Wawasan

Kesehatan Spiritual: Penting Tapi Sering Dilupakan

Kesehatan Spiritual
Kesehatan Spiritual

Kesehatan Spiritual

Oleh: dr. Torkis Habib Amin Halawa

Manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna, terdiri dari komponen biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Tuntutan keadaan, perkembangan, dan persaingan dalam berbagai aspek kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan, keputusasaan, serta ketidakberdayaan pada manusia, baik yang sehat maupun sakit.

Selama dalam kondisi sehat, setiap komponen biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dapat berfungsi dengan baik. Dalam kondisi ini, sering manusia menjadi lupa, seolah hidup memang seharusnya seperti itu. Tetapi ketika salah satu fungsi komponen tubuh terganggu, maka tejadilah stressor yang menuntut setiap orang untuk mampu beradaptasi, pulih kembali dengan berbagai upaya, sehingga kehidupan dapat berlanjut dengan baik. Ketika gangguan itu sampai menghentikan salah satu fungsi dan upaya mencari pemulihan tidak membuahkan hasil, di situlah sebagian orang akan mencari kekuatan lain di luar dirinya, yaitu kekuatan spiritual.

Penting Tapi Sering Dilupakan

Ada satu kesehatan yang sering kita lupakan, yaitu kesehatan spiritual. Jangankan memperhatikan asupan gizi spiritual, kadang kita sering mengabaikan dan tidak mengetahui apa yang seharusnya dilakukan agar spiritual tetap sehat. Padahal kesehatan spiritual adalah aspek yang sangat penting, sama pentingnya dengan menjaga kebugaran dan kesehatan biologis juga psikologis.

Spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara. Spiritual memberikan rasa “hidup”, dan memberikan semangat serta rasa bahagia bagi seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan.

Macam Konsep Spiritual

Konsepsi Islam terhadap spiritualitas berbeda dengan konsepsi barat yang membedakan spiritual dengan agama. Dalam pandangan Islam, aspek spiritual dan agama (ad-diin) tidak dapat dipisahkan. Konsep ad-diin merupakan payung dari spiritualitas. Dalam konteks Islam, tidak ada spiritualitas tanpa keyakinan, ajaran, dan amal agama. Agama merupakan sistem hidup (way of life) yang memberikan jalan spiritual untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Seorang muslim tidak mungkin mencapai derajat spiritual yang tinggi tanpa menjalankan agamanya secara benar. Hal ini bisa dijelaskan melalui tiga dasar pokok agama (ushul ad-diin) yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Islam berarti penyerahan diri kepada Sang Pencipta, merupakan tahap awal dan bersifat dzahir (bisa dilihat). Selanjutnya, tahap yang lebih tinggi yaitu iman, yang merupakan sikap batiniah. Sedangkan ihsan merupakan tingkat tertinggi dari keyakinan seorang muslim yang merupakan perpaduan antara keyakinan dan amal perbuatan.

Ranah spiritual esensinya bukanlah materi atau jasadiah, tetapi ia merupakan konsep metafisika yang pengkajiannya melalui pendalaman kejiwaan yang seringkali disandarkan pada wilayah agama. Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan lain sebagainya, terhadap sesuatu di luar alam fana, yakni Allah. Sehat spiritual bisa dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat secara spiritual adalah keadaan seseorang dalam menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agamanya dengan baik dan benar.

Kesehatan spiritualitas merupakan keadaan yang dialami oleh manusia yang ditandai dengan penguatan emosional terhadap sebuah keyakinan, sehingga menyebabkan munculnya perasaan damai, selaras, dan adanya peradaban yang dekat dengan sesuatu yang bersifat “suci “.

Kebutuhan terhadap spiritualitas ini oleh Maslow ditempatkan di hierarki tertinggi di atas kebutuhan aktualisasi diri. Apabila seseorang telah mencapai pemenuhan kebutuhan spiritualitasnya, maka ia tidak lagi tertuntut memenuhi kebutuhan egonya. Banyak orang yakin jika kesehatan fisik seseorang tak bisa terlepas dari kekuatan spiritualnya. Beberapa riset juga menunjukkan, kehidupan seorang manusia memiliki kombinasi spiritual dan orientasi fisik, sama halnya seperti jiwa dan raga.

Manifestasi dalam Kehidupan

Spiritualitas akan menuntun seseorang pada gaya hidup positif, perilaku sehat, dan menjadi sumber dukungan dan kekuatan untuk menghadapi stress dalam proses penyembuhan. Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk mendapatkan keyakinan, harapan, dan makna hidup. Spiritual juga merupakan suatu kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.

Seseorang yang sehat secara spiritual akan terlihat pada perilaku yang selalu bersyukur, sabar dan ikhlas. Syukur adalah menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah karunia dan pemberian Tuhan, Allah swt. Manusia yang bersyukur adalah manusia kaya yang sebenarnya, hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup.

Tidak ada waktu baginya memikirkan apa yang dimiliki orang lain, selalu sibuk dengan berbagai nikmat Allah yang dia dapatkan. Tidak iri dan dengki terhadap anugerah yang Allah titipkan kepada orang lain, serta adanya perbaikan dalam kualitas hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Hidup di dalam rasa bersyukur adalah jalan pintas menuju kebahagiaan lahir dan batin serta menghadirkan banyak “keajaiban” yang menyenangkan dalam hidup.

Sabar adalah luas hati, tidak mudah marah. Orang yang sabar adalah orang yang bersikap luas hati, tabah, tenang dalam menghadapi masalah. Hakikat sabar menurut Imam al-Ghazali adalah tahan menderita dari gangguan dan tahan menderita dari ketidaksenangan orang. Sabar adalah kunci dari kesulitan. Barang siapa bersabar, dia akan berhasil mengatasi berbagai masalah dalam kesulitan itu.

Sabar memang berat. Akan tetapi, sabar bukanlah kelemahan, justru sabar adalah kekuatan. Sabar bukan kelesuan tetapi semangat hidup. Sabar bukan kecengengan tetapi ketegaran. Sabar bukanlah pesimis tetapi optimis. Sabar bukanlah diam membisu tetapi ia adalah ikhtiar. Jadi, orang yang sabar bukan sekadar tidak menangis ketika mendapatkan musibah, atau sekadar tidak mengeluh ketika tertimpa kesulitan.

Adapun ikhlas adalah keterampilan untuk berserah diri, menyerahkan segala pikiran dan perasaan kembali kepada Allah. Ikhlas merupakan kompetensi tertinggi manusia yang dituntunkan Allah untuk dimiliki setiap manusia yang ingin berhasil meraih kesuksesan.

Dengan demikian, kesehatan spiritual adalah kondisi terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik (polytheist), kufur (atheist), nifaq atau munafik (hypocrite), dan fusuq (melanggar hukum). Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas, tawakkal, dan tauhid. Oleh karena itu, kesehatan spiritual yang baik tercermin dari sikap ridha terhadap pengaturan Ilahi serta sepenuhnya berserah diri dan senantiasa mengesakan Sang Pencipta Jagad Raya, Allah swt.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *