Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Prinsip dari seni islami adalah ekspresi dari setiap jiwa manusia yang sejalan dalam nilai Islam. Demikian ujar Evi Septiana Tavip Hayati selaku Anggota Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Podcast Dialog Dakwah Budaya dengan tema “Seni Sebagai Strategi Dakwah” yang disiarkan langsung oleh di YouTube @Majelis Tabligh Muhammadiyah, Selasa (30/11).
Di awal, Evi menyampaikan bahwa ada ketentuan atau norma yang harus dipegang dalam berkesenian Islam, yakni: (a) jika dalam bentuk tulisan, maka dilarang menulis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pornografi yang membuat orang-orang memiliki imajinasi yang berlebihan dengan tulisan yang dibuat; (b) menyanyikan lagu tidak boleh menggunakan kata-kata yang kotor; (c) dilarang seorang perempuan dan laki-laki yang belum mahram berpelukan meskipun dalam konteks sedang menari. “Berikut dengan pakaian tari yang digunakan juga tidak boleh menggunkan pakaian yang membentuk tubuh dan terbuka auratnya,” tambah Evi.
Baca Juga: Siti Harmunah: Seniman ‘Aisyiyah Berdedikasi Tinggi
Selanjutnya, ia juga menjelaskan bahwa sebelum melakukan dakwah dalam seni ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, adanya rancangan dan strategi yang matang, dengan memperjelas sasaran dakwah, misalkan dakwah seni dalam bentuk animasi, animasi bukan hanya tertuju pada sasaran anak-anak namun juga bida diterapkan pada ibu-ibu dan kalangan orang tua, namun harus tetap dengan isi dakwah yang sesuai.
Kedua, strategi merumuskan pokok permasalahan yang ada pada mad’u. Sebagai contoh, ketika sedang melakukan dakwah di suku terasing, memberikan dakwah dengan tema kekinian barangkali bukan strategi dakwah yang tepat. Maka dakwah harus sesuai dengan permasalahan mad’u supaya yang disampaikan bisa tepat sampai.
Ketiga, merumuskan isi dakwah yang akan disampaikan, materi dakwah yang disampaikan seperti apa, dan sebagainya. Jika sasarannya adalah suku asing, misalnya, maka harus diawali dengan pengenalan Islam terlebuh dahulu dengan cara yang sesuai dengan budaya setempat.
Keempat, melakukan evaluasi materi dakwah yang akan disampaikan supaya benar-benar matang ketika menyampaikan isi dakwah. “Seni sifatnya netral. Entah seni suara, lukis, ukir, atau seni tari hakikatnya secara zat adalah netral namun tergantung bagaimana kita menggunakannya,” tambah Evi Septiana Tavip Hayati. (septi)