Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pendidikan dan pengenalan kewirausahaan harus dilakukan sejak usia dini. Dibandingkan dengan negara-negara lain, katanya, kewirausahaan di Indonesia terbilang masih sangat rendah. “Rasio kewirausahaan kita harus ditingkatkan, karena saat ini rasio kewirausahaan kita masih belum optimal, masih sekitar 3,47 persen, jauh di bawah negara Singapura, Malaysia, maupun Thaliland,” jelas Teten.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara webinar “Melahirkan Wirausaha Muda dan Koperasi Unggul Berbasis Kampus” yang dilakukan secara virtual pada Sabtu (5/9). Lebih lanjut ia mengatakan, di tahun 2024 Indonesia harus bisa mencapai target 4 persen. Ketercapaian itu merupakan salah satu syarat untuk menjadi negara maju.
Tentang kualitas kewirausahaan, Teten menjelaskan bahwa sebanyak 82,55 persen UMKM di Indonesia belum mempunyai kualitas kewirausahaan, begitu pula dengan koperasi yang saat ini belum menjadi pilihan kelembagaan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.
Menurutnya, tingkat partisipasi penduduk di Indonesia dalam berkoperasi masih 7,24 persen. Adapun koperasi mahasiswa yang aktif di Indonesia berjumlah 247 persen, tetapi hanya 73 di antaranya yang aktif melaksanakan RAT (Rapat Anggota Tahunan).
Teten menyarakan agar kampus dapat berkontribusi dalam memajukan koperasi dan UMKM serta melahirkan wirausaha masa depan. “Kampus harus menjadikan koperasi sebagai kelembagaan utama ekonomi rakyat dengan bereksplorasi, agar kita mempunyai posisi tawar yang kuat dan skala ekonomi yang besar,” kata Teten.
Baca Juga: Dyah Suminar: Pengusaha Tidak Boleh “Alergi” pada Perubahan Zaman
Dalam kesempatan yang sama, Suyatmin selaku Kepala Koperasi UM Surakarta menjelaskan tentang pengembangan usaha koperasi kampus. Menurutnya, pengelolaan koperasi kampus harus menerapkan Good Corporative Governnace, yaitu kesadaran dan partisipasi anggota dalam memilih pengurus yang paham tentang jati diri koperasi dan mampu mengembangkan bisnis koperasi secara sehat. “Hal ini bertujuan supaya tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan kinerja koperasi,” jelas Suyatmin.
Ia menambahkan, di era revolusi industri saat ini, pengurus koperasi harus mempunyai kreativitas dan inovasi yang tinggi. Dengan pengurus yang kreatif dan inovatif, koperasi dapat memulai transformasi untuk menata organisasi dan strategi bisnisnya sesuai era industri saat ini.
Suyatmin menyebut, upaya koperasi kampus dalam mempersiapkan transformasi terhadap lingkungan bisnis di era saat ini dapat dilakukan dengan cara menggiatkan pendidikan dan pelatihan manajemen serta pengembangan bisnis bagi pengurus.
Sementara itu, Riza Azyumarridha selaku founder Rumah Mocaf Indonesia pun mengatakan bahwa di Indonesia, budaya kewirausahaan masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya Singapura, sehingga anak-anak muda generasi milenial harus diajak agar mau berwirausaha, karena masih banyak sekali potensi wirausaha di Indonesia, terutama di bidang pangan.
“Kita bisa melihat bahwa data sampai tahun 2025 Indonesia akan menjadi prospek cerah pasar dunia. Pilihan ada di tangan kita masing-masing, apakah kita mau menjadi pasar atau pemasar di negeri sendiri, atau kita akan hanya menonton menjadi konsumen, sedangkan bahan pangan dari negara lain berdatangan ke Indonesia,” jelas Riza. (rizka)