Berita

KADIN dan SUMU Helat Launching Buku dan Talkshow Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) menggelar “Talkshow dan Launching Buku Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” di Museum Muhammadiyah, Kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kampus IV, Bantul pada Senin (13/1/25).

Kegiatan dihadiri oleh Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Arsjad Rasjid Ketua Umum KADIN Indonesia, serta penulis buku. Buku ini ditulis dan di-launching dalam rangka mengapresiasi Muhammadiyah sebagai social enterprise tertua dan tersukses di Indonesia.

Haedar Nashir menyampaikan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan memiliki banyak Amal Usaha yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi yang siap untuk berperan aktif dalam mendukung sektor ekonomi melalui program-program yang berorientasi pada pemberdayaan umat dan masyarakat.

“Kami berharap kolaborasi antara Muhammadiyah dan KADIN bisa membawa manfaat yang lebih besar bagi umat, bangsa, dan negara. Muhammadiyah dan KADIN bersama-sama akan memperkuat peran serta ekonomi umat dalam mencapai kesejahteraan yang merata,” imbuhnya.

Senada dengan itu, Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum KADIN Indonesia sekaligus penulis buku mengatakan, Muhammadiyah adalah pelopor kewirausahaan sosial sejak tahun 1912.

Melalui ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya, Muhammadiyah terus berkontribusi dalam membangun masyarakat dan ekonomi berbasis prinsip syariah dan kewirausahaan sosial.

Baca Juga: Gaya Hidup: Pilihan atau Perubahan?

Buku ini mengabadikan kontribusi tersebut, sekaligus menjadi inspirasi bagi dunia usaha untuk menjadikan kewirausahaan sosial sebagai bagian dari solusi transformasi sosial di Indonesia.

Menurutnya, salah satu poin kunci keberhasilan Muhammadiyah dalam membangun kewirausahaan sosial adalah dengan menanamkan nilai gotong royong dalam model bisnis yang mandiri dan berkelanjutan.

“Prinsip gotong royong ini yang perlu ditiru, selain sebagai ciri khas Indonesia, gotong royong juga membawa dampak yang luar biasa saat diaplikasikan pada model bisnis. Kewirausahaan sosial menghadirkan antara pencipta laba sebagai syarat keberlanjutan bisnis, serta dampak sosial untuk pemerataan kesejahteraan. Implementasi model bisnis ini secara luas, diharapkan mampu menjadi katalis pertumbuhan ekonomi secara adil, merata, dan berkelanjutan,” papar Arsjad.

Sepakat dengan paparan di atas, Ghufron Mustaqim, Sekretaris Jenderal SUMU menyampaikan bahwa Muhammadiyah lebih dari satu abad sudah berhasil mengembangkan dan membuktikan dirinya sebagai social enterprise yang perlu jadi referensi bagi para pengusaha.

“Dari kesuksesan itu, kita sebagai pengusaha Muhammadiyah bisa mempelajari best practice social enterprise yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Bahwa butuh niat luhur, kerja keras, profesionalitas, dan semangat pelayanan. Itu yang menjadikan Muhammadiyah berhasil mengembangkan social enterprisenya dan bisa kita teladani sebagai pengusaha,” pungkasnya.

Related posts
Berita

Din Syamsuddin Ajak Para Pengusaha Berkonsolidasi di SUMU

Semarang, Suara ‘Aisyiyah – Din Syamsuddin, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2015 mengajak para pengusaha untuk konsolidasi di Serikat Usaha Muhammadiyah…
Berita

Open Recruitment Koordinator Daerah SUMU: Perkuat Jaringan Menuju 30 Ribu Anggota

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) open recruitment Koordinator Daerah (Korda) di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia untuk memperkuat…
Berita

SUMU Siapkan Pengusaha Muhammadiyah Masuk 100 Orang Terkaya di Indonesia melalui Venture Capital Academy

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Dalam rangka menyiapkan pengusaha Muhammadiyah masuk 100 orang terkaya di Indonesia 2045, Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) mengadakan Venture…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *