Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – “Kita bangsa Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan yang cukup komplek, termasuk permasalahan yang memunculkan benih-benih permusuhan atau perseteruan yang beredar melalui medsos seperti hoax, adu domba, ujaran kebencian, dan juga intoleran,” ungkap Siti Noordjannah Djohantini selaku Ketua Umum Pimpian Pusat ‘Aisyiyah pada Sabtu (3/4) dalam kegiatan Silaturahim dan Konsolidasi Nasional Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah.
Terselenggaranya kegiatan ini dimaksudkan untuk bersilaturahim dan mendialogkan masalah-masalah penting organisasi, menyamakan persepsi, dan mengagendakan langkah-langkah strategis organisasi dalam menjalankan dakwah ‘Aisyiyah secara umum dan juga secara khusus.
Dihadapan 4000 lebih peserta yang mewakili PWA dan PDA, Noordjannah menyampaikan bahwa saat ini muncul ananiyah hisbiyah atau egoisme kelompok yang bahkan terjadi antar sesama umat Islam yang saling menegasikan dan bukan saling memperkokoh ikhtiar untuk kemajuan umat.
“Sangat penting bagi ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muslim berkemajuan yang saat ini berusia 104 tahun untuk meneguhkan gerakannya dalam memberi solusi atas permasalahan umat dan bangsa termasuk dalam upaya memperkokoh persatuan bangsa,” tegas Noordjannah.
Permasalahan-permasalahan yang muncul saat ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Kepemimpinan ‘Aisyiyah yang mengharuskan untuk lebih dinamis, transformatif, inklusif, responsive, luwes serta luas dalam mengembangkan pandangan sikap, dan juga mengaplikasikan tindakan yang berwatak tengahan dengan perspektif Islam wasatiyah berkemajuan.
Noordjannah menyampaikan bahwa di antara agenda penting ‘Aisyiyah dalam kehidupan kebangsaan ialah dengan merekat persatuan. “Merekat persatuan dalam berbagai aspek meuju integrasi nasional yang diharapkan dapat membawa kemajuan hidup bersama,” ungkap Noordjannah.
Noordjannah juga menegaskan bahwa mengembangkan pandangan islam berkemajuan dengan membawa nilai-nilai wasathiyah (tengahan) yang konstruktif untuk kemajuan hidup bersama seperti anti-ekstremisme (ghuluw), anti kekerasan, dan juga anti tolerisme merupakan bagian penting yang sudah seharusnya menjadi perhatian ‘Aisyiyah secara nasional. (Tami)