Berita

LIM 2022 DPD IMM DIY: Ikhtiar Menuju Perkaderan Berbasis Digital

LIM DPD IMM DIY

Yogyakarta, Suara ‘AisyiyahPerkaderan Muhammadiyah saat ini tengah mengalami tantangan yang cukup berat. Tantangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari derasnya arus kebudayaan materialisme dan/atau globalisasi. Pernyataan itu disampaikan oleh Muh. Akmal Ahsan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di tengah tantangan itu, kader IMM mesti mampu bertahan, bahkan harus memimpin percakapan publik di ruang digital. Demikian idealnya. Sayangnya, kata Akmal, saat ini kader IMM belum melakukan itu. “IMM tidak mampu memimpin narasi publik di ruang digital,” ujarnya ketika memberikan sambutan pembukaan Latihan Instruktur Madya (LIM) DPD IMM DIY 2022.

LIM kali ini mengangkat tema “Revitalisasi Paradigma Keinstrukturan Menuju Perkaderan Berbasis Digital”. Kegiatan dilaksanakan di Tabligh Institut, Bantul, DI Yogyakarta dari tanggal 7 hingga 11 September 2022.

Berangkat dari kondisi tersebut, Akmal memandang pentingnya kader IMM melakukan radikalisasi ideologi. Ada tiga ranah yang perlu diradikalisasi, yakni penghayatan, pemahaman, dan pergerakan. Dengan melakukan radikalisasi ideologi itu, harapannya kader IMM akan mampu memimpin percakapan publik secara positif.

Baca Juga: Sembilan Prinsip Kaderisasi Digital

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Muhammad Aziz. Mengapresiasi terselenggaranya LIM ini, ia berharap forum ini akan memberikan injeksi ideologi, kepemimpinan, dan intelektual kepada kader. Mewakili PWM DIY, Aziz membuka forum perkaderan khusus IMM ini.

Arif Nur Kholis, Manajer Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) yang bertindak selaku pemateri Studium Generale pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Muhammadiyah, termasuk di dalamnya adalah organisasi otonom seperti IMM, perlu bangkit dan memimpin era digital saat ini. Secara lebih spesifik, ia menyatakan bahwa kader IMM harus menyiapkan strategi perkaderan yang relevan dengan generasi dan perkembangan zaman. “Instruktur IMM perlu memikirkan hal-hal seperti itu,” kata dia.

Selanjutnya, Arif menyarankan agar kader IMM melakukan tiga hal. Pertama, memperkuat literasi digital agar tidak gagap menghadapi proses digitalisasi. Kedua, membangun kompetensi kader di ruang digital. Ketiga, membangun perangkat perkaderan digital. Yang tidak kalah penting, menurutnya, kader IMM harus memperbanyak bacaan dan menyuarakan narasi dengan gaya yang mudah dipahami masyarakat digital.

Senada dengan apa yang disampaikan Arif, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Sementara (DPPS) IMM 1985-1986 Immawan Wahyudi berpesan agar forum LIM ini tidak sekadar berbicara di ranah teoritis, tetapi harus ada langkah praksis. “Jangan hanya jadi peserta, tapi harus menjadi pelaku. Jangan hanya berbicara soal teori, tapi harus melakukan aksi,” ungkapnya. (sb)

Related posts
Berita

Mernissi Bootcamp IMM DIY Menjawab Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Kampus

Sleman, Suara ‘Aisyiyah — Fatimah Mernissi adalah seorang feminis asal Maroko yang banyak menyuarakan pemikiran terkait keseteraan laki-laki dan perempuan. Nama itu…
Berita

Mernissi Bootcamp, Program Pengarusutamaan Gender DPD IMM DI Yogyakarta Resmi Dibuka

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Di Indonesia, masih kuatnya budaya patriarki membuat pengetahuan dan pengalaman perempuan acapkali terabaikan. Berangkat dari situasi itu, Dewan…
Berita

Rakorda DPD IMM DIY: Sudah 80 Persen Program Terealisasi

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Rapat Koordinasi Dewan Pimpinan Daerah (Rakorda) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta sukses dilaksanakan pada Ahad (13/11) di…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *