Tokoh

Meneladani Kisah Asma’ binti Yazid: Sahabiyah yang Memiliki Julukan “Juru Bicara Perempuan”

Oleh: Desi Eka*

Pada zaman Rasulullah terdapat seorang sahabiyah yang kritis dan pandai berbicara. Ia dikenal sebagai salah satu sahabiyah yang berani bertanya kepada Rasulullah untuk mewakili kaum perempuan serta mendapat julukan sebagai “Juru Bicara Perempuan”. Ya, dia adalah Asma’ binti Yazid yang memiliki nasab lengkap Asma’ binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris Al-Anshariyah.

Sama dengan para perempuan pada saat zaman itu, Asma’ juga merupakan lulusan madrasah nubuwwah yang mulia, dimana ia belajar tentang keislaman langsung dari sumber yang terpercaya, yakni Rasulullah saw. Bahkan, di dalam kitab “Nisaa’ Haular Rasul” karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi juga disebutkan bahwa Asma’ memiliki keistimewaan, yaitu memiliki indera yang peka, serta perasaan yang jeli dan halus.

Awal Asma’ Memeluk Islam

Asma’ memeluk islam pada saat terjadinya peristiwa Baiat Aqabah Pertama pada tahun pertama dari bukan Hijriah. Asma’ melakukan bait keislaman dengan rasa jujur dan ikhlas. Pada saat baiat tersebut, Asma’ memakai dua buah gelas emas yang berukuran besar. Maka Rasulullah bersabda, “wahai Asma’, tanggalkanlah gelangmu. Tidakkah engkau takut jika Allah mengenakan gelang dari neraka keoadamu?” Asma’ lantas mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah tanpa ada rasa ragu.

Keteladanan Asma’ binti Yazid

Terdapat sebuah kisah yang sangat terkenal tentang Asma’ yang juga terangkum dalam kitab “Nisaa’ Haular Rasul”, yaitu pada suatu hari Asma’ mendatangi majelis Rasulullah. Saat itu Asma’ bertanya, “wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mengutusmu untuk seluruh kaum laki-laki dan perempuan, kemudian kami semua beriman dan berbaiat padamu. Adapun kami kaum perempuan memiliki keterbatasan ruang lingkup dalam bergerak. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki dan kami adalah tempat menyalurkan syahwatnya. Kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi kaum lelaki bisa mendapatkan keutamaan melebihi kami dengan salat Jumat, mengantarkan jenazah, dan juga berjihad. Saat mereka kaum lelaki berjihad, kamilah kaum perempuan yang menjaga harta mereka serta mendidik anak mereka. Lalu, apakah kami juga bisa mendapatkan seperti yang mereka dapatkan dari amalan-amalan tersebut?”.

Baca Juga: Nusaibah binti Ka’ab Sang Perisai Rasulullah 

Mendengar pertanyaan tersebut, lantas Rasulullah menghadap pada para sahabat kemudian bersabda, “apakah kalian pernah mendengar pertanyaan dari seorang perempuan tentang agama yang lebih baik dari apa yang baru saja ia tanyakan?”.

Maka para sahabat menjab bahwa mereka belum pernah mendengarkan. Kemudian Rasulullah bersabda, “kembalilah wahai Asma’, dan sampaikan pada para perempuan yang ada dibelakangmu, bahwasannya perilaku baik salah seorang diantara mereka terhadap suami mereka, usahanya untuk mendapatkan rida suaminya, dan ketundukkan mereka untuk selalu taat pada suami mereka, maka itu semua akan mengimbangi pahala dari amalan yang telah kamu sebutkan”. Kemudian Asma’ kembali sembari bertahlil dan bertakbir karena merasa gembira dengan sabda Rasulullah.

Dari sepenggal kisah Asma’ ini terdapat hal-hal yang bisa dijadikan teladan. Pertama, keberanian Asma’ dalam menyampaikan pendapat. Asma’ merupakan salah seorang sahabiyah yang berani dalam menanyakan banyak hal, bahkan hal yang jarang ditanyakan oleh para sahabat ataupun sababiyah lainnya. Kedua, kelapangan jiwa Asma’ dalam menerima jawaban yang telah diberikan oleh Rasulullah.

Akhir Hayat

Asma’ binti Yazid wafat setelah mengikuti Perang Yarmuk pada tahun 30 H. Sepanjang hidupnya, Asma’ telah meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 81 hadis. Bahkan beberapa ulama hadis terkenal juga meriwayatkan hadis dari Asma’, seperti Ibnu Majah, An-Nasai, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi.

Asma’ memiliki jasa  yang besar dalam kehidupan para muslimah. Kini para muslimah menjadi mengerti hukum-hukum dan juga persoalan yang menyangkut muslimah karena pertanyaan-pertanyaan yang telah ia ajukan.

*Penulis merupakan Mahasiswa KPI UMY, dan wartawan magang Suara ‘Aisyiyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *