Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Berdiri tahun 1986, kini Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah resmi mempunyai kantor. Peresmian kantor Majelis Diktilitbang ini dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Ketua PP Muhammadiyah Koordinator Bidang Pendidikan Muhadjir Effendy, dan pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah.
Ketua Majelis Diktilitbang Lincolin Arsyad menjelaskan, kantor yang dibangun dengan biaya lebih dari 3 miliar rupiah ini sudah mendapat sertifikasi ISO dan dilengkapi Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis digital, seperti sistem persuratan dan dokumen, laporan kegiatan majelis, laporan pimpinan PTMA, implementasi standar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), sistem informasi beasiswa, dan risetMu untuk pengelolaan hibah penelitian. Kehadiran kantor ini, katanya, diharapkan mampu meningkatkan peran Muhammadiyah untuk mencerdaskan dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan warga dunia.
Selaku Ketua PP Muhammadiyah Koordinator Bidang Pendidikan, Muhadjir Effendy menyampaikan terima kasih atas segala upaya dan jerih payah Majelis Diktilitbang dan para pimpinan PTMA dalam rangka memajukan Muhammadiyah. “Dengan adanya gedung baru ini, harapannya PTMA akan memiliki peran yang semakin besar, bukan hanya dalam percaturan di kancah nasional, tetapi juga internasional,” ujar Muhadjir yang hadir secara virtual, Senin (21/11).
Baca Juga: Diktilitbang PP Muhammadiyah Mendorong Upaya Internasionalisasi PTMA
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan bahwa kantor Majelis Diktilitbang ini merupakan saksi perjalanan Majelis Diktilitbang sejak dibentuk pada 1986, sebagai tindak lanjut dari hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo. Djazman Al-Kindi dan Malik Fadjar adalah dua dari beberapa nama tokoh pendidikan Muhammadiyah yang menginisiasi pendirian Majelis Diktilitbang.
“Atas nama PP Muhammadiyah, lebih-lebih dalam momentum kita Milad ke-109, saya secara tulus dan rendah hati menyampaikan terima kasih atas seluruh darma bakti semua pihak, mulai dari pimpinan Majelis, pimpinan PTMA, dan dosen serta karyawan,” ucap Haedar.
Dalam kegiatan “Pembinaan Pimpinan PTMA dan Peresmian Kantor Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah” itu, Haedar juga menyampaikan 6 (enam) hal untuk ditindaklanjuti oleh PTMA sebagai bentuk dan spirit penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pertama, peneguhan dan pengembangan kualitas AIK di seluruh PTMA. Ia berharap, AIK tidak hanya sebatas formalisme semata, tetapi menjadi jati diri dan karakter khas PTMA, termasuk dosen-dosennya.
Kedua, membangun dan mengembangkan epistemologi keilmuan di lingkungan PTMA. Pengembangan epistemologi keilmuan ini merupakan pekerjaan yang berat. Meski begitu, pekerjaan berat ini akan lebih seiring dengan semakin banyaknya jumlah Guru Besar di PTMA.
Ketiga, mengembangkan pusat riset. Beberapa PTMA memang sudah mempunyai pusat riset, dan ke depan ia berharap akan semakin banyak PTMA yang mempunyai dan mengembangkan hal serupa. Dalam konteks pengembangan ini, Haedar menekankan antar-PTMA untuk bersinergi dan berkolaborasi, tidak berdiri sendiri.
Keempat, membangun pusat program unggulan yang sesuai dengan kekhasan masing-masing PTMA. Pembangunan ini, kata Haedar, sudah dimulai. Akan tetapi, ia berhadap akan ada akselerasi.
Kelima, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dalam konteks ini, Haedar meminta agar PTMA melihat potensi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). “Dorong mereka menjadi SDM yang berkualitas unggul. Negara yang maju, SDM-nya unggul dan berkualitas,” ujarnya.
Keenam, mengembangkan masyarakat ilmu. Selain terus berupaya melahirkan masyarakat ilmu, Haedar juga mengingatkan kepada warga dan pimpinan Muhammadiyah agar menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang berilmu itu. “Jangan sampai anggota dan pimpinan Muhammadiyah semakin dangkal pemikirannya,” tegasnya. (sb)
2 Comments