Oleh: Satrio Budi Wibowo
Kaget. Khawatir. Miris. Cuaca kini tak bisa ditebak, seakan-akan musim berubah semaunya. Begitulah gambaran nyata kondisi kita sekarang. Ancaman bencana hidrometeorologi, semakin sering terjadi di seluruh dunia. Kita baru saja mendengar kabar dari Valencia, Spanyol. Negara dengan infrastruktur dan teknologi yang canggih. Siapa menyangka, Valencia dilanda banjir besar—suatu bencana yang sebelumnya jarang, bahkan hampir tak pernah terjadi.
Air bah datang begitu cepat, menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar. Masyarakat Valencia tidak siap. Mereka belum pernah mengalami riwayat banjir sebesar ini. Kita bisa melihat langsung bagaimana bencana hidrometeorologi datang kapan saja, tanpa peringatan jelas. Perubahan iklim telah mempermainkan cuaca dengan cara yang tak terduga.
Kita di Indonesia, Lampung khususnya, sebenarnya sangat familiar dengan bencana hidrometeorologi. Namun, apakah kita lebih siap, karna sudah terbiasa? Curah hujan yang tinggi dan topografi yang berbukit-bukit menjadikan beberapa daerah di Lampung rentan banjir, longsor, dan angin kencang. Kita tentu tidak lupa peristiwa banjir besar yang pernah melanda Lampung Selatan, Tanggamus, bahkan di Kota Bandar Lampung. Hujan lebat yang turun berhari-hari, mampu menyebabkan sungai-sungai meluap dan menggenangi pemukiman penduduk. Beberapa kejadian banjir bahkan mampu merendam ratusan rumah, warga harus dievakuasi, dan jalur transportasi utama terputus. Tentu saja, banjir mengakibatkan kerugian yang cukup besar, baik materi maupun emosional.
BMKG sebenarnya sudah memberikan peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem di Indonesia, terutama di puncak musim hujan yang bertepatan dengan fenomena La Nina. Kejadian hujan deras, angin kencang, dan potensi gelombang tinggi rawan terjadi. Apakah masyarakat dan pemerintah telah bersiap atas peringatan ini? Ketika peringatan dini telah disiarkan, tindakan preventif sangat diperlukan agar kita tidak terjebak dalam kondisi darurat tanpa solusi.
Apa saja yang perlu dilakukan?
Pertama, edukasi masyarakat tentang bencana hidrometeorologi menjadi hal paling penting. Terutama di daerah yang dikenal rawan bencana banjir. Warga perlu memahami apa itu banjir bandang, bagaimana mengenali tanda-tanda awalnya, dan yang terpenting ke mana harus evakuasi jika keadaan darurat terjadi. Di negara-negara maju, meskipun kejadian seperti di Valencia menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya siap, kita bisa belajar dari langkah-langkah mitigasi yang dilakukan, seperti jalur evakuasi yang jelas, peringatan cepat, dan koordinasi tanggap darurat yang terstruktur.
Baca Juga: Suara ‘Aisyiyah Institute Sukses Gelar Bedah Buku Fiqh Perempuan Berkemajuan
Kedua, pemerintah daerah di Lampung perlu memperkuat sistem peringatan dini. Membangun alat pemantau debit sungai yang terintegrasi dengan aplikasi berbasis teknologi, membantu masyarakat menerima peringatan dini potensi bencana banjir secara real-time. Selain itu, pemerintah perlu membuat jalur evakuasi, menyiapkan posko-posko pengungsian yang siap digunakan ketika bencana banjir terjadi. Pembersihan dan pengerukan sungai-sungai utama harus segera dilakukan, agar aliran air tetap lancar dan risiko meluapnya sungai dapat ditekan.
Ketiga, di tingkat individu dan komunitas, setiap keluarga harus memiliki rencana evakuasi darurat. Daerah yang rawan bencana banjir, posko siaga bencana dengan peralatan darurat seperti perahu karet, pelampung, dan perbekalan darurat perlu disiapkan. Koordinasi antara warga, pemerintah desa, dan aparat penanggulangan bencana setempat sangat penting untuk memastikan evakuasi berjalan efektif jika terjadi situasi darurat.
Perubahan iklim memang sulit diprediksi. Cuaca bisa berubah secara drastis, memicu bencana hidrometeorologi yang datang tanpa banyak waktu untuk persiapan. Daerah – daerah rawan banjir di Lampung tidak bisa mengandalkan faktor keberuntungan. Setiap musim hujan adalah musim kesiapsiagaan, dan setiap peringatan adalah kesempatan bagi kita untuk berbenah. Karena pada akhirnya, kesiapsiagaan bukan hanya soal mengetahui akan datangnya bencana, tapi bagaimana kita bersiap menghadapinya. Mari bersama, bersiap untuk selamat!
1 Comment