Lensa Organisasi

Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah merupakan rumusan yang menggambarkan hakekat Muhammadiyah dan apa yang menjadi dasar serta pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah, juga sifat-sifat yang dimilikinya. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah sebagai landasan, pedoman dan pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Matan Kepribadian Muhammadiyah meliputi:

  1. Apakah Muhammadiyah itu?
  2. Dasar dan Amal Usaha Muhammadiyah
  3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah
  4. Sifat Muhammadiyah

Sejarah Rumusan Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah awalnya berasal dari pemaparan KH. Faqih Usman dalam sebuah latihan yang diadakan oleh PP Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Saat itu, KH. Faqih Usman menjelaskan mengenai “Apa itu Muhammadiyah?” Setelah itu, konsep ini didiskusikan oleh PP Muhammadiyah bersama pimpinan wilayah dari Jawa Timur (H.M. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono), dan Jawa Barat (H. Adang Affandi).

Rumusan tersebut kemudian disempurnakan oleh sebuah tim yang terdiri dari K.R. Moh. Wardan, Prof. K.H. Farid Ma’ruf, M. Jarnawi Hadikusuma, M. Djindar Tamimy, serta melibatkan Prof. H. Kasman Singodimejo SH, di samping KH. Faqih Usman sebagai inisiator utama. Setelah rumusan tersebut dirasa cukup matang, ia dibahas dalam Sidang Tanwir menjelang Muktamar ke-35 di Jakarta, yang juga merupakan peringatan setengah abad Muhammadiyah. Pada Muktamar ke-35 tahun 1962, konsep “Kepribadian Muhammadiyah” ini akhirnya disahkan setelah melalui berbagai penyempurnaan. Hasil ini menjadi penegasan resmi pada akhir periode kepemimpinan H.M. Yunus Anis.

Kepribadian Muhammadiyah sebenarnya adalah refleksi dari sifat-sifat yang telah ada sejak awal berdirinya Muhammadiyah. KH. Faqih Usman hanya mengungkapkan kembali apa yang sudah lama menjadi ciri khas Muhammadiyah. Jadi, konsep ini bukanlah sesuatu yang baru. Mereka yang melihatnya sebagai hal baru kemungkinan karena mereka mendapati Muhammadiyah tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpung dalam Muhammadiyah, KH. Faqih Usman sangat memahami karakteristik khusus Muhammadiyah. Oleh karena itu, beliau juga mampu mengenali mereka yang tidak menjalankan peran sesuai dengan nilai-nilai Muhammadiyah.

Beliau melihat bahwa Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam yang berupaya mewujudkan masyarakat Islam sejati, bukan melalui jalur politik atau pemerintahan, tetapi melalui pembentukan masyarakat. Muhammadiyah tetap fokus pada misinya, tanpa mempedulikan sistem politik yang sedang berkuasa, baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, maupun setelah kemerdekaan Indonesia. Meskipun tidak terlibat dalam politik praktis, Muhammadiyah tidak buta politik. Jika isu politik mulai mengancam urusan agama, Muhammadiyah akan bertindak sesuai kemampuannya dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsipnya.

Setelah pembubaran Partai Masyumi oleh Presiden Soekarno, banyak kader Muhammadiyah yang sebelumnya aktif dalam politik praktis kembali berjuang di Muhammadiyah. Namun, mereka masih membawa cara berpolitik partai ke dalam perjuangan mereka. KH. Faqih Usman dan PP Muhammadiyah merasa cara ini tidak sesuai dengan nilai dan gaya Muhammadiyah, yang memiliki pendekatan perjuangan yang khas. Muhammadiyah tidak berjuang untuk kepentingan golongan, tetapi untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimat Allah, dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarnya. Muhammadiyah mempromosikan Islam yang sederhana, lugas, dan murni berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, serta dijalankan dengan akal sehat yang selaras dengan semangat Islam.

Oleh karena itu, penting bagi setiap anggota Muhammadiyah untuk memahami dengan baik apa sebenarnya Muhammadiyah dan bagaimana cara menyebarluaskan ajarannya. Pada dasarnya, menyebarkan paham Muhammadiyah berarti menyebarkan Islam yang sejati. Maka, cara-cara yang digunakan sebaiknya mengikuti metode yang digunakan Rasulullah SAW saat pertama kali menyebarkan Islam. (sa)

Related posts
Berita

Perempuan Mengaji Edisi 27: Kepribadian Muhammadiyah Harus Dipahami dan Diamalkan

Demak, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Tabligh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Demak  menggelar Perempuan Mengaji edisi ke-27 secara virtual pada Rabu (30/3)….
Berita

Miftahulhaq: Ber-Muhammadiyah adalah Ber-Islam

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah –  Senin (1/11), Majelis Tabligh Muhammadiyah mengadakan Kajian KM3 melalui akun Youtube @Majelis Tabligh Muhammadiyah. Kajian ini mengangkat tema…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *