Oleh: Febyolla Presilawati*
Budaya Islam telah mendukung cara hidup yang lengkap, khususnya terkait peran pemimpin dalam konsep Islam. Al-Quran dan as-Sunnah adalah dua sumber peran pemimpin dalam konsep Islam. Al-Quran adalah kitab suci umat Islam, dan as-Sunnah menggambarkan kehidupan teladan Nabi Muhammad saw.
Al-Quran secara universal dihormati oleh umat Islam, yang mengidentifikasi bagian yang berkewajiban dan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Prinsip operasional yang harus diterapkan oleh para pemimpin Muslim termasuk pelaksanaan keadilan, pemenuhan kepercayaan, ketaatan kebenaran, ketekunan dalam melakukan apa yang benar, dan menghormati janji (Beekum, 1999).
Model kepemimpinan Islam memiliki empat dimensi: kesadaran Tuhan, kompetensi, konsultasi, dan pertimbangan. Al-Quran adalah “teks” universal yang dihormati oleh umat Islam, yang dapat mengidentifikasi bagian-bagian yang signifikan, dipertahankan, dan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Kepemimpinan adalah prinsip yang sangat ditekankan dalam kehidupan Islam dan terkandung dalam pilar akuntabilitas.
Kepemimpinan Alamiah dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada prinsip kepercayaan (amanah). Pemimpin dipercaya untuk memimpin sebuah kelompok dan bertanggung jawab kepada anggota kelompok dan kepada Tuhan. Untuk dapat memenuhi kepercayaan ini, manusia berbakat dengan kemampuan belajar.
Islam menekankan akuntabilitas kepada Tuhan dan kepada orang-orang yang telah dipercaya untuk memimpin. “Jika seseorang meninggal karena menipu orang-orang yang dia percayakan, dia tidak akan memasuki surga” (H.R. Muslim).
Teori modern kepemimpinan juga menekankan konsep akuntabilitas dalam dispensasi kepemimpinan. Seperti yang dinyatakan oleh Fitzpatrick, “kepemimpinan memerlukan hubungan yang dinamis berdasarkan pengaruh bersama dan tujuan bersama antara para pemimpin dan bawahan” (Fitzpatrick, 2012).
Dari perspektif modern, kepemimpinan adalah proses yang memerlukan mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum. Demikian juga, perspektif ini dibagikan dalam pelaksanaan kepemimpinan Islam.
Jenis Kepemimpinan
Ada beberapa jenis kepemimpinan, seperti: kepemimpinan pelayan, kepemimpinan transformasional, kepemimpinan etis, dan kepemimpinan situasional.
Pertama, kepemimpinan pelayan (servant leadership). Konsep kepemimpinan pelayan ini merupakan tradisi dan menekankan pentingnya dedikasi dan kejujuran para pemimpin dalam melayani rakyat mereka.
Nabi Muhammad mendapatkan julukan “al-Amin” yang berarti “yang dapat dipercaya”. Julukan itu beliau dapatkan saat memenuhi aspek-aspek utama kepemimpinan pelayan dalam hubungannya dengan rekannya; menempatkan layanan sebelum kepentingan pribadi.
Al-Quran memuji orang-orang altruistik tanpa pamrih. “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (Q.S. al-Hasyr: 9).
Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan Islam Wasathiyah
Konsep kepemimpinan pelayan (servant leadership) dalam konteks modern saat ini menyoroti relevansi peran pemimpin (Greenleaf, 2002), yang dicontohkan oleh gaya kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Beliau adalah panutan yang baik (Q.S. al-Ahzab: 21).
Kedua, kepemimpinan transformasional. Dalam Q.S. al-Anbiya: 107 Allah swt. berfirman (yang artinya), “dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Kepemimpinan Islam mendorong pengenal visi dan mendorong penerimaan gol kelompok yang diartikulasikan sebagai kepemimpinan yang dibangun berdasarkan prinsip keadilan. Berdiri tegas untuk keadilan dan menanggung saksi sejati demi Tuhan (Q.S. an-Nisa: 135).
Kepemimpinan transformasional memanfaatkan nilai, sikap, dan perilaku, seperti cinta kepada Allah dan Rasul, adil, bertanggung jawab, dan mengajak orang lain untuk mendekatkan diri pada Allah dan meningkatkan keimanan sehingga menghasilkan hasil organisasi yang positif.
Kepemimpinan menekankan aspek kerendahan hati, integritas, keberanian, dan kesabaran untuk mengukur kualitas pemimpin. Ciri-ciri inilah yang dicontohkan Nabi Muhammad dan diajarkan pada umat Islam agar bisa diteladani.
Kepemimpinan transformatif menggabungkan unsur terbaik transformasional, karismatik, prinsip kepatuhan terhadap nilai dan prinsip, dan kepemimpinan pelayan.
Ketiga, kepemimpinan etis. Mau mendengar, adil, dan memberikan kebebasan berpikir sebagai prinsip utama kepemimpinan Islam. Kerangka kerja untuk modal kepemimpinan etis dalam Islam berpusat pada kemauan untuk menyerahkan diri kepada Sang Pencipta.
Memang, melakukan yang terbaik (ihsan) adalah aspek penting dari tanggung jawab moral kepemimpinan Islam.
Keempat, kepemimpinan situasional. Nabi Muhammad saw. menunjuk berbagai jenis pemimpin dalam situasi dan konteks yang berbeda, sesuai kemampuan dan pengalaman mereka. Model Islam mengenai kepemimpinan situasional menempatkan penekanan pada empat kualitas: keterampilan, kepercayaan, pengetahuan, dan kesalehan. Dalam hal ini, model kepemimpinan Islam juga menyebutkan karakteristik tambahan bagi pengikutnya, seperti kepercayaan, fleksibilitas, dan pengertian.
Model kepemimpinan Islam sebanding dengan model modern kepemimpinan situasional di mana pemimpin menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tingkat pengembangan pengikutnya (Hersey, 1984).
Hubungan Pemimpin-Pengikut
Hubungan antara pemimpin dan para pengikut dibentuk oleh sifat konsultatif kepemimpinan dalam Islam (syura). Pemimpin didorong untuk berkolaborasi dan terlibat dengan pengikut dengan integritas, pengetahuan, dan penilaian yang baik.
Model kepemimpinan ini sebanding dengan konsep kepemimpinan partisipatif modern, yang mengundang masukan dari semua bawahannya (Huang, 2010).
Kepemimpinan dengan demikian merupakan proses bersama yang menghasilkan pendapat bawahan (Srivastava, 2006). Teori kepemimpinan transformasional juga menekankan proses bersama, di mana para pemimpin memobilisasi pengikut mereka melalui kharisma, motivasi inspirasional, motivasi kinerja yang kuat, dan artikulasi yang efektif dari sebuah visi (Bass, 1994; Bass, 2006).
Karakteristik Pemimpin
Dua karakteristik dasar yang dimiliki seorang pemimpin Muslim adalah integritas (kebenaran) dan kemampuan (kompetensi) untuk menjalankan tugas yang ditugaskan. Keadaan di mana salah satu dari mereka menggantikan yang lain adalah situasional, walaupun idealnya keduanya harus hadir.
Kecerdasan, kepercayaan diri, penentuan, integritas, dan keramahan adalah sifat yang terkait dengan kepemimpinan yang efektif dalam teori kepemimpinan modern (Northouse, 2018).
Kesimpulan
Pendekatan transformasional terhadap kepemimpinan menanamkan filosofi Islam kepemimpinan pelayan. Visi dan keaslian pemimpin menciptakan pola pikir dan kreativitas pertumbuhan di antara semua anggota tim, yang memungkinkan transformasi semakin baik.
Kepemimpinan transformatif yang menggabungkan kharisma (pengaruh ideal) dengan motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan pertimbangan individual pengikut pengarah untuk mengungguli ekspektasi dan melampaui kepentingan pribadi mereka untuk kebaikan organisasi.
* Kepala KUI dan Kerja Sama Universitas Muhammadiyah Aceh