Oleh: Pahri
Saat saya berkeliling ke daerah-daerah, banyak penggiat pendidikan Muhammadiyah yang bertanyatanya, bagaimana cara agar sekolah Muhammadiyah
cepat mendapat kepercayaan masyarakat dan jumlah siswanya melimpah? Bermodal pengalaman mengelola SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah Gondanglegi, saya katakan bahwa hebat dan majunya sekolah Muhammadiyah bermula dari hebat dan majunya para guru dan karyawannya. Bukan dari gedung, fasilitasnya, dan bukan pula dari kurikulum.
Tidak ada sekolah Muhammadiyah hebat tanpa dimulai dari gurunya yang hebat. Tidak ada mental siswa petarung tanpa dimulai dari mental guru petarung. Demikian pula tidak ada prestasi besar siswa, tanpa dimulai dari prestasi besar gurunya. Sebab itu, meningkatkan kapasitas dan kualitas guru, merupakan kunci sukses dalam membesarkan dan memajukan sekolah Muhammadiyah.
Selain merujuk kepada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8 tentang empat kompetensi guru yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, kompetensi social, dan kompetensi profesional, guru Muhammadiyah juga harus memiliki lima karakter baik yang akan dijabarkan berikut.
Pertama, good performance (penampilan yang baik). Guru Muhammadiyah harus berpenampilan baik dan menarik. Di depan siswa dan teman sejawat, guru tidak boleh tampil seadanya, tampilah dengan rapi, bersih, dan trendi. Kepala dan jajaran guru sekolah Muhammadiyah jangan meremehkan urusan ini karena biasanya siswa dan masyarakat melihat sekolah tampilan fisik guru dan karyawannya.
Saat mengajar anak-anak priayi di sekolah umum, KH Ahmad Dahlan tampil dengan sangat prima. Sorban dan sarungnya sementara waktu ditanggalkan dan diganti dengan topi, jas, dan celana putih ala Belanda. Berikat pinggang, kaus kaki dan sepatuyang rapi, bersih dan mengkilat. Dampaknya, anak-anak priayi senang
diajari beliau dan pelajaran agama akhirnya dapat diterima oleh mereka.
Kedua, good personality (kepribadian yang baik). Tidak cukup bermodal good performance, guru Muhammadiyah juga harus ditunjang dengan good personality. Auranya teduh dan menyenangkan, tutur katanya lemah lembut, sikapnya sopan dan santun, peduli dan penuh perhatian, selalu menghargai keragaman, mengapresiasi setiap prestasi siswa, dan wajahnya senantiasa sedap dipandang mata. Guru Muhammadiyah yang seperti ini, pasti akan dicintai peserta didik, menjadi idola, dan dirindukan kehadirannya di kelas.
Ketiga, good discipline (disiplin yang baik). Sekolah Muhammadiyah yang tidak maju dan tidak mendapat tempat di hati masyarakat, rata-rata kehadiran dan kedisiplinan guru dan karyawannya rendah. Seperti datang terlambat, sering tidak masuk kelas, suka memulangkan siswa sebelum waktunya, tidak tepat waktu dalam memulai kegiatan, dan dalam mengumpulkan tugas dan perangkat pembelajaran berkali-kali molor. Jika tradisi disiplin guru dan karyawan rendah, maka jangan berharap siswa kita disiplin dan berkarakter. Guru Muhammadiyah perlu mengingat ancaman Allah dalam surah as-Shaff ayat tiga yang artinya, “Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Ayat ini sangat tepat untuk kita yang berprofesi sebagai guru yang suka menasihati siswa tapi dirinya tidak mengamalkan. Tahun 2008, saat awal memimpin SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dengan murid 400an-sekarang sudah mencapai 2.500 siswa lebih- saya membuat moto besar yang dipasang di ruang guru, “Satu keteladanan lebih utama dari seribu satu nasihat”. Saat itu, saya lebih memilih guru yang disiplin tinggi walaupun belum pintar daripada guru pintar yang buruk disiplin.
Baca Juga: Webinar LBSO Jawa Tengah: Dakwah Kultural Berbasis Adat Jawa
Keempat, good religius (keberagamaan yang baik). Guru Muhammadiyah yang berada di garda terdepan dalam dakwah amar makruf nahi munkar wajib memiliki pengetahuan Islam dan kemuhammadiyahan. Lancar dan fasih membaca al-Qur’an dan al-Hadis, istikamah dalam mengerjakan salat lima waktu dan salat sunah nawafil, terbiasa melaksanakan puasa wajib dan sunah, dan ringan tangan dalam berzakat, berinfak, dan bersedekah. Selain itu, mereka didorong untuk selalu
mengimplementasikan ajaran-ajaran al-Islam dan kemuhammadiyahan dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan masyarakat.
Dalam meningkatkan pemahaman keagamaan guru dan karyawan Muhammadiyah, sekolah perlu memfasilitasi mereka dengan kegiatan morning spiritual gathering atau MSG (jamaah pengajian pagi) yang digelar satu jam sebelum pembelajaran dimulai. Sejak 2008 hingga sekarang, guru, karyawan, dan siswa SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi menggelar MSG setiap pagi dari pukul 06.15 sampai 07.00 WIB dan akhir pembelajaran ditutup dengan salat Maghrib berjamaah pukul 17.50-18.00 WIB. Guru dan karyawan dibiasakan untuk datang dan pulang satu jam sebelum dan sesudah pembelajaran.
Biasakan pula dalam satu bulan sekolah mengadakan pengajian kelilingdari rumah ke rumah guru, sehingga yang tercerahkan tidak hanya guru dan karyawannya, tetapi juga keluarga dan masyarakat sekitar. Guru Muhammadiyah dibiasakan untuk aktif dalam pengajian yang diselenggarakan persyarikatan di tingkat ranting, cabang, dan daerah supaya guru dekat dengan detak jantung semangat dakwah Muhammadiyah. Kelima, good job (kerja yang bagus).
Sekolah Muhammadiyah yang unggul dan berkemajuan rata-rata dihuni oleh guru dan karyawan yang memiliki etos kerja tinggi. Sebaliknya sekolah Muhammadiyah yang “layamutu wala yahya” (tidak bermutu dan tidak ada biaya) sebagian besar dijalankan oleh guru dan karyawan dengan etos kerja rendah. Cirinya suka mengeluh, menyalahkan keadaan, konflik tinggi, miskin inovasi, dan mudah menyerah pada kesulitan dan tantangan.
Di berbagai tempat, sekolah Muhammadiyah maju diawali dari etos kerja guru dan karyawannya. Bukan dimulai dari fasilitas, gedung, kantor, ruang belajar, laboratorium, kurikulum dan dana. Saya optimis selama sekolah Muhammadiyah berada di tangan-tangan guru dan karyawan yang beretos kerja tinggi, mau berkeringat, tidak hitung-hitungan waktu dan materi, insya Allah selama itu pula sekolah Muhammadiyah terus berkibar dan dipercaya masyarakat.
Guru dan karyawan Muhammadiyah selayaknya meneladani semangat kerja KH Ahmad Dahlan. Tidak sebatas mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran,
ia juga berkorban harta dan jiwanya. Pendiri Muhammadiyah ini benar-benar bekerja keras dalam membesarkan dan memajukan persyarikatan.