Oleh: Nabila Fitri Ayu
Angka kematian akibat sakit jantung terus meningkat. Salah satu hal yang turut menyumbang peningkatan sakit jantung adalah pola hidup yang tidak sehat. Serangan jantung biasanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK), yaitu gangguan yang muncul ketika pembuluh darah jantung tersumbat oleh plak. Meskipun sampai saat ini belum ada cara untuk mengetahui pasti kapan serangan jantung dapat terjadi, faktor-faktor risiko terkait dengan gangguan ini telah diketahui. Faktor risiko utama yang dapat dikontrol adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dalam darah yang tinggi, obesitas, merokok, dan gaya hidup tidak baik.
PJK adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke jantung (pembuluh darah koroner) mengalami kerusakan. Tumpukan kolesterol pada pembuluh darah serta proses peradangan diduga menjadi penyebabnya. PJK terjadi apabila arteri koroner (arteri yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung) tersumbat oleh zat lemak yang disebut plak. Plak ini menumpuk secara bertahap di dinding bagian dalam arteri dan akhirnya membuat arteri menjadi sempit. Proses penimbunan plak dalam arteri ini disebut aterosklerosis, yang juga dikenal sebagai “pengerasan arteri”.
Bila bagian luar plak yang keras retak atau robek, akan terbentuk penggumpalan darah di sekitar plak. Dengan demikian, arteri semakin menyempit sehingga semakin sedikit ruang bagi darah untuk mengalir melalui arteri. Jika arteri sudah benar-benar sempit, suplai darah ke otot jantung mulai berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti angina (nye-ri dada). Jika suplai darah ke jantung telah benar-benar terblokir, terjadilah serangan jantung.
Gejala awal yang muncul pada penderita penyakit jantung antara lain: jantung berdebar dan seperti tertekan sesuatu, sesak napas yang disertai dengan keluarnya keringat dingin, kesemutan hingga di punggung, lengan, dan bagian yang lainnya. Penderita juga merasakan nyeri pada bagian dada seperti tertusuk-tusuk, mudah lelah, dan mengalami kesulitan untuk tidur.
Faktor Risiko
Faktor risiko PJK dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak bisa diubah dan bisa diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Pertama, faktor usia. Usia merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap kejadian PJK. Saluran arteri koroner dapat diibaratkan sebagai saluran pipa ledeng, semakin tua umurnya semakin besar kemungkinan memiliki timbunan kerak di dinding dalamnya sehingga mengakibatkan terganggunya aliran air dalam pipa.
Kedua, jenis kelamin. Laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perempuan untuk mengalami PJK. Hal ini berkaitan dengan hormon estrogen yang bersifat protektif terhadap aterosklerosis. Pada wanita setelah menopause risiko akan meningkat karena jumlah hormon estrogen mulai menurun.
Baca Juga: Jawab Kebutuhan Pendidikan Masyarakat, Uhamka Resmi Buka Prodi Baru S1 Hukum Bisnis
Ketiga, riwayat keluarga. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia atau penyakit jantung akan meningkatkan risiko terkena PJK bagi anggota keluarga yang bersangkutan, terutama jika dalam riwayat tersebut tercatat bahwa penyakit ini muncul pada usia dini (kurang dari 55 tahun). Adapun faktor yang dapat diubah antara lain ialah hiperlipidemia, diabetes melitus (kencing manis), hipertensi (darah tinggi), obesitas atau kelebihan berat badan, dan kebiasaan merokok. Berikut ini adalah penjelasannya.
Pertama, hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah suatu kondisi ketika kadar lemak (kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam keadaan tinggi. Kedua, diabetes melitus. Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK. Ini terjadi apabila kadar gula darah (glukosa) naik, terutama dalam jangka waktu yang cukup lama, karena glukosa tersebut dapat menjadi racun terhadap tubuh, termasuk sistem kardiovaskuler. Pasien diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda.
Ketiga, hipertensi. Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar dua kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120 per 80 mmHg. Keempat, obesitas. Obesitas dapat merusak beberapa sistem pada organ tubuh. Jantung bekerja lebih berat pada orang yang mengalami obesitas, dan volume darah serta tekanan darah juga mengalami peningkatan.
Kelima, kebiasaan merokok. Para perokok mempunyai risiko dua sampai tiga kali meninggal karena PJK dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok memicu munculnya radikal bebas yang berakibat pada lebih cepat rusaknya dinding pembuluh darah. Selain faktor-faktor risiko tersebut, ada hal-hal yang mempertinggi risiko PJK, yaitu kurang berolahraga, depresi, isolasi sosial, dan kurangnya dukungan sosial yang berkualitas.
Gejala Serangan Jantung
Gejala-gejala yang dirasakan jika mengalami PJK antara lain rasa sakit atau nyeri di dada. Kebanyakan orang menyangka itu hanya sebagai gangguan pencernaan. Berikutnya ialah merasa tertekan di tengah dada selama 30 detik sampai 5 menit. Hal lainnya adalah keringat dingin, berdebar-debar, pusing, dan merasa mau pingsan. Gejala ini tidak selalu dirasakan penderitanya. Tanda peringatan lain adalah napas tersengal-sengal pada saat berolahraga.
Selama beberapa bulan sebelum serangan jantung biasanya penderita penyakit jantung sering merasa sangat lelah. Jangan menganggap gejala ini disebabkan oleh kurang tidur dan stres akibat pekerjaan. Rasa nyeri atau rasa ditekan di dada, yang disebut angin, memberikan peringatan kepada setengah dari mereka yang menderita serangan jantung.
Beberapa orang mengalami napas tersengal-sengal atau kelelahan dan perasaan lunglai sebagai gejalanya, hal ini mengindikasikan bahwa jantung tidak mendapatkan cukup oksigen karena penyumbatan koroner. Biasanya beberapa hari menjelang mengalami serangan jantung hebat, seseorang akan mengalami kontraksi otot secara tiba-tiba di dada yang merupakan serangan kecil atau serangan jantung ringan. Serangan jantung ringan umum terjadi sebelum serangan besar beberapa hari kemudian.
Upaya Mengantisipasi
Penyakit jantung memang berbahaya dan mematikan. Sangat perlu bagi kita untuk mencegah atau memperkecil risikonya. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan jantung. Pertama, jangan merokok! Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang perlu ditinggalkan. Merokok memberikan tubuh Anda stres oksidatif yang dapat meningkatkan perkembangan plak lemak di dalam pembuluh jantung.
Kedua, jaga pola makan sehat. Prinsip dasar pola makan sehat untuk jantung adalah memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, makanan kaya gandum (oat), sumber protein seperti ikan, makanan rendah garam dan lemak. Selanjutnya adalah menghindari lemak saturasi yang buruk untuk jantung. Ini banyak dijumpai pada junk food dan makanan yang digoreng. Oleh karena itu, makanan lebih baik direbus, dikukus, atau dipanggang daripada digoreng.
Ketiga, jaga berat badan tetap ideal. Berat badan berlebih biasanya lekat kaitannya dengan penyakit jantung, diabetes, dan kadar kolesterol yang buruk. Keempat, tetap aktif atau melakukan aktivitas fisik. Olahraga dapat menjaga berat badan tetap ideal, dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung, dan strok.
Kelima, hindari stres. Stres berhubungan dengan sistem imun dan terjadinya penyakit. Jika sedang berada di bawah tekanan dan stres, carilah pertolongan, bicaralah dengan orang terdekat atau lakukan kegiatan yang disukai untuk menurunkan tingkat stres, dan kelolalah stres dengan melakukan hal-hal positif. Sangat dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur’an, dan salat sunat.
Jika Serangan Jantung Terjadi
Jika kita merasakan gejala-gejala serangan jantung seperti nyeri dada, sesak napas, ataupun jantung berdebar, hentikan segera semua pekerjaan apa pun yang sedang dilakukan. Duduk atau berbaringlah, tariklah napas dalam-dalam. Jika sedang sendirian sementara gejala tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit, segera hubungi nomor telepon darurat setempat dan katakan, “Saat ini saya terkena serangan jantung. Mohon pertolongan segera.” Atau hubungi orang di sekitar dengan memberikan informasi yang sama. Jika ada yang bisa mengantar ke rumah sakit lebih cepat daripada kedatangan tenaga kesehatan, segeralah minta bantuannya untuk pergi mengantar ke ruang gawat darurat di rumah sakit. Lebih cepat ditangani akan lebih baik.
Namun, jika harus menunggu tim paramedis datang, maka sementara menunggu, Anda dapat melonggarkan pakaian yang ketat, termasuk ikat pinggang atau dasi. Buat diri dalam posisi yang terasa nyaman. Tetaplah tenang. Kepanikan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia atau penyimpangan irama jantung yang mengancam kehidupan.
*Sie Kesehatan Remaja/POSBINDU AMM Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta