Mataram, Suara ‘Aisyiyah – Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengadakan kegiatan Seminar dan Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Terpadu di Universitas Muhammadiyah Mataram, Jumat (1/12). Penyusunan kalender hijriah global menjadi prioritas program Majelis Tarjih sejak Muktamar ke-47 di Makassar.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Barat, Falahuddin menyampaikan sejarah perjalanan Muhammadiyah di bumi NTB. Bermula sejak sejak tahun 1918, eksistensi Muhammadiyah di NTB terus meluas. Bahkan, menurutnya, Kiai Haji Badawi dan Kiai Mas Mansur pernah mengunjungi Lombok Timur.
Selanjutnya, Ketua PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar mengatakan bahwa Majelis Tarjih dan Tajdid yang pada 2027 nanti genap berusia satu abad punya tugas yang sengat berat, yakni menyusun Tafsir At-Tanwir dan menyusun konsep kalender hijriah global terpadu seratus tahun ke depan. Untuk penyusunan kalender hijriah global, kata Syamsul, sudah selesai “tapi sekarang masih dalam proses koreksi”.
Baca Juga: Keutamaan Puasa Yaumul Bidh
Selama ini, Syamsul menerangkan, kalender disusun berdasarkan zona yang pada momen-momen tertentu bisa memunculkan terjadinya perbedaan tanggal. Perbedaan inilah yang melahirkan gagasan penyusunan kalender hijriah global. Tokoh di balik gagasan tersebut adalah ulama hadis asal Mesir, Ahmad Muhammad Syakir.
Melanjutkan gagasan Ahmad Syakir, Muhammadiyah menekankan perlunya menyusun kalender hijriah global dalam rangka menyatukan tata waktu dan sistem penanggalan umat Islam. “Itulah kenapa Majelis Tarjih berupaya melakukan sosialisasi seperti ini,” kata Syamsul.
Ia menyadari tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah amatlah besar. Namun, berangkat dari pengalaman pembetulan arah kiblat oleh Kiai Ahmad Dahlan, Syamsul berharap kalender hijriah global ini nantinya juga akan diterima oleh masyarakat luas. (sb)