Oleh: Muhammad Alfreda Daib Insan Labib*
Nama lengkapnya Lubabah bintu al-Haris bin Hazn bin Bujair bin Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah al-Hilali. Shahabiyat yang memiliki kunyah “Ummu al-Fadhl” ini adalah istri dari Abbas bin Abdul Muthalib dan ibu dari al-Fadhl, Abdullah, Ubaidullah, Qatsam, Ma’bad, dan Abdurrahman. Lubabah merupakan salah satu dari bibi Rasulullah saw.
Lubabah merupakan perempuan yang mulia. Ia merupakan salah satu dari empat perempuan yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah selain Maimunah, Asma’, dan Salma. Ketika awal kemunculan Islam, Lubabah merupakan shahabiyat yang pertama-tama memeluk Islam. Ia menjadi perempuan kedua yang masuk Islam, setelah Khadijah. Selanjutnya, Lubabah turut berhijrah ke Madinah bersama sang suami.
Berani Membela Kebenaran
Keberaian Lubabah dapat dijadikan teladan bagi umat Islam secara umum dan kaum hawa secara khusus. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ia pernah memukul Abu Lahab hingga terkapar jatuh.
Peristiwa itu terjadi pasca Perang Badar. Dalam perang itu, Abu Lahab memang tidak dapat ikut. Dikisahkan bahwa pasca perang berlangsung, Abu Lahab memanggil Abu Sufyan bin Harits, salah seorang pemuda di antara pasukan kafir Quraisy yang turut serta bergabung dalam Perang Badar.
Kepada Abu Sufyan, Abu Lahab menanyakan tentang simpang siur kabar tentang musibah yang menimpa pasukan kafir Quraisy. Ia bertanya, “Wahai putra saudaraku, beritakanlah bagaimana keadaan manusia (dalam Perang Badar)?”
Atas pertanyaan tersebut, Abu Sufyan kemudian menjawab bahwa tidak ada hasil apa-apa dalam perang itu. Pasalnya, yang dihadapi pasukan kafir Quraisy saat itu adalah pasukan dengan pakaian putih yang mengendarai kuda dengan kecepatan yang sangat cepat. Dalam pengakuan Abu Sufyan, “tidak ada pasukan yang bisa menandingi mereka”.
Abu Rafi’ yang kebetulan berada di sana bersama Lubabah menimpali percakapan tersebut sambil mengangkat batu yang saat itu sedang ia genggam. Abu Rafi’ berkata bahwa pasukan itu adalah malaikat. Komentar Abu Rafi’ itu ternyata membuat Abu Lahab marah, sehingga ia mengepalkan tangan dan memukul Abu Rafi’. Tidak cukup di situ, Abu Lahab menarik dan membantingnya ke tanah. Merasa belum puas, ia kemudian mendudukkannya untuk kemudian dipukul lagi dengan sangat keras.
Merasa tidak terima dengan perlakuan Abu Lahab kepada Abu Rafi’, Lubabah kemudian mengambil tiang dari batu untuk dipukulkan ke kepala Abu Lahab. Pukulan itu sangat keras. Hal ini dapat dilihat dari luka mengerikan yang diderita Abu Lahab. Kepada paman Nabi Muhammad itu, Lubabah berkata tegas, “Kamu berani berbuat demikian bila tuannya tidak melihatnya”.
Abu Lahab kemudian bangun dalam keadaan terhina. Setelah kejadian itu, Abu Lahab tidak hidup kecuali kurang lebih tujuh malam. Allah swt. menimpakan penyakit bisul yang menyebabkan kematian Abu Lahab.
Perempuan Periwayat Hadis
Selain keutamannya dalam hal keberanian, Lubabah merupakan salah satu bibi Rasulullah yang punya kedekatan spesial dengan Nabi. Dalam suatu waktu, ia pernah bermimpi bahwa sebagian dari anggota tubuh Rasulullah berada di rumahnya. Ihwal tersebut kemudian disampaikan kepada Rasulullah yang kemudian ditafsirkan oleh Rasulullah bahwa putri beliau, Fatimah, akan melahirkan anak laki-laki yang disusui olehnya.
Selang beberapa waktu, apa yang ditafsirkan Rasulullah menjadi kenyataan. Fatimah melahirkan Hasan dan Husein. Mendengar kabar itu, Lubabah bergegas menemui Fatimah untuk mulai merawat dan menyusui keduanya. Lubabah tidak pernah membeda-bedakan keduanya. Ia merawat keduanya dengan penuh cinta dan kasih sayang seperti merawat anaknya sendiri.
Baca Juga: Sukainah binti Husain, Membela Kehormatan Perempuan dengan Sastra
Selama mengasuh kedua cucu Rasulullah, Lubabah mendapatkan banyak informasi dan pengajaran yang penting bagi umat Islam. Di antaranya kisah ketika Rasulullah sedang bermain dengan Hasan dan Husein, kemudian Husein tiba-tiba menangis. Setelah ditelisik ternyata Husein mengencingi Rasulullah.
Saat itu, Lubabah memerintahkan Rasulullah untuk mengganti pakaiannya, namun Rasulullah tidak meng-iya-kan apa yang diperintahkan Lubabah, melainkan memintanya untuk mengambilkan air.
Rasulullah saw. kemudian menjelaskan bahwa apabila seorang muslim terkena kencing bayi laki-laki –yang masih meminum ASI–, maka cara membersihkannya cukup dipercikkan air ke bagian yang terkena kencing bayi tersebut. Adapun jika bayinya perempuan, maka hendaknya dibersihkan dengan cara dicuci bagian yang terkena kencing tersebut.
Guru dan Murid Lubabah
Kontribusi Lubabah dalam periwayatan hadis tidak terlepas dari peran guru-gurunya. Beberapa di antara guru Lubabah adalah Abdullah bin Hudzafah al-Sahmiy, Mu’awiyah bin Abi Sufyan al-Umawiy, dan Abdullah bin Abbas al-Qurasyi. Adapun di antara murid-muridnya adalah Anas bin Malik al-Anshoriy, Salim bin Abi Umayyah al-Quraisyi, ibn Harits, dan Abdullah bin al-‘Abbas al-Qurasyi.
Setidaknya dalam kutub al-tis’ah terdapat enam hadis Lubabah yang disebutkan sebanyak 48 kali. Tema hadis yang diriwayatkan Lubabah di antaranya terkait dengan fikih anak, fikih mahram, puasa arafah Nabi, dan pembacaan surat al-Mursalat dalam salat Magrib.
*Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta