Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kelas internasional Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menginisiasi berlangsungnya International Teachers Forum (ITF) dengan melibatkan tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Forum ini berlangsung secara online pada Ahad (21/8) yang diikuti oleh empat sekolah dari tiga negara, yaitu: Madrasah Mu’allimaat, SMP Muhammadiyah 3 Depok, SMK Sultanah Asma (Malaysia), dan Streesmutprakan School (Thailand).
Program ITF berkomitmen untuk membentuk guru yang memiliki kompetensi nasional maupun internasional. Guru sebagai pendidik dituntut memiliki kemampuan mengajar yang efektif, berkoneksi secara sosial dan batin dengan peserta didik, berwawasan global, serta mengikuti perkembangan teknologi yang mendukung sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Materi yang disampaikan berupa pentingnya kemampuan mengajar secara efektif, pentingnya mengajari kemampuan berinteraksi sosial di masyarakat kepada peserta didik, cara meningkatkan kompetensi global kepada pengajar, serta pentingnya mengikuti perkembangan teknologi demi strategi KBM yang efektif.
Dwi Setiyawan selaku Kepala Urusan Kelas Internasional menuturkan tentang tujuan diadakannya ITF. Tujuan dari acara tersebut antara lain: bertukar informasi penting tekait pendidikan dan pengajaran di negara lain; menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan; memperdalam ilmu pendidikan dan pengajaran; meningkatkan kemampuan pengajaran yang kontektual dan terupdate; mengetahui strategi dan metode pengajara terkini; meningkatakan kemampuan public speaking; meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris; menambah relasi di sekolah dan negeri lain, dan; meningkatakan kolaborasi sesama guru dalam pengajaran.
“Forum internasional ini akan diselenggarakan secara rutin setiap semester dengan tema dan bahasan yang berbeda. Forum selanjutnya, semoga bisa diagendakan secara luring,” ujar Dwi.
Acara ini diawali dengan penyampaian sambutan oleh perwakilan empat sekolah, yakni Unik Rasyidah (Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta), Farihah Binti Hussein (Malaysia), Wuttichai Wantamart (Thailand), dan Hasanudin (SMP Muhammadiyah 3 Depok).
“Guru sebagai pendamping peserta didik harus memiliki pengetahuan lebih dibandingkan dengan peserta didiknya. Forum ini akan mendapatkan berbagai pengetahuan baru tentang pembelajaran pasca pandemi,” ulas Unik Rasyidah ketika menyampaikan sambutan.
Baca Juga: Fonds-Dachlan: Program Internasional Pertama Muhammadiyah
Hal serupa juga turut disampaikan oleh Direktur dari Streesmutprakan School Thailand. Ia berharap, melalui program ini bisa didapatkan berbagai pandangan dari tiga negara tentang proses pendidikan dan pembelajaran setelah pandemi yang melanda seluruh penjuru dunia.
Sesi kedua setelah sambutan adalah forum para guru yang diwakili oleh satu perwakilan pembicara dari keempat sekolah, yakni: Maslela Noorida Binti Mansur (Malaysia), Elpin Eliana (Madrasah Mu’allimaat), Ary Gunawan (SMP Muhammadiyah 3 Depok), dan Thanapoom Pumchan (Thailand). Keempat narasumber mempresentasikan berbagai pandangan tentang proses pembelajaran dan pendidikan pasca pandemi, mulai dari menghadapi tantangan hingga solusi terbaik untuk perbaikan pendidikan di masing-masing sekolah.
Forum Group Discussion (FGD) merupakan acara selanjutnya yang membagi seluruh peserta menjadi empat kelompok dengan pembahasan berbeda. FGD ini merupakan ajang bertukar pikiran dari berbagai perspektif sekolah dengan tantangannya masing-masing. Materi FGD dalam empat kelompok tersebut antara lain: An effective way of teaching and learning in classroom; Social and Emotion Learning in the secondary classroom; How to develop Global Skills for Learners; dan Technology impact in teaching and learning strategy.
Hasil diskusi pada FGD akan disampaikan di forum umum untuk dijadikan rujukan dalam peningkatan pendidikan dan mampu bertahan di masa setelah pandemi. Bukan hanya dalam kemampuan mengajar saja namun diimbangi oleh ilmu serta pengalaman yang luas, kemampuan mengakses teknologi terbaru dan mengajarkan peserta didik pentingnya kemampuan sosial untuk menyiapkan murid terjun ke sekitar masyarakat secara matang. (LTA/sb)