Oleh : Dwi Prasasti Azizah Novianti, Ellyda Rizki Wijhati*
Emesis gravidarum atau mual muntah saat hamil merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada ibu hamil terutama pada saat trimester I (dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan). Kondisi ini disebabkan oleh hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang merupakan salah satu hormon tubuh yang mengalami peningkatan ketika proses kehamilan terjadi yang diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh plasenta, seperti yang dikutip dari Tyastuti, 2016.
Hasil penelitian Zamrodah (2016) menyebutkan mual dan muntah akan menimbulkan dampak yang cukup signifikan jika tidak teratasi dengan baik, terutama jika berlebih. Dampaknya akan menggangu keseimbangan gizi cairan, elektrolit tubuh dan dehidrasi bahkan syok yang akan berakibat pada kondisi ibu maupun bayinya. Oleh sebab itu, menjaga kesehatan ibu hamil menjadi sebuah keharusan bagi ibu hamil agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik selama dalam kandungan dan sang ibu pun mampu menjalani kehamilan yang sehat.
Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sebagai salah satu civitas akademika yang melahirkan generasi calon bidan selalu menekankan asuhan komprehensif pada seluruh siklus kehidupan wanita, khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada ibu hamil trimester I dengan emesis gravidarum (mual muntah). Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin Penyelenggara Praktik Bidan dikatakan salah satu wewenang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester I dengan emesis gravidarum turut dilakukan oleh salah satu mahasiswa praktikan D3 Kebidanan UNISA Yogyakarta di salah satu PMB di wilayah Nogotirto, Gamping, Sleman. Asuhan ini berawal saat pasien yang bernama Ny.W berusia 34 tahun yang sedang hamil anak kedua berkonsultasi dan memeriksakan diri ke PMB pada tanggal 14 April 2023. Ny.W mengatakan dirinya sering mual muntah 2-3 kali setiap hari dan merasa khawatir dengan kondisinya karena tidak mengalami kondisi seperti ini pada kehamilan sebelumnya serta belum mengetahui cara mengatasi keluhan tersebut saat hamil. Melihat kondisi ibu tersebut, menarik perhatian mahasiswa untuk memberikan asuhan selama 3 kunjungan dalam 3 hari di PMB dan kunjungan rumah pasien. Dalam pemberian asuhan ini, mahasiswa tetap didampingi oleh salah satu dosen pendamping dari UNISA Yogyakarta.
Baca Juga: Cara Sederhana Mengatasi Bau Badan pada Ibu Hamil
Selain memberikan penjelasan tentang keluhan yang terjadi serta dukungan psikologis, asuhan yang diberikan juga lebih ditekankan pada upaya untuk mengatasi gejala mual muntah, terutama saat pagi hari. Adapun cara mengatasi mual muntah yang disarankan yaitu:
- Makan dengan porsi sedikit tapi sering. Porsi kecil makanan rendah lemak tampaknya paling baik. Makanan ini lebih mudah dicerna dan lebih cepat melewati lambung serta menghindari jeda waktu pengosongan lambung yang lama.
- Mengkonsumsi wedang jahe. Sebagian besar penelitian menunjukan seduhan jahe dapat digunakan sebagai alternative terapi non farmakologi untuk mengatasi emesis gravidarum pada ibu hamil karena dapat memberikhan perasaan nyaman dan membantu mengurangi kecemasan pada ibu hamil. Dikutip dari hasil penelitian Ningsih (2020), takaran seduhan jahe yang tepat sebanyak 2,5 gram yang diiris tipis-tipis kemudian diseduh dengan air panas 250 ml ditambah gula jawa sebanyak 10 gram atau 1 sendok, seduhan jahe tersebut diminum 2×1 (pagi dan sore hari) dalam keadaan hangat selama 3 hari.
- Mengonsumsi roti kering sebelum bangun tidur. Dikutip dari kompas.com, perut yang tidak segera diisi atau kosong dalam jangka waktu lama, asam tersebut akan menumpuk di perut lalu menyebabkan asam lambung naik dan mual. Sehingga dengan mengonsumsi makanan ringan seperti roti atau biskuit mencegah lambung tidak kosong sebelum diisi oleh makanan utama saat sarapan.
- Pemenuhan nutrisi yang tepat dan bergizi. Memilih jenis asupan nutrisi merupakan hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya mual dan muntah seperti makanan yang berbau amis, berminyak dan berlemak.
Evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan selama 3 hari, mual muntah yang dirasakan oleh Ny.W sudah berkurang. Ny.W juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa karena telah membantu mengurangi gejala mual muntah dan kekhawatiran ibu terhadap kondisi yang dialaminya pun berkurang sehingga ibu merasa lebih baik.
*mahasiswi D3 Kebidanan UNISA Yogyakarta