Makkah-Suara ‘Aisyiyah. Sambil meneteskan air mata, Mardeka yang merupakan difabel netra terbata mengucap, “Yang rasanya ga mungkin jadi mungkin, keadaan saya seperti ini, bahagia sudah saya.” Demikian Mardeka mengutarakan perasaannya setelah bisa naik haji kala diwawancara di hotelnya, di Makkah.
Lahir Jelang Proklamasi
Namanya Mardeka bin Bidulan Imran. Shubuh, 17 Agustus 1945, ia terlahir di hutan saat orang tuanya, pejuang kemerdekaan, harus bersembunyi dari kejaran penjajah Belanda.
Siangnya, Soekarno dan Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan. Itulah mengapa, namanya Mardeka, melekat pada sejarah kemerdekaan. Bulan Agustus nanti, usianya tepat 79 Tahun.
Bersikukuh Naik Haji
Cerita perjalanan hajinya dimulai saat anaknya mendaftarkan Mardeka dan istri berhaji di tahun 2018. Tadinya anak Mardeka berniat memberangkatkan umroh saja karena kondisi abahnya.
Tapi Mardeka bersikukuh berangkat haji, “Kalau tidak haji lebih baik Kada usah, ” ungkapnya. Menurutnya, haji adalah rukun Islam jadi lebih utama untuk dikerjakan.
“Bangga rasanya, sampai saya keluar air mata. Rasanya yang ga mungkin jd mungkin. Meski. Keadaan seperti ini, bahagia sudah saya,” ungkap Mardeka saat ditanya bagaimana rasanya didaftarkan haji.
Petani Penyadap Karet
Meski ia dibiayai anaknya karena tak punya biaya untuk membayar sendiri, tetapi sebenarnya Mardeka sedang menuai hasil dari kerja kerasnya.
Laki-laki asal Sikna, Mentalat, Barito Utara, Kalimantan Tengah ini, dulu bekerja sebagai petani penyadap karet. “Untuk nyekolahin anak yang mau sekolah, ada yang kuliah, ada yg SMA. Yang berangkatkan saya anak-anak, hasil mereka.
Dari 8 orang anaknya, empat di antaranya laki-laki dan empat perempuan. Dua anaknya bersekolah hingga pendidikan tinggi dan telah bekerja. Lainnya, meneruskan menyadap karet.
Hidupnya mulai berubah sejak tahun 2023, kala tiba-tiba mata kirinya mulai kabur. Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan ia mengidap glukoma.
Mata kanannya pun berangsur tidak bisa melihat, meski ia sudah berikhtiar berobat ke doker spesialis mata di Banjarmasin. Dari rumahnya di kabupaten Barito Utara menuju Banjarmasin , Mardeka harus naik kapal sehari semalam.
***
Malam itu, adzan Maghrib berkumandang. Waktu menunjukkan pukul 19.15. Mengenakan kaos oblong putih dengan resleting di tengah dan celana putih, Mardeka dituntun istrinya berwudhu di kamar mandi yang terletak di samping kamarnya.
Arsimah, istrinya tampak membantu Mardeka mengenakan sandal jepit warna putih orens sebelum beranjak ke kamar mandi. Usai berwudhu, pelan-pelan Mardeka berjalan meraba-raba dinding dan dipan menuju kasur. Sajadah warna biru disiapkan istrinya untuk shalat maghrib di atas kasur. Mardeka pun shalat dalam posisi duduk.
Bersyukur Tiba di Makkah
Lelaki bercucu 25 dan berbuyut 13 ini bersyukur bisa tiba di Makkah untuk berhaji memenuhi panggilan Allah. Saat ditanya, apa yang dipanjatkannya, ia berdoa diberi kekuatan dan kesehatan. “Ku mendoakan semua keluargaku semoga bisa dipanggil ke sini (baitullah), diberi kemudahan, dan rizki yang banyak.
Umroh wajib dijalaninya bersama istri dengan menggunakan skuter didampingi Ketua Rombongannya. Mobilitasnya di tanah suci pun terbantu menggunakan tongkat maupun kursi roda.
Warga Dayak Bakumpai ini banyak terbantu oleh teman sekamarnya. Baik itu Halik sang Ketua Rombongan maupun Husein dan kakaknya. “Kalau abah minta pepaya, kami carikan,” jelas Haliq selain juga membantu mendorong kursi roda. “Sangat bersyukur dapat teman pak halik, sudah saya anggap sebagai cucu sendiri,” ujar Mardeka.
Dari pengalaman mendorong Mardeka, Halik belajar cara mendorong yang membuat Mardeka nyaman. Setiap akan berbelok, ia harus memberi tahu Merdeka agar tidak tiba-tiba muntah.
Untuk tiba di tanah suci, Mardeka harus melewati perjalanan panjang. Keduanya harus naik speedboat selama dua jam hingga sampai di Muara Teweh, ibukota kabupaten Barito Utara. Baru kemudian 9 jam perjalanan menggunakan bis untuk sampai di Banjarmasin.
Sembari menunggu ibadah puncak haji tiba, Mardeka dan istrinya lebih banyak menghabiskan waktu di hotel. Entah itu berdzikir, shalat, berdoa, dan membaca quran. Kepada Halik ia pernah berucap ingin berdoa agar matanya lekas sembuh dan bisa melihat. (hns)