Sosial BudayaWawasan

Mengasah Jiwa Kepemimpinan

Oleh: Tri Hastuti Nur R

Pemimpin menjadi kekuatan penting dan strategis dalam sebuah keluarga, organisasi, masyarakat, dan negara. Maju mundurnya sebuah organisasi maupun negara salah satunya tergantung pada kepemimpinan. Begitu pentingnya posisi pemimpin dalam sebuah organisasi, masyarakat, dan negara maka tata cara pemilihan pimpinan harus menjadi perhatian, bagaimana dapat memilih pemimpin yang terbaik dalam lingkup apapun. Bahkan bagi ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah sendiri,
sebutan yang disematkan bukanlah pengurus namun pimpinan.

Mengapa demikian, karena pimpinan adalah para penggerak-penggerak organisasi, yang menjadi motor dalam mencapai misi dan visi organisasi. Untuk mendapatkan
pemimpin-pemimpin yang terbaik dalam organisasi, proses-proses perkaderan menjadi perhatian penting bagi organisasi; dengan harapan para pimpinan yang akan memimpin organisasi adalah kader-kader yang memiliki militansi dan etos kerja yang tinggi untuk memajukan organisasi, pemahaman ideologi gerakan Muhammadiyah yang kuat, visioner, adaptif, memiliki jaringan yang luas, dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan organisasi.

Membincang tentang pemimpin tidak akan pernah selesai. Saat ini kita dihadapkan pada problem yang semakin kompleks baik dari sisi internal maupun eksternal. Para pimpinan harus memiliki sense of crisis yang tinggi juga. Pemimpin bukanlah penguasa, pemimpin bukanlah pejabat, bukanlah bos. Pemimpin harus menyatu dengan napas, jiwa dan raga, rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin itu melayani, rela berkorban dan memikirkan rakyat dan warga, bukan bos yang minta dilayani.

Kehadiran pimpinan harus dirasakan rakyat atau warganya, bahwa pimpinannya ada. Pimpinan harus menjadi inspirasi bagi rakyat dan warganya untuk bergerak bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Para pemimpin menjadi “leader” dikarenakan dipilih dan percaya oleh rakyat atau warganya. Oleh karena itu pimpinan harus amanah (dapat dipercaya) atas mandat yang telah diterima dari rakyat atau warganya. Amanah dalam hal ini adalah bertanggungjawab atas mandat yang
diterimanya, mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepada rakyat atau warganya, dan tidak mengkhianati dengan abai atas tanggungjawab yang telah diberikan padanya.

Baca Juga: Produk Kreatif PDNA Sukoharjo Laris Manis di Silaturahmi Akbar Muhammadiyah Sukoharjo

Dalam Q.s. an-Nisa ayat 58, yang berbunyi “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” Merujuk pada ayat tersebut, sangat jelas mengingatkan pentingnya sifat amanah dalam menjalankan tugas-tugas kita di dunia, tentu saja termasuk amanah sebagai seorang pemimpin.

Dalam ayat yang lain, Allah swt juga meningatkan bahwa setiap diri adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, dan dalam hal ini termasuk amanah ketika menjadi pemimpin. Oleh karena itu menjadi pemimpin bukanlah jabatan yang harus diperebutkan karena adanya previlage (keistimewaan
yang didapatkan saja) namun harus memikirkan tanggungjawab yang harus diemban dan ditunaikan selama menjadi pemimpin.

Tidaklah elok ketika berebut posisi namun mengabaikan tanggungjawab yang harus ditunaikan, apalagi sampai melakukan cara-cara yang tidak beretika untuk mendapatkan posisi tersebut. Bahkan di dalam Muhammadiyah ‘Aisyiyah sendiri, budaya yang dikembangkan tidak elok memintaminta posisi/jabatan namun jika diberi tanggungjawab sebagai pemimpin tidak boleh menolak. Jika sudah menyatakan bersedia maka konsekuensi tanggungjawab harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Menjadi pemimpin adalah tugas mulia, dikarenakan tanggungjawab yang ditunaikan yang cukup berat yaitu untuk menyejahterakan orang banyak, untuk membawa kemaslahatan bagi banyak pihak, untuk meninggalkan jejak-jejak baik (legacy) yang bermanfaat bagi umat, membangun peradaban yang damai dan adil untuk masyarakat dan negara. Karena itulah, salah satu orang yang akan dinaungi oleh Allah swt kelak di akhirat adalah pemimpin yang baik, pemimpin yang adil, pemimpin yang amanah, dan pemimpin yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, keluarga, dan kelompoknya.

Related posts
Wawasan

Ketika Pemimpin Lupa Menunduk

Oleh: Rezza Fahlevi* Pemimpin adalah uswah. Ia berada pada tataran amanah yang luhur. Tetapi, di balik amanah yang sangat mulia, tersimpan ujian…
Wawasan

Moralitas Digital: Cermin Kepemimpinan di Era Akuarium

Oleh: Hana Mufidatul Roidah* Era digital menghadirkan sebuah paradoks. Di satu sisi, ia memberi kebebasan berekspresi yang luas, tetapi di sisi lain, ia…
Kalam

Amanat dan Tanggung Jawab

Oleh: Muhammad Chirzin Amanat ialah sesuatu yang diberikan dan dipercayakan kepada seseorang. Atas dasar itu ia mempunyai hak dan kekuasaan untuk bertindak….

5 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *