Liputan

Makna Ta’awun di Tengah Pandemi Covid-19

Muhammadiyah-‘Aisyiyah berhasil melewati lika-liku zaman dengan segala persoalan yang menyertainya. Berbasis pengalaman itulah, di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, Muhammadiyah-‘Aisyiyah meneguhkan posisinya, yakni sebagai organisasi yang berada di garda depan dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Dalam konteks itu, Suara ‘Aisyiyah melakukan wawancara dengan Niki Alma Febriana Fauzi selaku Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, mengenai pemaknaan ta’awun dalam konteks pandemi Covid-19, sebagai landasan gerakan praksis persyarikatan Muhammadiyah.

Apa makna ta’awun secara definitif dan kontekstual jika dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini?

Dalam bahasa Arab, kata ta’awun (تعاون atau التعاون) itu mengikuti wazan atau bentuk tafa’ala (تفاعل). Dalam kaidah kebahasaan, kata yang berwazan tafa’ala itu memiliki makna di antaranya li al-musyarakah baina itsnaini fa aktsara (persekutuan timbal balik antara dua orang atau lebih). Sebagai contoh, ketika kita mengatakan ta’awana Zaid wa ‘Umar, artinya ada hubungan timbal balik saling tolong menolong antara Zaid dan ‘Umar. Dalam bahasa al-Sya’rawi, wazan tafa’ala mengandaikan fa’il (subjek) menjadi maf’ul (objek), dan maf’ul (objek) menjadi fa’il (subjek), dalam waktu yang sama. Artinya, Zaid di sana menjadi subjek (orang yang menolong) dan pada saat yang bersamaan juga menjadi objek (orang yang ditolong). Begitu juga dengan ‘Umar.

Definisi kebahasaan tersebut jika ditarik benang merah adalah bahwa ta’awun itu meniscayakan adanya hubungan kesalingan atau timbal balik. Karenanya, “saling tolong-menolong” itu menunjukkan makna egaliter; tidak ada yang saling mengungguli atau mengalahkan satu sama lain. Dalam konteks wabah Covid-19 ini, makna ta’awun tentu harus dipahami dalam konteks seperti itu. Harus ada sikap kesalingan, egaliter, tidak mengalahkan satu sama lain, tidak egois hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan yang lain.

Dengan makna tersebut, lalu model-model ta’awun seperti apa yang dapat dilakukan?

Dalam kondisi wabah seperti ini, banyak model ta’awun yang bisa kita lakukan. Sebagai contoh, misalkan, de-ngan diamnya kita di rumah. Diamnya kita di rumah sesungguhnya merupa-kan bentuk ta’awun paling sederhana yang dapat kita lakukan. Diamnya kita di rumah adalah bentuk ta’awun kita agar virus Covid-19 ini dapat ditekan penyebarannya. Diamnya kita di rumah adalah bentuk ta’awun kita kepada para tenaga medis, mujahid yang selalu siap sedia di garis terdepan menghadapi wabah Covid-19 ini.

Jangan egois dengan memaksakan diri keluar rumah tanpa ada kepen-tingan mendesak. Para ulama dan organisasi keagamaan, seperti Muhammadiyah, MUI, dan NU, bahkan lembaga fatwa dunia juga sudah mengeluarkan fatwa agar kita melakukan social distancing. Termasuk agar kita tidak shalat berjamaah di masjid dan mengganti shalat Jumat dengan shalat Zuhur di rumah masing-masing, karena yang demikian berpotensi mengumpulkan banyak orang dalam satu tempat, dan itu sangat berbahaya.

Pelarangan atau peniadaan shalat jamaah di masjid ini, jangan kemudian ditafsirkan bahwa ulama atau organisasi keagamaan telah melarang umat Islam untuk beribadah di masjid. Hal yang dilarang itu adalah konsentrasi banyak orang dalam satu tempat (berkerumun). Karenanya, segala bentuk kegiatan atau tempat-tempat yang berpotensi mengumpulkan banyak orang seharusnya dihindari. Itu salah satu contoh model ta’awun yang paling sederhana yang dapat kita lakukan.

Ta’awun lain yang penting menurut saya adalah sikap kita untuk tidak rakus/tamak dan egois dalam menguasai atau mendapatkan bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan mendasar masyarakat. Dalam situasi wabah seperti ini, ada kebiasaan buruk sebagian masyarakat kita yang melakukan panic buying; panik dan semua dibeli, tanpa memikirkan yang lain. Inilah yang menyebabkan barang menjadi langka dan melonjak naik, di samping karena disebabkan adanya penimbun yang zhalim. (Sirajuddin)

Baca selengkapnya di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 5 Mei 2020

Related posts
Berita

Hadiri Forum Antaragama di Brasil, Abdul Mu’ti Bagikan Pengalaman Muhammadiyah di Masa Pandemi Covid-19

Brasil, Suara ‘Aisyiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu‎’ti dalam acara The 2024 G20 Interfaith Forum and PaRD Annual…
Berita

Pesan Ketua Umum IDAI: Jangan Sepelekan Omicron

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Sabtu (26/2), akun Instagram @pandemictalks mengadakan siaran langsung membahas tentang “Jangan Sepelekan Omicron dan Lindungi Anak Indonesia!” Acara…
Berita

Muhammadiyah Hadapi Covid-19 dengan 3 Nilai Ini

Bandung, Suara ‘Aisyiyah – Muhammadiyah menghadapi pandemi Covid-19 dengan menerapkan 3 nilai utama, yaitu sesuai dengan prinsip imaniah yang benar, prinsip ilmiah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *