Berita

LPPA PWA Kalimantan Barat Kupas Isu Kontroversi Vaksinasi Covid-19

Pontianak, Suara ‘Aisyiyah – Upaya pemerintah dalam menangani kasus Covid-19 yang masih belum usai, yaitu dengan diadakannya vaksinasi yang tercatat sejak Rabu (13/1), hal tersebut disahkan oleh Presiden beserta jajarannya. Menanggapi kebijakan dalam upaya penanganan Covid-19 tersebut, masih banyak keraguan dan pertanyaan dari masyarakat sekitar.

LPPA PWA Kalimantan Barat pada Sabtu (16/1) mengadakan sebuah seminar mengenai “Kontroversi Vaksinasi Covid-19”. Seminar tersebut bertujuan untuk mengupas isu tersebut langsung bersama dengan ahlinya yakni Prof. Alimatul Qitbiyah, Ph. D selaku Guru Besar UIN Sunan Kalijaga dan Ketua LPPA Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, serta Dokter Ahmad Mutaqin ‘Alim Sp.An., EMDM sebagai Dokter di RS Muhammadiyah Bantul dan juga Ketua MCCC Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Kedua narasumber tersebut mengupas mengenai bagaiamana majelis tarjih memberikan rekomendasi terkait vaksin dan seputar fungsi vaksinasi dalam penanggulangan pandemi. Kegiatan tersebut terselenggara atas Kerjasama antara PWA Kalimantan Barat, Polita Kota Pontianak, dan juga LPPA Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.

Disampaikan oleh Prof. Alimatul Qibtiyah, Ph. D., salah satu urgensi paling penting dalam penanganan Covid-19 adalah munculnya hoax, yang menurut MAFINDO berita hoax kesehatan mencapai angka 56% dan berita tentang pandemic Covid-19 mencapai 94.8%.

Sikap Muhammadiyah terhadap pandemi Covid-19 yaitu dengan memberikan masukan kepada pemerintah, aktif melakukan upaya pengakhiran pandemi, menjaga netralitas politik, melakukan kajian dengan MCCC dan MTT serta melakukan sosialisi tentang sikap Muhammadiyah.

Selain itu Muhammadiyah menyetujui adanya vaksinasi dengan catatan BPOM harus tetap independen dan transparan dalam penentuan keamanan dan test netralisasi vaksin, MUI tetap menjalankan perannya dalam penentuan kehalalan vaksin dan siap menjadi bagian dari proses, menerapkan strategi komunikasi, edukasi, dan kampanye terkait fungsi vaksin, mensukseskan program vaksinasi, dan tetap ketat dalam menegakkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) serta 3T (Testing, Tracing dan Treatment).

“Insyaallah AMAN, karena sudah melalui uji pra-klinis, uji klinis fase pertama, uji klinis fase kedua, uji klinis fase ketiga. Apakah vaksin mengubah DNA kita? Dengan vaksin tidak mengubah DNA kita. Mengapa Indonesia menggunakan vaksin sinovac? Karena vaksin jenis sinovac ini proses distribusinnya sangat mudah, dan dapat disimpan dalam suhu kulkas. Vaksinasi adalah sebuah bentuk jihad komunal bukan jihad individu, vaksin itu penting namun bukan pengganti dari segala upaya, kita harus tetap total protection,” ungkap Dokter Ahmad Mutaqin.

Kontributor: Indah Budiastutik

Editor: Tami

Related posts
Lensa OrganisasiSejarah

Di Mana Aisyiyah Ketika Masa Revolusi Indonesia?

Oleh: Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi* Tahun ini, Indonesia telah memasuki usia yang ke-79. Hal ini menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan para pendahulu…
Berita

Hadiri Forum Antaragama di Brasil, Abdul Mu’ti Bagikan Pengalaman Muhammadiyah di Masa Pandemi Covid-19

Brasil, Suara ‘Aisyiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu‎’ti dalam acara The 2024 G20 Interfaith Forum and PaRD Annual…
Berita

107 Tahun Aisyiyah, Perkuat Komitmen Menjawab Berbagai Problem Kemanusiaan Semesta

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Mengusung tema “Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta” ‘Aisyiyah  akan memperingati miladnya yang ke-107 tahun pada 19 Mei…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *