dirawat betul. Jika digantungkan takut jatuh, maka bisa dimasukkan ke tas.”
Pemindaian bagi Jemaah Safari Wukuf
Proses pemindaian kartu sebagaimana telah disimulasikan merupakan skema perjalanan haji normal. Adapun jemaah yang sakit atau sedang dirawat, lansia, risti, dan membutuhkan pendamping, maka akan mengikuti skema safari wukuf.
Jemaah peserta safari wukuf akan diberangkatkan tersendiri dikawal petugas kesehatan, petugas bimbad, dan petugas lansia. “Kami sudah bersurat ke Kementerian Haji bahwa terdapat jemaah yang akan melaksanakan ibadah haji secara khusus. Mereka sedang menyiapkan skema lain,” pungkas Subhan. (hns)