
Ilustrasi Vaksin Covid-19/Pixabay/Alexandra_Koch
Pembaca Suara ‘Aisyiyah, hasil survey yang dilakukan Indikator pada 1-3 Februari 2021 menunjukkan bahwa ada beragam sikap masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Dari 1200 responden, diperoleh data sebagai berikut: (a) 81.9% responden setuju menerima vaksin jika telah dinyatakan halal; (b) meski begitu, ada yang belum bersedia divaksin (41%) karena beberapa sebab, seperti efek samping yang ditimbulkan (54.2%), efektifitas vaksin (27%), merasa tidak membutuhkan karena merasa dirinya sehat (23.8%), dan jika harus membayar (17.3%); (c) responden yang bersedia divaksin (54.9%) menyatakan tidak bersedia jika diharuskan membayar (70%), selebihnya (23.7%) bersedia meski harus membayar.
Sikap tersebut dipengaruhi oleh penilaian masyarakat terhadap Covid-19; apakah dianggap mengancam atau tidak. Temuan Indikator menunjukkan bahwa Covid-19 dinilai oleh mayoritas masyarakat sebagai virus yang cukup atau sangat mengancam kesehatan dan perekonomian. Ada 33.7% yang sering atau 10.8% yang merasa takut tertular virus. Sementara 33.7% yang lain kadang-kadang atau bahkan ada 6.5% yang tidak pernah merasa takut.
Selain itu, sampai saat ini, misinformasi seputar Covid-19 berikut vaksinnya juga masih tersebar di tengah masyarakat sebagaimana terlihat dari banyaknya hoaks yang beredar. Berikut kami sajikan beberapa hoaks dan fakta yang dirangkum dari pemaparan dr. Farid Amansyah, Sp.PD:
Hoaks, Covid-19 hanya dapat ditularkan dari orang yang bergejala.
Fakta, tidak hanya orang bergejala, orang tanpa gejala (OTG) pun dapat menjadi perantara.
Hoaks, Covid-19 dapat menular melalui pandangan mata.
Fakta, tidak benar. Yang benar, virus dapat menular apabila tangan yang terkena virus menyentuh mata.
Hoaks, vaksin pneumonia ampuh melindungi diri dari Covid-19.
Fakta, vaksin pneumonia sangat dianjurkan untuk penyakit pernafasan, bukan Covid-19.
Hoaks, anak muda kebal Covid-19.
Fakta, sudah banyak anak muda yang terpapar Covid-19. Meskipun, orang tua dan orang yang punya penyakit penyerta (komorbid) lebih rentan terkena.
Hoaks, vaksin Covid-19 berisi microchip.
Fakta, kandungan vaksin di antaranya adalah; (a) virus yang telah dimatikan (inactivated); (b) aluminium hidroksida (aluminium hydroxide) yang berfungsi meningkatkan kemampuan vaksin tersebut; (c) larutan fosfat sebagai stabilizer; (d) kandungan larutan garam atau natrium chlorida (NaCl) sebagai isotonis guna memberikan kenyamanan dalam penyuntikan. Intinya, tidak ada microchip di vaksin Covid-19.
Hoaks, vaksin Covid-19 menimbulkan inveksi Covid-19.
Fakta, vaksinasi memang tidak mencegah 100% penularan virus. Akan tetapi, vaksin berguna untuk memperkuat imun sehingga saat virus masuk infeksi tidak akan parah. Dengan kata lain, vaksin tidak serta-merta membuat orang jadi kebal penyakit.
Hoaks, vaksin Covid-19 haram!
Fakta, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyatakan vaksin Covid-19 aman. Komisi Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga menyatakan vaksin Covid-19 suci dan halal.
Demikianlah, kami rangkumkan hoaks dan fakta seputar Covid-19 berikut vaksinnya agar pembaca tidak terbawa arus informasi yang meragukan atau bahkan salah sama sekali. Budayakan membaca dan berpikir kritis agar kita terhindar dari hoaks. Ada hoaks dan fakta lain? atau ada yang masih mengganjal? Silakan sampaikan di kolom komentar. (SB)
3 Comments