Oleh : Diyah Puspitarini (Ketua Umum PP Nasyiatul ‘Aisyiyah)
Dakwah dan milenial adalah dua hal yang menarik untuk diperbincangkan. Entitas dakwah lebih pada perilaku agamis, sementara di sisi lain, milenial cenderung pada sesuatu yang berbau sosialita. Adapun dalam jangkauan waktu, dakwah juga cenderung berkonotasi pada kejadian yang turun temurun semenjak masa lampau sebagai salah satu warisan Nabi yang sampai saat ini masih sangat relevan.
Ada sedikit perbedaan dengan konteks milenial yang tentu saja baru muncul akhir dekade ini. Istilah tersebut booming dan mengindikasikan perpaduan antara kehidupan sosial dan teknologi. Namun ketika dua hal ini dipadukan tentunya akan menjadi sangat menarik terutama berkaitan denga peran individu, organisasi, dan gerakan agar tetap sesuai dengan kondisi zaman. Mari kita telaah satu persatu dari sisi filosofi dan ideologis.
Dakwah Secara Umum
Dakwah mengandung pengertian sebagai kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat, dan akhlak Islam. Hal ini sebagaimana tersebut dalam QS. Ali Imran: 104 sebagai berikut:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Bahkan jika tidak semua anggota masyarakat dapat menjalankan fungsi dakwah, maka harus ada sejumlah orang yang menjalankan fungsi dakwah, supaya orang-orang mendengarkan dan meneladani saran mereka.
Para muballigh mengundang terus-menerus kepada kebajikan yang memuat instruksi Ilahi, mengirim orang pada ma’ruf dan mencegah mereka dari kemungkaran. Ma’ruf adalah nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang diakui dengan baik oleh komunitas mereka, selama itu tidak bertentangan dengan mereka. Sedangkan mungkar adalah sesuatu yang dianggap buruk lagi dibantah oleh akal sehat. Mereka yang mengindahkan pedoman ini adalah mereka yang beruntung mendapatkan apa yang mereka dambakan dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Penyampaian informasi dari pemberi dan penerima dilakukan dengan teknologi yang hadir pada saat itu, yaitu bahasa. Bahasa menjadi teknologi yang memungkinkan para nabi untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada umat mereka. Seiring de-ngan perkembangan teknologi bahasa, berbagai teknologi pelengkap telah muncul untuk menyampaikan informasi lengkap dalam bentuk gambar, huruf alfabet atau angka Arab. Sampai saat itu, dakwah dengan teknologi bahasa mulai beralih ke teknologi penulisan.
Setelah wafatnya Nabi pada tahun 632 M, tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, bersama-sama dengan kawan-kawannya, saat itu beliau mulai memberikan perhatian serius pada propaganda Isam bi-al-qalam atau dakwah dengan tulisan.
Bagaimanapun, menyampaikan pesan-pesan Islam yang bersumber dari kitab suci al-Quran tidak lagi maksimal jika hanya mengandalkan lisan, bahkan telah mencapai tahap yang sangat memprihatinkan karena pengurangan bias informasi yang diterima. Hal ini terjadi karena profil mad’u yang semakin meluas dan beragam.
Milenial Kekinian
Definisi milenial adalah istilah untuk grup demografis atau generasi Y (gen Y) yang lahir setelah generasi X. Milenial untuk generasi Y mulai digunakan dalam tajuk rencana surat kabar utama AS pada Agustus 1993 karena diperkirakan bahwa individu dalam generasi ini akan mencapai dewasa sekitar perubahan abad ke-21 atau perubahan era milenium (periode atau periode seribu tahun). Penulis William Strauss dan Neil Howe (1991: 34) secara luas dianggap sebagai penggagas penamaan millennials. Howe dan Strauss mendefinisikan kelompok milenial sebagai individu yang lahir antara 1982 – 2004.
Pada saat ini, generasi milenial adalah generasi anak muda berusia antara 18-38 tahun yang hidup di dunia yang penuh dengan peralatan elektronik dan jaringan online. Karena itu, kebanyakan dari mereka juga bersosialisasi secara online. Karakteristik milenial bervariasi sesuai wilayah dan kondisi sosial ekonomi.
Namun, generasi ini umumnya ditandai dengan meningkatnya penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar dunia, pengaruh mereka ditandai oleh meningkatnya liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan. Resesi hebat memiliki dampak besar pada generasi ini, yang mengakibatkan tingginya pengangguran di kalangan kaum muda, dan telah menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini.
Bersambung ke Landasan Ideologis Pengembangan Dakwah Milenial (2)
Sumber ilustrasi : https://www.cahayaislam.id/ceramah-agama-dakwah-khusus-islam-milenial-pentingkah/