Anak

Lindungi Anakmu dari Kejahatan Siber

kejahatan siber
kejahatan siber

kejahatan siber (foto: istockphoto)

Media sosial saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan di masyarakat. Media sosial tidak hanya menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antara kerabat dan teman yang berjauhan serta teman yang lama tidak berjumpa, tetapi juga menjadi ajang berbagi kebahagiaan, perasaan senang, haru dan juga bangga atas prestasi atau capaian yang menyenangkan.

Tidak jarang kita dapati orang tua yang meng-upload foto-foto anaknya dengan pose lucu dan menggemaskan. Padahal, di negara tetangga Australia dan Amerika, serta beberapa negara lainnya, mereka sangat berhati-hati mengunggah foto anak di media sosial. Apa pasal?

Menurut data yang dirilis Kejaksaan Wilayah San Diego, California, AS, satu dari empat anak di sana telah mem­buka situs porno tanpa sengaja, hampir 60% remaja di AS menerima email atau pesan singkat dari orang tidak dikenal, dan lebih dari separuh membalas pesan itu. Kenyataan ini diperparah dengan perilaku orangtua yang kurang pengawasan kepada anak ketika sedang men­gakses internet.

Masih menurut data Kejaksaan wilayah San Diego, California, hanya 52% orang tua yang kadang mengawasi anaknya berselancar di dunia maya. Angka ini meningkat hingga 72% orang tua tidak lagi mengawasi anaknya yang telah berusia 14 tahun ke atas. Padahal, 71% di antara kasus anak hilang yang disebabkan dunia maya ini berusia 15 tahun ke atas.

Sadar Privasi

Dunia maya atau internet ini pada dasarnya sama dengan dunia nyata. Keluasan akses dan interaksi dengan siapa saja membuat anak-anak rentan menjadi korban cyberbully, por­nografi, penipuan dengan iming-iming menghasilkan uang banyak dan cepat, hingga pencurian. Anak-anak perlu dia­jari untuk dapat memilah informasi yang boleh dibagikan di ruang publik atau diunggah di medsos, dan informasi mana yang tetap harus menjadi rahasia.

Informasi rahasia ini ter­masuk nama lengkap, sekolah, alamat rumah, tanggal lahir, tempat bermain, hingga nama saudara kandung. Informasi ini akan tersimpan secara permanen di dunia maya dan bisa diakses oleh siapa saja. Informasi ini juga bisa berisiko menyebabkan anak-anak tersebut mendapatkan perlakukan kejahatan seperti permintaan untuk por­nografi anak, diskriminasi dan bullying, atau ada pihak pihak yang memanfaat­kan informasi ini di masa depan seperti tempat kerja dan pendidikan mereka kelak.

Kesadaran melindungi privasi anak ini juga termasuk melindungi ekspos berlebihan di media sosial. Setidaknya ada 5 tip yang harus diperhatikan se­belum mengunggah foto anak (dirangkum dari beberapa sumber), yaitu:

Perhatikan detail latar sebelum mengunggah foto anak. Pastikan Anda tidak mengambil foto di depan rumah, mencantumkan alamat rumah, se­kolah, atau menunjukkan posisi rumah dengan jelas. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan, khususnya kepada anak.

Bagaimana jika ada orang tidak dikenal yang tertarik untuk menculik anak kita? Berhati-hati posting ini juga termasuk mem-posting keberadaan kita yang sedang jalan-jalan keluar kota. Pastikan tidak menyebutkan tanggal dan waktunya, agar tidak di­tangkap sebagai ‘peluang’ orang tidak dikenal untuk ke rumah yang ditinggal penghuninya.

Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Perundungan Siber

Pastikan sikap Anda yang mem­batasi upload foto anak di media sosial diketahui orang lain, sehingga jika ada keluarga atau teman yang mengambil foto anak kita, tidak akan mengunggahnya di media sosial tanpa memberitahu dan meminta izin kepada orang tuanya.

Jangan tampakkan wajah anak secara jelas. Seringkali para ibu bangga dengan tampang wajah anak yang lucu menggemaskan sehingga foto yang diunggah tampak jelas di media sosial. Padahal, foto anak yang tampak jelas ini membuka peluang dikenali orang asing, dan dapat membuka peluang kejahatan lain. Misalnya saja, anak tersebut diajak ke mal dan dikenali wa­jah dan namanya oleh orang asing yang berniat jahat, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kejahatan penculikan atau yang lain.

Batasi informasi anak yang dibagi­kan di media online, seperti nama lengkap, tanggal lahir, sekolah, ter­masuk hobi dan makanan kesukaan. Mengapa? Karena terkait dengan kea­manan anak tersebut juga. Bagaimana seandainya ada orang asing punya niat jahat, dia tahu nama lengkap anak dan berperan seolah anggota keluarga yang menjemputnya di sekolah?

