Kesehatan

Kehamilan dengan Diabetes Melitus (DM)

Oleh : Dr. Mufdlilah, S.Si.T., M.Kes. (Pengajar S2 Kebidanan di UNISA)

Kehamilan dengan Diabetes Melitus (DM)

Kehamilan adalah periode emas bagi seorang perempuan, sebuah pengalaman yang tidak dapat terlupakan dan selalu dikenang selama masa hidup. Kehamilan yang sehat merupakan dambaan bagi setiap perempuan hamil. Akan tetapi, permasalahan dalam kehamilan dapat saja terjadi. Hal ini dapat disebabkan kondisi ibu, kondisi anak dalam kandungan, lingkungan, dan juga penyakit. Selain itu, Permasalahan selama kehamilan apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun anak di dalam kandungan.

Pada saat ini penyebab kematian lebih mengarah pada penyakit tidak menular. Salah satu penyakit yang menjadi perhatian khusus di dunia adalah diabetes melitus (DM) atau di masyarakakat  dikenal dengan penyakit gula, penyakit kencing manis yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin. Penderita DM di dunia pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 451 juta dan akan meningkat pada tahun 2045 sebesar 693 juta. DM masih menyumbang angka kesakitan yang tinggi bagi dunia. Negera Indonesia merupakan salah satu dari 22 negara yang termasuk dalam wilayah teritorial berisiko DM dengan angka kejadian pada tahun 2017 sebesar 10.578.401 kasus.

Penyakit DM merupakan suatu keadaan ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi atau mengunakan insulin sehingga terjadi perubahan metabolisme di dalam tubuh yang ditandai dengan hiperglikemia (Tingginya kadar gula di dalam darah). Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Secara umum, DM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. DM tipe 2 merupakan jenis DM yang lebih sering terjadi. DM jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% penderita DM di dunia menderita DM tipe ini. Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional, yaitu DM pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita DM adalah sering buang air kecil, merasa haus dan lapar yang berlebihan, pertambahan berat badan, penurunan berat badan yang drastis yang biasanya merupakan gejala spesifik dari DM tipe 1, mudah lelah, penglihatan kabur, pada saat luka lama sembuhnya, mudah mengalami infeksi kulit dan gusi, gairah seksual yang menurun serta kesemutan atau mati rasa. Faktor risiko terjadi DM pada umumnya karena faktor keturunan, infeksi virus yang bisanya terjadi pada DM tipe 1, tubuh yang gemuk, pola makan yang tidak baik, minum obat-obatan yang dapat menambah kadar glukosa dalam darah, usia yang semakin tua, dan stress. 

Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis DM tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita DM atau tidak. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:Pertama. Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.

Kedua. Tes gula darah puasa.  Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa selama 8 jam, pengambilan sampel darah. Hasil tes yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL adalah kadar gula darah normal, di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedang–kan 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.

Ketiga. Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa, setelah itu  pasien diberi minuman larutan gula khusus. Kemudian diperiksa kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal, sedangkan hasil pemeriksaan antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.

Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 9 September 2019, Rubrik Kesehatan, hal 32-33

Sumber Foto : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-manis/kupas-tuntas-diabetes-saat-hamil/

Related posts
Kesehatan

Cegah Diabetes Sejak Dini

Oleh: Nabila Fitri Ayu Penyakit diabetes melitus (DM) atau yang secara umum disebut sebagai kencing manis merupakan penyakit yang sudah tidak asing…
Berita

Kolaborasi Bangun Generasi Unggul Melalui Literasi dan Kesehatan di PDA Kabupaten Sukabumi

Sukabumi, Suara ‘Aisyiyah – Dalam upaya menciptakan generasi yang berpengetahuan luas, sehat, dan berkarakter, peran pendidikan dan sosialisasi sangatlah penting. Hal ini…
Berita

Dosen UMY Bekerja Sama dengan PCA Moyudan Adakan Edukasi Perawatan Mandiri Kaki Diabetik

Sleman, Suara ‘Aisyiyah – Diabetes Melitus (DM) yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Komplikasi pada penderita diabetes melitus sebanyak 15%…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *