Oleh: Mahsunah
Usia lebih seabad bagi sebuah organisasi sosial kemasyarakatan adalah bukti keberhasilannya dalam menjalankan misi gerakan yang bermakna bagi perubahan menuju ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu ke seluruh penjuru negeri. Dalam melintasi zaman, panjangnya rentang usia itu juga menunjukkan kekayaan pengalaman yang sangat berguna dalam menentukan strategi perjuangannya dalam berbagai kondisi masyarakat yang masing-masing memiliki corak yang sangat berbeda, baik pada era agraris, industri, modern, maupun global. Selama itu, ‘Aisyiyah tetap tegas dalam menegakkan panji-panji tauhid, menebar kebaikan, dan menciptakan perdamaian.
Sebuah realitas bahwa dalam potret Qaryah Thayyibah masa lalu sangat berbeda dengan masa kini. Beberapa anak dari penduduk desa sekarang ada yang berpendidikan pondok pesantren dan melanjutkan studi ke Timur Tengah. Ada pula beberapa anak yang berprestasi di sekolahnya terkait dengan keilmuan, teknologi, dan lainnya hingga mendapat beasiswa ke perguruan tinggi, bahkan hingga ke luar negeri. Namun di sebuah desa yang lain, banyak pula anak yang menjadi buruh migran, pekerja di pabrik, serta putus sekolah. Keragaman situasi seperti itu merupakan tantangan bagi pimpinan Daerah, Cabang, dan Ranting untuk menentukan strategi mewujudkan kampung atau desanya untuk tetap dalam predikat Qaryah Thayyibah.
Mengubah Tantangan menjadi Peluang
Akulturasi budaya baik melalui media atau lainnya yang berasal dari mancanegara tidak bisa dihindarkan. Dari sisi ekonomi, menjamurnya bisnis ritel menggerus pasar tradisional yang menjual hasil panen maupun hasil kerajinan warga desa. Berbagai tantangan tersebut merupakan beban yang tidak ringan bagi pimpinan Cabang dan Ranting dalam mengupayakan kampung yang tetap mampu bertahan dengan predikat Qaryah Thayyibah.
Qaryah Thayyibah adalah suatu perkampungan atau desa yang masyarakatnya menjalankan ajaran Islam secara baik dalam hablun minallah maupun hablun minannas pada segala aspek kehidupannya yang meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalah duniawiah. Betapa pun besarnya, perubahan yang ada hendaknya tidak membuat pengelola Qaryah Thayyibah larut dan bukan pula abai. Dalam hal ini, diperlukan kearifan dalam menyikapinya sehingga mampu mengubah tantangan menjadi peluang untuk terus maju dan berkembang dengan tetap pada jati dirinya. Beberapa hal yang mesti dilakukan adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Praksis Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Masyarakat
Pertama, meningkatkan semangat beragama seluruh warga dengan kehidupan berjamaah yang menggembirakan serta pemakmuran masjid agar senantiasa semarak oleh berbagai kegiatan anak, remaja, dan warga dari tingkatan usia lainnya. Kedua, digiatkannya kajian-kajian keilmuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta gerakan Taman Pustaka di semua kampung atau desa. Selain itu, pihak pengelola juga didorong untuk memotivasi warga yang mampu secara ekonomi untuk menjadi orang tua asuh yang dapat membantu biaya sekolah atau kuliah bagi warga yang kondisinya kekurangan.
Ketiga, membuat lingkungan hidup bersih, sehat, nyaman, dan indah menjadi semboyan masyarakat yang diikuti gerakan-gerakan nyata untuk menciptakannya. Keempat, memupuk semangat “ta’awun” atau tolong menolong sehingga tercipta suasana kerukunan yang menyejukkan.
Kelima, mengadakan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan warga baik dari sisi ekonomi dan sosial, maupun dalam bermu’amalah duniawiyah lainnya. Terakhir, mendirikan Pos Kesehatan Desa bagi yang lokasinya berjauhan dari Puskesmas atau Balai Pengobatan dan Rumah Sakit.
Baca Juga: Gerakan Praksis Al-Maun di Akar Rumput
Segenap pimpinan Ranting dan Cabang hendaknya berpartisipasi aktif dalam pelaksanaannya sehingga mampu mewujudkan kampung atau desa yang tetap thayyib di era milenial yang sarat tantangan. Pendekatan kelompok atau jamaah sangat diperlukan untuk menyadarkan warga sehingga bersedia memberikan dukungan atas berbagai upaya PCA & PRA yang hakikatnya untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Wajaahiduu haqqa jihaadihi
2 Comments