Berita

Ketua PWM Jawa Tengah Jalani Sidang Terbuka Promosi Doktor Studi Islam

Semarang, Suara ‘Aisyiyah Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, memaparkan Disertasi dengan judul “Dinamika Purifikasi Muhammadiyah di Jawa Tengah”. Pemaparan Disertasi tersebut dilaksanakan saat Sidang Terbuka Promosi Doktor Studi Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo pada Jumat (4/2).

Disertasi tersebut memuat riset tentang Dinamika Perkembangan Islam di Tubuh Muhammadiyah, Purifikasi ala Persyarikatan Muhammadiyah, dan Nafas Gerakan Tajdid Muhammadiyah di Tengah Masyarakat yang Dinamis.

Tafsir menjelaskan bahwa purifikasi dalam rumusan-rumusan ideologi Muhammadiyah dimaknai sebagai pemurnian, tetapi di dalamnya tidak ada penjelasan yang bersifat efinitif. Ia memaknai purifikasi sebagai tajdid, sebagaimana menjadi rumusan Muktamar Nasional (Munas) Tarjih ke-XXII tahun 1989.

Upaya tajdid selama ini dipahami sebagai masyarakat Islam, khususnya Muhammadiyah sebagai gerakan pemberantasan TBC. Namun, Tafsir menyampaikan bahwa perlu ada pengkajian ulang tentang konsepsi tajdid, guna untuk mencoret, mengecam, bahkan untuk penyingkiran akar budaya di tengah masyarakat.

Baca Juga: Mengurai Identitas Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaruan

Jika purifikasi ini tidak dianggap salah, tapi butuh reformulasi dan formulasi yang dapat lebih konferensif dan utuh, serta bukti bahwa budaya tidak dapat dilepas dari proses paham agama. Tafsir juga mengatakan bahwa “di Muhammadiyah nyatanya juga mempunyai rumusan ideologi kebudayaan Muhammadiyah, yakni dakwah kultural Muhammadiyah, seni budaya Islam, dan Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah (PHIWM). Ketiga rumusan ideologi tersebut diatur dengan bagaimana hubungan antara Muhammadiyah dan budaya”.

Lebih lanjut, Tafsir menambahkan bahwa purifikasi ini juga butuh reorientasi, reinterpretasi, dan reformulasi. Sehingga, ia menawarkan Muhammadiyah sudah butuh untuk membuat risalah akademik, desain operasional bagaimana langkah purifikasi yang saat ini belum ada.

Dengan adanya dinamika ini, Tafsir juga berpendapat bahwa adanya multikulturalisme di dalam tubuh jamaah Muhammadiyah, sedikit-banyak menimbulkan konflik, baik itu dari internal ataupun eksternal. Konflik ini sendiri memiliki dampak konstruktif dan destruktuf di dalam jubuh jamaah. Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa perlu adanya formulasi tentang ar-ruju’ ila al-Quran wa as-sunnah (kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah) sebagai landasan paham agama dalam Muhammadiyah ini. (Aisyah MP-PWMJateng)

Related posts
Berita

Pengajian Ramadan PWM Jateng Digelar di Enam Korwil

Banyumas, Suara ‘Aisyiyah – Sebanyak 440 personil Pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah se-Banyumas Raya dan Brebes Selatan berada di Aula Masjid Zam-Zam Muhammadiyah…
Berita

UMPP Jadi Tuan Rumah Pengajian Ramadan 1445 H PWM Jawa Tengah untuk Wilayah Pekalongan Raya

Pekalongan, Suara ‘Aisyiyah – Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) sukses menyelenggarakan kegiatan Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah (PWM…
Berita

Abdul Mu’ti Ajak Warga Muhammadiyah Sikapi Pemilu 2024 dengan Arif dan Bijaksana

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – PP Muhammadiyah mengawali Pengajian Umum tahun 2024 dengan mengusung tema “Muhammadiyah dan Pemilu 2024”. Pengajian yang berlangsung secara…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *