Oleh: Bukik Setiawan*
Apa pentingnya kolaborasi buat masa depan anak? Bagaimana orang tua membantu anaknya menguasai kompetensi kolaborasi?
Kompetensi yang paling diabaikan dalam 20 tahun pendidikan Indonesia adalah kolaborasi. Kita terlalu asyik dengan konsep daya saing dan kompetisi sehingga menjadi warna dominan dalam pendidikan. Padahal sebagaimana kita ketahui, kolaborasi justru menjadi satu dari empat kompetensi kunci yang penting dikuasai pada abad ke-21 (Partnership for 21st Century Learning).
Pentingnya Kolaborasi
Kok bisa kolaborasi itu penting? Bukannya justru kita harus berkompetisi kalau mau jadi unggul? Jangan-jangan kolaborasi hanya tipu muslihat saja agar kita lengah tidak berkompetisi. Saya akan memberikan sebuah bukti sederhana tentang pentingnya kompetensi kolaborasi.
Meski tidak banyak, saya telah menerbitkan sejumlah buku dengan penerbit yang berbeda. Tahukah Anda berapa profesi yang terlibat dalam penerbitan sebuah buku? Mari kita hitung: penulis, ilustrator, tata letak, penyunting, pembaca pertama, tukang cetak, tukang jilid, dan tukang pengiriman. Itu baru beberapa dari bagian produksi, belum bagian marketing dan keuangan.
Baca Juga: Anakku Tidak Belajar Mengeja, Tapi Belajar Membaca
Bayangkan, apa jadinya bila profesi-profesi tersebut semaunya sendiri dan tidak dapat berkolaborasi? Bubrah! Mau tidak mau mereka harus berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah buku. Buku yang nantinya akan bersaing di pasar buku. Kolaborasi dulu, kompetisi kemudian.
Mereka yang berhasil dalam kariernya mempunyai kemampuan mengelola kolaborasi beragam orang dan tim untuk mencapai tujuan bersama. Orang sukses dapat mengalahkan pesaingnya karena ide lebih baik, produk lebih baik, dan layanan lebih baik. Tetapi ide, produk, dan layanan yang menang kompetisi itu dibangun dari semangat kolaborasi. Jadi kolaborasi penting kan, tidak harus menunggu abad ke-21. Pada masa sekarang pun kompetensi kolaborasi itu penting!
Mengapa mendidik anak berkolaborasi justru membicarakan pentingnya kolaborasi, bukan tentang cara mendidiknya. Begini, keberhasilan pendidikan itu berawal dari keyakinan orang tua sebagai pendidik terhadap apa yang mau dididik kepada anaknya. Mau mendidik berkolaborasi berarti orang tua perlu yakin tentang pentingnya kolaborasi. Kalau orang tua tidak yakin tentang kolaborasi, cara mendidik apa pun tidak akan ada gunanya. Tetapi begitu orang tua paham pentingnya kolaborasi, sedikit pemahaman tentang cara mendidik akan memicu kreativitas orang tua menemukan berbagai cara lain yang mungkin jauh lebih menarik.
Bila sudah yakin dengan pentingnya kolaborasi, mari kita bicarakan beberapa cara mendidik anak berkolaborasi. Pada dasarnya kolaborasi dapat diajarkan melalui aktivitas sehari-hari maupun aktivitas baru yang khusus untuk mengembangkan kemampuan kolaborasi. Karena itu, orang tua dapat melakukan penyesuaian terhadap cara mendidik berkolaborasi sesuai minat anak, kesibukan orang tua, dan kondisi rumah.
Aktivitas Kembangkan Kemampuan Kolaborasi
Permainan cermin. Pada aktivitas ini, anak diminta menirukan posisi dan gestur tubuh orang lain seolah-olah mereka sedang bercermin. Bisa saling bergantian sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Aktivitas ini dapat dikombinasikan dengan tebak emosi terhadap ekspresi yang diperagakan seseorang. Aktivitas yang menantang sekaligus mengasah empati anak, karena anak diminta mengamati secara spesifik terhadap ekspresi orang lain.
Rantai kata. Anak diminta menulis sebuah kata pada kertas atau gawai, kemudian dialihkan pada anak lain atau orang tua yang menulis kata berikutnya. Begitu seterusnya hingga berputar kembali. Bacalah kalimat yang terbentuk. Diskusikan mengapa mereka memilih untuk menulis sebuah kata tertentu. Aktivitas ini dapat membantu anak memahami cara berpikir orang lain.
Tugas rumah. Ajak anak melakukan suatu tugas rumah semisal merawat kebun atau taman. Diskusikan apa pentingnya merawat kebun. Kemudian bagi peran antara orang tua dan anak. Lakukan aktivitas tersebut dengan penuh kegembiraan. Setelah selesai, diskusikan dengan anak, apa pentingnya berbagi tugas atau peran dalam merawat kebun.
Baca Juga: Komunikasi yang Tidak Boleh Dilakukan kepada Anak
Proyek bersama. Kenali kegemaran anak, semisal bernyanyi. Ajak anak mengerjakan proyek bersama seperti membuat video klip musik. Diskusikan video yang akan dibuat semacam apa, lakukan pembagian tugas, dan kerjakan dengan hati gembira. Setelah selesai, diskusikan apa yang penting dilakukan dalam mengerjakan proyek bersama? Apa yang dapat mendukung dan menghambat kelancaran pengerjaan proyek bersama.
Isu sosial. Ajak anak berdiskusi mengenai isu-isu sosial yang ada di lingkungan sekitar seperti perilaku malas antri atau perilaku membuang sampah. Diskusikan apa akibat isu sosial tersebut terhadap lingkungan dan apa yang dapat dilakukan agar orang bersedia antri atau membuang sampah pada tempatnya. Dengan refleksi ini, diharapkan anak dapat mengenali akibat dari perilakunya terhadap orang lain.
Ada banyak lagi aktivitas yang dapat dimodifikasi atau dilakukan agar anak berlatih mengembangkan kompetensi literasinya. Beberapa catatan, hindari memberikan ganjaran, melakukan kompetisi, dan perbanyak perayaan bersama yang sederhana tetapi meriah sebagai penyemangat. Jadikan kolaborasi sebagai semangat sehari-hari di rumah.
*Ketua Yayasan Guru Belajar