Sosial Budaya

Kampung Pesantren Liburan

“…Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran.”
 (Q.S. az-Zumar [39]: 9)

Sebuah kawasan ujung utara daerah itu tidak pernah sepi dari kegiatan, terutama pada saat liburan atau hari Sabtu dan Ahad. Kegiatan itu diselenggarakan untuk menjawab kebutuhan akan sentuhan ruhani serta siraman bagi kegersangan spiritual, terutama bagi pelajar dan generasi muda.

Hidup Super Sibuk

Hidup yang super sibuk bukan hanya dijalani oleh orang yang sudah bekerja, melainkan sejak anak-anak. Di usia Sekolah Dasar mereka sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan sehingga tidak sempat mengikuti kegiatan Taman Pendidikan al-Qur’an di masjidnya. Sesudah SMP dan SMA kehidupan mereka dipadati dengan berbagai les, baik privat maupun klasikal agar memperoleh nilai yang memuaskan. Pada saat mereka mahasiswa pun banyak tugas dan tuntutan untuk berkonsentrasi belajar agar Indeks Prestasi mereka tidak mengecewakan.

Kondisi demikian menyebabkan pengetahuan agama sangat minim. Padahal, kebutuhan spiritual dan penanaman jiwa beragama sejak dini sangat diperlukan agar terdapat keseimbangan dalam pembentukan dan pengembangan kepribadiannya. Pentingnya belajar agama dari dasar bagi remaja putra maupun putri  sangat dirasakan oleh para orang tua, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Oleh karena itu, setelah melalui proses panjang terjadilah kesepakatan bahwa pada masa liburan, kampung itu dikemas menjadi kawasan yang kondusif untuk belajar agama, mengaji, beribadah, berkumpul untuk diskusi-diskusi, dan lain-lain. Nama kampung itu  pun ditetapkan sebagai Kampung Pesantren Liburan.

Kesadaran warga untuk menyukseskan program Kampung Pesantren Liburan sangat tinggi. Kelebihan lain yang dimiliki kampung itu adalah kekompakan para pemudanya untuk mempersiapkan, melaksanakan, dan kesanggupan memberikan pembinaan  kepada alumninya. Untuk menyiapkan tenaga pengajar dilakukanlah pendataan alumni pesantren seperti alumni Pondok Gontor Ponorogo, al-Azhar Mesir, Darul Arqam Jawa Barat, Madrasah Mu’allimin/Mu’allimat Muhammadiyah, dan lulusan Fakultas Jurusan Agama yang berdomisili di wilayah kecamatan itu dan sekitarnya.

 Semua  melangkah bersama dan bertekad untuk mewujudkan Kampung Pesantren Liburan dambaan umat. Kesiapan itu harus tampak jelas oleh masyarakat sehingga tidak gamang menitipkan putra-putrinya belajar agama atau “nyantri” selama liburan di Kampung Pesantren Liburan.

Kampung Madrasah   

Di tempat strategis, yaitu di dekat gapura kampung dan di depan masjid,  terpampang spanduk yang dilengkapi matrik kegiatan pesantren liburan yang mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat. Promosi pun dilakukan melalui berbagai media, seperti poster, WhatsApp, Facebook, Instagram serta leaflet, dan lain-lain. Rumah para tokoh agama, dan tokoh masyarakat didesain sebagai rumah untuk belajar. Masjid pun menjadi masjid yang ramah dan  nyaman untuk semua usia. Ustadz-ustadzah dan pembimbing lapangan dipilih melalui seleksi ketat.

Pembelajaran dilakukan dengan rancangan kurikulum yang praktis dan tersedia spesifikasi bagi yang mengingin-kan, misalnya bahasa Arab, tahfidz, tahsin, hadis, dan materi umum seperti akidah, akhlaq, dan ibadah. Selama masa nyantri, muhadatsah (percakapan) bahasa Arab sederhana dipraktikkan. Di akhir masa liburan diadakan ujian dan pembagian sertifikat.

Pembelajaran Kampung Pesantren Liburan dibuat menyenangkan, dekat dengan alam, serta metodenya menarik. Karena itu, peserta tidak jemu dan tidak mudah lelah. Fasilitas teknologi-informasi pun disediakan dan diprogram untuk beragam usia.  Biasanya yang sudah mengikuti tahap awal sangat terkesan dan merasakan manfaatnya sehingga mere-ka mengagendakan untuk mendaftar belajar di Kampung Pesantren Liburan pada liburan berikutnya. Pendaftaran yang cepat ini membuat penyelenggara dapat mempersiapkan segala prasarana serta perangkat pendukung lainnya untuk keberhasilan kegiatan Pesantren Liburan selanjutnya.

Pimpinan Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah, terutama Majelis Tabligh dan Majelis Kader tentunya berperan aktif dan menjadi bagian dari subjek yang menggerakkan kegiatan pesantren tersebut. Kampung Pesantren Liburan ini wahana strategis bagi peningkatan pengetahuan, penghayatan agama, dan pembentukan karakter generasi muda. (Mahsunah)

Sumber ilustrasi : https://ramadan.tempo.co/read/679836/peserta-pesantren-kilat-di-kampung-quran-membeludak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *