Oleh: Khusnul Hidayah*
Dewi telah menjalankan bisnis cake kekinian secara online hampir dua tahun. Usahanya tergolong laris dan tidak sepi pesanan. Sayangnya, dia belum dapat menikmati keuntungannya. Dia menduga omzetnya perlu dinaikkan. Berbagai cara dilakukannya untuk mengembangkan usaha: dengan promosi, menjalin kerja sama dengan banyak pihak, hingga menambah modal segar. Namun, usaha itu belum menampakkan hasilnya. Ia bahkan seringkali masih harus menambah modal lagi dari kas keluarga.
Jadi, apa masalahnya? Kepada teman baiknya yang telah berpengalaman, Dewi meminta saran. Setelah cukup mendengar keluhan Dewi, temannya menanyakan bagaimana Dewi menggunakan uang hasil penjualan kue-kuenya.
“Ya, biasalah, seperti ibu-ibu lain. Untuk berbelanja kebutuhan keluarga, membayar tagihan listrik, PAM, biaya anak sekolah, dan lain-lain. Aku tidak aneh-aneh menggunakan hasil usahaku.”
“Oke. Tapi, duit hasil usaha itu dipisah tidak dengan duit pribadi, dengan dompet keluarga? Ada pencatatan?”
“Oh, mengapa harus dipisah? Itu kan usahaku sendiri.”
Menjadi pebisnis sukses merupakan impian banyak pengusaha, tetapi tidak sedikit pengusaha, terutama pemula, yang mengalami kegagalan dalam bisnisnya karena hal sederhana: belum mampu atau tidak disiplin mengelola keuangan. Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah mencampuradukkan keuangan usaha dan keuangan pribadi. Kesalahan itu terlihat sepele, tetapi dampaknya besar.
Mengapa? Sebab jika antara uang pribadi dengan uang usaha tercampur, bagaimana kita dapat mengetahui perputaran modalnya, berapa keuntungannya, apakah usaha itu benar-benar menguntungkan, terus berkembang, jalan di tempat, atau justru sebenarnya tekor?
Memisahkan keuangan usaha dengan keuangan pribadi adalah penting dan mendasar dalam menjalankan usaha. Walaupun uang pribadi dan uang usaha sama-sama merupakan milik pengusaha sendiri, seorang pengusaha wajib mengelola keuangan usahanya dengan perspektif bisnis. Banyak masalah yang timbul ketika keuangan pribadi dan usaha tercampur. Misalnya kesulitan menghitung keuntungan usaha, modal tergerogoti tanpa disadari karena terpakai untuk kebutuhan pribadi sehingga menghambat arus keuangan bisnis dan berujung pada kebangkrutan.
Pentingnya Pemisahan
Seberapa penting sebenarnya memisahkan uang pribadi dan uang usaha? Tidak sedikit dari pelaku usaha yang memulai usahanya dari nol dengan modal yang terbatas. Pemisahan pengelolaan keuangan pribadi dan uang usaha akan berguna dalam pengambilan keputusan bisnis, seperti lebih mudah dalam mengetahui omzet, laba, dan total aset usaha dan mengevaluasi kinerjanya.
Selain itu, ketika pengusaha ingin mengembangkan bisnisnya dengan mengajukan pinjaman atau bekerja sama dengan pihak lain, adanya pengelolaan, pencatatan, dan pelaporan keuangan yang tertib dan jelas akan mempermudah proses pengajuan pinjaman. Melalui laporan keuangan itu, sehat dan tidaknya usaha akan dengan mudah diketahui. Calon pemberi pinjaman dapat mengambil keputusan dengan yakin dan lebih cepat.
Baca Juga: Strategi Mengelola Dompet Keuangan Keluarga
Strategi Pemisahan Keuangan Usaha dan Pribadi
Setelah mengetahui pentingnya memisahkan uang pribadi dan uang usaha, lantas, bagaimana cara memisahkan uang pribadi dan usaha yang tepat? Ada beberapa strategi yang bisa dijalankan.
