Berita

LLHPB PP Aisyiyah Siapkan Modul tentang Islam, Perempuan, dan Lingkungan

Tuban, Suara ‘Aisyiyah – Hening Parlan selaku Ketua Divisi Lingkungan LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyampaikan, ada ustadzah lingkungan yang dipersiapkan untuk garda terdepan agar di mana pun berada, mereka akan mensosialisaikan tentang lingkungan. Hal itu ia sampaikan dalam diskusi awal tentang penulisan modul ustadzah lingkungan via Zoom meeting, Selasa (30/11).

“Latar belakangnya ada pada bacaan kita yang terbatas. Sementara tantangan kita ada pada perubahan iklim. Ini membutuhkan energi lebih dari 60 persen,” jelasnya.

“Sementara komunitas yang merasakan dampak paling besar tidak mendapatkan suguhan yang cukup kuat,” imbuhnya.

Untuk itu, kata dia, dalam waktu dekat akan diterbitkan modul yang dijadikan pegangan para ustadzah lingkungan. Dalam menyusun modul tersebut tim yang telah dibentuk akan berkolaborasi dengan Majelis Tarjih yang ada di Muhammadiyah dan Majelis Tabligh yang ada di ‘Aisyiyah.

“Kita akan menyiapkan bahan ini, dan ini adalah living document yang memungkinkan dalam step ke stepnya akan mengalami perubahan atau tambahan-tambahan di setiap waktunya,” ucapnya.

Hening menjelaskan ada tiga kajian yang dimasukkan dalam modul tersebut. “Isinya hanya beberapa hal. Yang pertama tentang Islam dan lingkungan, yang kedua adalah perempuan penjaga bumi, dan yang ketiga adalah inovasi,” terangnya.

Baca Juga: Menjaga Lingkungan Hidup Amanah Allah

Tentang Islam dan lingkungan, menurut dia, ada sekitar 60 ayat dalam al-Quran yang membicarakan tentang hal itu. Karena modul ini akan dijadikan buku saku, maka dimasukkan beberapa ayat yang dirasa penting.

“Islam dan lingkungan itu adalah menterjemahkan bagaimana Muhammadiyah yang merupakan Islam berkemajuan mentransformasi ayat-ayat ini dalam gerakannya,” ucapnya.

Terkait perempuan penjaga bumi, menurut dia, disajikan cerita-cerita tokoh sejarah dari manapun selama itu mengisnpirasi.

“Isinya adalah bagaimana perempuan memberikan spirit. Ada beberapa contoh yang ada di dunia, misalnya ada tokoh dari Afrika yang menanam pohon hampir di seluruh Afrika yang kemudian dia mendapatkan Nobel,” tandasnya.

Sementara di dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang dia ketahui pembahasannya terkait kesehatan jarang ditemukan sejarah yang berkaitan dengan lingkungan. Oleh karena itu, menurut dia, sejarah Muhammadiyah ataupun ‘Aisyiyah perlu dibongkar.

“Yang saya baca, dari dulu kesehatan, jarang banget yang berkaitan dengan lingkungan. Mungkin saya yang salah,” tutur Hening.

Adapun pembahasan terkait inovasi, dia mencontohkan yang telah dilakukan oleh LLHPB ‘Aisyiyah di beberapa wilayah maupun daerah melalui aksi penanaman pohon dan sayur dengan sistem pola asuh untuk kelentingan keluarga.

“Biar contoh dari aksi-aksi itu menimbulkan semangat ibu-ibu. Oh, ternyata kampanye itu tidak hanya pengajian,” ucapnya.

“Jika dilihat dengan kacamata negatif maka dia akan hanya pengajian, tetapi jika dilihat dari kacamata positif, dia akan powerfull untuk kegiatan-kegiatan lingkungan yang sifatnya adalah dakwah,” imbuhnya.

Dia berharap dari nilai-nilai Islam terkait lingkungan, perempuan penjaga bumi, dan inovasi yang tertuang dalam modul itu, orang akan terdoktrin untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan. (Iwan Abdul Gani)

Related posts
Sejarah

Aisyiyah sebagai Panggung Good Governance

Oleh: Mu’arif* Ketika Kiai Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendirikan Muhammadiyah (18 November 1912), yang pertama kali dilakukan bukanlah menawarkan paham keagamaan baru,…
Lensa Organisasi

Lirik Mars Aisyiyah

Wahai warga ‘Aisyiyah sejati Sadarlah akan kewajiban suci Membina harkat kaum wanita Menjadi tiang utama negara Di telapak kakimu terbentang surga Di…
Liputan

Ulama Aisyiyah Memajukan Umat dan Bangsa

Jika dirujuk ke akar katanya, kata “ulama” sebenarnya mempunyai makna yang luas. Kata ‘ulamā’ merupakan jamak dari ‘alīm yang bermakna orang yang…

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *