Oleh:.Deny Ana I’tikafia*
Dalam sebuah pergerakan dimanapun berada, penting sekali adanya kaderisasi yang merupakan ujung tombak dari semua angan bahkan cita-cita mulia dari semua anggota yang berada di dalamnya.
Sebelum melanjutkan pembahasan, seperti yang telah diketahui bersama bahwa definisi kader adalah seseorang yang dipercaya mampu melanjutkan dan melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi, sedangkan kaderisasi adalah proses pencetakan manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk menjalankan amanahnya dalam suatu organisasi.
Fungsi kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio atau regenerasi) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang diharapkan.
Banyak kaderisasi yang telah membuahkan hasil, menjadikan kader tumbuh subur begitu pesat. Bobot para kader bahkan tumbuh melebihi pengkadernya. Mereka mampu mengaktualisasikan diri lebih baik dan sangat bersahaja.
Namun, banyak pula sebuah rencana pengkaderan hanyalah tinggal menjadi angan bahkan impian, karena gagal meneruskan estafet kepemimpinan yang dikarenakan berbagai serentetan alasan yang tidak berujung dan tidak berpangkal. Saling menyalahkan sudah bukan menjadi ajang lagi untuk saling mengelak bahkan memgajukan argumen yang berdampak memperkeruh suasana.
Kita mulai dari berbagai tantangan dalam mengkader, sudah siapkah para pengkader dengan tulus ikhlas serta sabar dalam mengkader?Demikian pula sebaliknya bagi yang di kader, harus sudah siap mental untuk dikader.
Datangnya hambatan justru ada pada para pengkader itu sendiri, yang tidak berusaha rela hati melepas para kader untuk berperan aktif menuangkan segala kreatifitas yang semuanya tidak lepas dari suatu tanggung jawab pribadi yang harus segera dijalankan. Ibarat suatu mobil, seorang pengkader berperan sebagai navigator yang duduk di sebelah pengemudi dan hanya bersifat memberi informasi situasi di sekeliling mobil yang ditumpangi, bukan sebagai pembisik menjadikan galaunya pengemudi.
Ada suatu pepatah jawa, yang sangat ironis untuk direnungkan yaitu “Di culke endase, dicekeli buntute” yang berarti ibarat seekor ikan dalam bergerak kepala dilepaskan namun ekornya dipegang erat sehingga sulit untuk bergerak apalagi berjalan.
Beragam kendala mempengaruhi dalam pengkaderan. Misalnya, faktor luar sebagai pembisik. Kita semua tidak mampu memprediksi, apa tujuan pembisik tersebut, apakah bermaksud ktitik membangun atau menjadi pengacau bahkan memperkeruh suasana.
Baca Juga: Kader itu Srikandi-Srikandi Penjaga Matahari
Adanya sikap pekewuh (perasaan tidak nyaman) dari orang yang dikader, akan sulit atau tidak berani untuk merubah kebiasaan sebelumnya, karena ia khawatir melukai hati dan perasaan yang mengkader, sehingga terjadi di suatu organisasi dengan istilah estafet balas budi karena kesempatan diberikan padanya. Harapannya, dibutuhkan adanya sosok yang mampu dan siap sebagai pembaharu yang siap mental untuk menghadapi peradaban untuk memajukan sebuah organisasi.
Mengkader dalam bahasa jawa juga ada istilah “Ndedher” yang bermaksud mengkader, namun istilah tersebut sering digunakan dalam bercocok tanam yaitu pembenihan/pembibitan.
Perkaderan merupakan sunnahtullah yang tidak dapat kita sepelekan. Allah Swt memperingatkan bagi umat Islam agar memperhatikan anak keturunan generasi dibelakangnya. Dalam Q.S An-Nisa’ ayat 9 Allah SWT berfirman yang artinya, “dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa banyak hal yang harus direnungkan diantaranya adalah tidak asal mengkader, dibutuhkan sentuhan yang tak lekang oleh waktu. Andai kaderisasi diperbolehkan memakai istilah menabung, karena kader adalah salah satu investasi masa depan yang telah dipersiapkan sejak dini sehingga mampu berkiprah sebagai generasi penerus mendatang.
Seni dalam memimpin juga patut menjadi prioritas, mau di bawa ke mana arah organisasi. Banyak sekali tipe kepemimpinan, sehingga perlu diprioritaskan yang perlu didahulukan dan dibutuhkan.
Kerja tim juga sangat diharapkan. Indonesia memiliki kearifan lokal yang bernama gotong royong, sangat perlu untuk di uri-uri sampai kapanpun meskipun jaman telah banyak berubah, tetapi kebiasaan itu tetap perlu di lestarikan.
Ikhtiar juga tetap menjadi hal yang pertama dan utama untuk diusahakan semaksimal mungkin. Berbagai cara diupayakan agar semangat mengkader membara sebagai penghantar ambang pintu menuju kesuksesan.
Bertawakal dan berdoa kepada Allah SWT ketika mencari rezeki juga perlu, seperti yang tertuang dalam Q.S ath-Thalaq ayat 2-3 yang artinya, “dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Terakhir, tetap semangat dan pantang menyerah sesuai Q.S Az Zumar ayat 39 yang artinya, “janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Marilah gemar mengkader, ikut berpartisipasi mewujudkan generasi yang tangguh, tidak baperan, siap mampu menghadapi berbagai permasalahan dan pemecahan solusinya.
*Wakil Ketua PDA Jepara, dan Koordinator Bidang Majelis Pembinaan Kader