Pertama, membuat rekening bank terpisah. Strategi termudah dalam memisahkan pengelolaan keuangan usaha dan pribadi adalah dengan membuka rekening bank yang terpisah untuk keperluan pribadi dan usaha. Hal ini dilakukan untuk memantau arus kas usaha, sehingga lebih mudah untuk melihat keuntungan usaha atau kerugian yang diperoleh, dan mengetahui dengan pasti apakah kondisi keuangan usaha sedang sehat atau tidak baikbaik saja.
Kedua, mengelola pemasukan dan pengeluaran. Setelah memisahkan uang pribadi dan uang usaha di rekening yang berbeda, kita harus mengelola pemasukan dan pengeluaran agar lebih mudah mengontrol segala pembiayaan demi menjaga kestabilan ekonomi usaha dan pribadi. Untuk itu, kita perlu dengan disiplin mencatat keuangan seperti mengarsipkan tagihan dan nota pembelanjaan dengan baik. Saat ini sudah tersedia banyak aplikasi online keuangan usaha mikro kecil yang memudahkan pengusaha melakukan pencatatan keuangan, baik yang gratis maupun berbayar seperti aplikasi Si Apik, Buku Warung, dan Teman Bisnis. Ketika menginginkan usahanya berkembang, pengusaha harus memastikan bahwa semua transaksi tercatat di pembukuan dan uang usaha dipakai hanya untuk kebutuhan usaha.
Ketiga, mengevaluasi keuangan secara berkala. Melakukan evaluasi rutin minimal seminggu atau sebulan sekali merupakan kegiatan penting, apalagi bagi pelaku usaha yang bekerja secara tim. Pada evaluasi tersebut, bisa ditinjau apa saja kegiatan yang telah dijalankan selama seminggu, sebulan, atau semester, apakah sudah mencapai target atau belum, omzet naik ataukah turun? Perlukah menambah modal? Selain memantau arus keuangan, evaluasi juga akan membantu pengusaha menemukan solusi dan strategi yang harus diambil untuk berkembang.
Keempat, menggaji diri sendiri. Tidak sedikit pebisnis pemula yang turut andil bekerja sebagai pekerja di usahanya. Kalau ada pertanyaan, “Terus saya dapat untung dari mana kalau semuanya masuk ke rekening usaha?” Ya dari gaji yang dapat diberikan oleh hasil usaha kita. Kalau misalnya keuntungan usaha lebih dari 20 persen, maka kita bisa mengambil keuntungan setengahnya untuk dimasukkan ke dalam rekening pribadi dan sisanya masuk ke rekening usaha untuk pengembangan bisnis. Penggajian ini bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan jika pendapatan bisnis masih belum stabil.
Kelima, disiplin Pribadi dalam Pelaksanaannya. Sikap disiplin adalah wajib ditanam-kan pada setiap pelaku usaha, baik kecil maupun besar. Kendati sudah memisahkan keuangan dengan menggunakan rekening yang berbeda, melakukan pencatatan yang profesional, sikap disiplin dalam pengelolaan keuangan menjadi hal yang penting. Tidak dimungkiri bahwa godaan menggunakan uang modal usaha untuk keperluan pribadi sangatlah menggiurkan. Ketika menginginkan usahanya berkembang, pengusaha harus memastikan bahwa semua transaksi tercatat di pembukuan dan uang usaha dipakai hanya untuk kebutuhan usaha. Jika terpaksa memakai modal untuk keperluan pribadi, catat sebagai peminjaman dan kembalikan secepat mungkin ketika kondisi memungkinkan.
Itulah lima strategi memisahkan keuangan pribadi dan usaha agar bisnis berjalan lancar dan terus berkembang. Untuk mewujudkan bisnis yang sukses, pengusaha harus bijak mengelola keuangannya. [10/23]
* Dosen Prodi Akuntansi, FEB Universitas Ahmad Dahlan dan Bendahara Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PP ‘Aisyiyah