Pertimbangkan untuk setting privasi dalam setiap unggahan foto. Jangan izinkan orang yang tidak dikenal dapat ikut melihat foto anak Anda. Oleh sebab itu, buatlah setting terbatas atau restriction hanya pada keluarga dan teman-teman yang bisa melihat foto tersebut.

Antisipasi

Lebih lanjut Kejaksaan Daerah Sand­iego California memberikan beberapa tip bagi orang tua untuk mengantisipasi kejahatan dan dampak negatif internet dan bermedia sosial pada anak-anak.

Pertama, letakkan komputer di ruang keluarga sehingga orang tua dapat mengawasi kegiatan anak-anak. Jangan biarkan anak mengakses internet seha­rian di kamarnya. Kehadiran orang tua di ruangan tempat anak mengakses internet akan berpengaruh pula pada perilaku online anak.

Kedua, orang tua juga harus “melek” internet dan bagaimana cara kerja internet. Saat ini memang mudah dijumpai fenomena anak lebih ‘cang­gih’ berselancar di dunia maya dibandingkan orang tuanya.

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 62% anak mengakui bahwa orang tuanya sedikit tahu atau sama sekali tidak tahu mengenai situs yang dibukanya. Oleh sebab itu, agar dapat mengawasi dengan mudah, hendaknya orang tua juga belajar mengenai dunia maya ini.

Bila perlu, belajar dari anak juga disarankan, karena keterlibatan aktif orang tua dan anak di dunia maya ini juga sangat disarankan untuk saling belajar dan mencari situs-situs yang menarik dan mendidik untuk diakses.

Ketiga, buatlah aturan mengenai waktu dan batasan pemakaian internet di rumah. Pastikan penegakan aturan ini dilaksanakan dengan baik, karena penegakan aturan waktu akses ini akan menciptakan kebiasaan perilaku berin­ternet pada anak juga orang tua.

Selain itu, berikan petunjuk dan arahan pada anak mengenai situs-situs yang boleh dan tidak boleh diakses. Terkait hal ini, perlu juga dipelajari bersama anak mengenai dampak negatif berselancar di dunia maya.

Pastikan anak-anak mengerti bahwa dunia maya ini sama dengan dunia nyata: ada orang-orang baik dan tidak baik. Oleh sebab itu, pastikan anak-anak mengerti untuk tidak mudah membuka komunikasi dengan orang asing, atau jangan mau diajak chat pribadi oleh orang yang mereka tidak kenal; juga jangan pernah mau diajak bertemu langsung.

Baca Juga: Etika dalam Bermedia Sosial

Selain itu, untuk menjaga diri di dunia maya, anak-anak tidak boleh membagi informasi pribadi mengenai dirinya. Termasuk mengunggah foto diri atau mengunduh foto tanpa sepengetahuan orang tua.

Keempat, buatkan akun untuk anak di komputer yang dapat diakses orang tua. Jangan lupa untuk men-setting parental control’ untuk mem-blocking iklan-iklan dan situs-situs yang tidak layak untuk anak dan secara berkala bukalah history akses internet oleh anak. Hal ini penting agar orang tua dapat memantau aktivitas internet anak melalui ‘jejak’ situs yang dibu­kanya.

Terakhir, perhatikan jika ada perubahan perilaku pada anak, seperti menjadi murung, menyendiri, meng­hindari berinteraksi dengan orang tua, atau cenderung lebih agresif. Bisa jadi saat itu anak sedang mengalami cyber­bully atau kecanduan menggunakan internet.

Demikianlah beberapa aturan berse­lancar di dunia maya untuk anak yang saat ini tengah disosialisasikan pula di Amerika Serikat dan di belahan dunia lainnya. Sebagai pembanding bagaima­na perilaku kita sendiri dan anak-anak di dunia maya, tidak ada salahnya berhati-hati dalam membagi informasi pribadi dan mengunggah foto di dunia maya. Sekali data dan foto terpam­pang di dunia maya akan ‘tersimpan’ selamanya di sana.

Sudah saatnya kita juga ‘berpikir panjang’ sebelum menu­liskan status di media sosial karena se­benarnya media sosial itu adalah ruang publik yang bebas diakses oleh siapa saja, yang mungkin saja diakses oleh mereka yang punya niat tidak baik. Be­berapa tip di atas semoga membantu untuk menghindari hal tersebut. (TBH)

*sumber: Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi Mei 2018, hlm. 36-37.

Related posts
Anak

Stop Kekerasan Psikis pada Anak

Oleh: Primatia Yogi Wulandari* “Dasar anak malas! Kerjaannya cuma tidur, main, tidur, main. Gak pernah sekalipun bantu ibu dan ayah!” “Kamu tuh…
Parenting

Mengolah Stres Pada Anak

Dewasa ini media sosial sering dihiasi dengan postingan-postingan bernuansa sendu, mulai dari masalah putus hubungan, masalah pekerjaan, hingga masalah perceraian. Postingan yang…
Parenting

Peran Orang Tua dalam Monitoring Tumbuh Kembang Anak

Oleh: Yekti Satriyandari* Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama di bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *