Oleh: Arifah Khusnuryani*
Istilah STEM (science, technology, engineering, andmathematic) saat ini bukanlah istilah atau sesuatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Meskipun tidak semua orang langsung mengenal atau memahami arti akronim STEM tersebut, namun kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari aspek STEM ini.
Contoh yang sangat umum kita jumpai adalah aktivitas kita yang tidak terlepas dari alat-alat eletronik, mulai dari alat komunikasi hingga penunjang aktivitas keseharian lainnya. Kita pun tidak dapat terlepas dari kendaraan bermotor sebagai penunjang mobilitas kita, demikian halnya dengan perkembangan ilmu.
Perkembangan sains dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh-tokoh di bidang tersebut, tidak terkecuali tokoh-tokoh perempuan yang berkecimpung di bidang sains dan teknologi. Selama ini, nama-nama James Watt, Watson dan Crick, Ibnu Sina, Al Kindi, Al Khawarizmi, dan lain-lain cukup familiar bagi kita. Sementara itu, juga tokoh-tokoh perempuan yang juga berperan penting di bidang sains dan teknologi, namun mungkin namanya belum sepopuler para tokoh pria tersebut.
Peradaban Islam berkontribusi besar pada perkembangan sains dan teknologi. Hal ini tercapai atas peran para ilmuwan, tak terkecuali para ilmuwan perempuan, yang mendedikasikan pengetahuan dan keterampilannya untuk kemajuan masyarakat. Rufaida Al-Aslamia memberikan inspirasi adanya rumah sakit lapangan, sekolah perawat, kode etik perawat, dan perawatan rohani Islam.
Ilmuwan perempuan muslim lain yang andal di bidang pengobatan adalah Al-Shifa binti Abdullah yang memiliki nama asli Layla. Al-Shifa juga dikenal pandai menulis dan membaca sehingga menjadi guru bagi para perempuan Makkah, serta pandai dalam transaksi ekonomi syariah.
Baca Juga: Teknologi Netral Gender: Membantah Mitos Teknologi sebagai Dunia Laki-laki
Terdapat tokoh ilmuwan perempuan di bidang matematika, yakni Sutayta Al-Mahamali, yang berperan dalam mengembangkan cabang aritmatika dan persamaan aljabar. Selain itu, juga disebut-sebut nama Lubna dari Cordoba, ahli di bidang geometri dan aljabar. Lubna juga dikenal sebagai penyair, penyalin naskah kuno, dan ahli gramatikal.
Sementara itu, di bidang astronomi terdapat Mariam Al-Ijliya atau dikenal sebagai Mariam Al-Astrolabiya, yang mengembangkan astrolabe universal sebagai alat navigasi penentu posisi berdasar arah lintang dan bujur sehingga dapat digunakan sebagai penentu arah dan waktu (seperti penentu arah kiblat, waktu salat, awal Ramadan, dan Idul Fitri). Saat ini astrolabe berkembang lebih lanjut berupa global positioning system (GPS) yang dapat berupa alat khusus maupun ter-install pada telepon seluler.
Peran para ilmuwan perempuan muslim tersebut memengaruhi perkembangan sains dan teknologi dunia hingga muncullah beberapa tokoh ilmuwan perempuan di dunia. Di antara tokoh tersebut di antaranya ada Lovelace, yaitu seorang ahli matematika yang menulis instruksi program komputer pada mesin komputasi pertama, Analytical Engine. Selain itu juga terdapat peran penting Marie Curie di bidang teknologi radiasi dengan risetnya di bidang radiasi nuklir serta menemukan dua elemen baru, yaitu radium dan polonium.
Dalam bidang kimia dan kedokteran, terdapat peran besar Rosalind Franklin dan Dorothy Hodgkin. Rosalind Franklin berhasil mengungkap struktur molekul DNA dan RNA, sementara Dorothy Hodgkin berhasil mengembangkan teknik kristalografi protein dan mengurai struktur insulin. Perkembangan bidang biologi dan kedokteran didukung oleh peran penting Rita Levi-Montalcini dan Elizabeth Blackburn, yang melalui risetnya masing-masing berperan dalam riset tentang kanker.
Perkembangan sains dan teknologi dan peran ilmuwan perempuan terus berlanjut, termasuk peran ilmuwan perempuan muslim Indonesia. Barubaru ini, Adi Utarini (staf pengajar dan peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada) mendapat penghargaan dari jurnal ilmiah Nature sebagai 10 peneliti berpengaruh di dunia pada tahun 2020.
Selanjutnya, pada tahun 2021, ia masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh versi majalah Time. Capaian tersebut karena kiprahnya dalam penelitian tentang pengurangan demam berdarah dengue melalui intervensi nyamuk yang telah diinokulasi bakteri Wolbachia.
Tokoh perempuan muslim Indonesia masa kini lainnya yang memperoleh pengakuan dunia, yaitu Tri Mumpuni, yang pernah memperoleh penghargaan Climate Hero 2005 dari World Wildlife for Nature, Ashden Awards 2012, Magsaysay Awards 2012, dan masuk dalam The World’s 500 Most Influential Muslim 2021 untuk kriteria sains dan teknologi. Berbagai penghargaan tersebut ia peroleh atas perannya mempromosikan pengembangan masyarakat melalui penyediaan energi lokal, terutama melalui pengembangan pembangkit tenaga listrik mikro-hidro, serta penyediaan air bersih bagi masyarakat.
Berbagai informasi tentang perempuan hebat di atas menunjukkan bahwa perkembangan sains dan teknologi tidak terlepas dari peran perempuan. Hal ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapa pun dan golongan apa pun. Tidak ada batas bagi seseorang untuk terus belajar. Namun demikian, pada kenyataannya jumlah perempuan yang berkiprah di bidang STEM masih lebih sedikit dibanding laki-laki.
Menurut Eniya Listiani Dewi (Periset Ahli Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN) terdapat 55% sarjana perempuan di seluruh Indonesia, sedangkan yang terjun ke dunia kerja sekitar 38%. Sumber lain menyebutkan bahwa hanya sekitar 30% perempuan yang belajar di bidang sains dan teknologi di perguruan tinggi, sehingga jumlah perempuan yang bekerja di bidang tersebut juga lebih sedikit.
Baca Juga: Mengenal Tudjimah, Intelektual Perempuan Muslim Indonesia
Keterbatasan peran perempuan di bidang sains dan teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik karena keterbatasan akses atau faktor lain, seperti politik dan pola pikir/budaya. Budaya membentuk bahwa perempuan harus dekat keluarga, sehingga ada keterbatasan jika mengambil pekerjaan yang mengharuskannya pergi ke luar kota atau luar negeri dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu juga ada peran ganda yang disandang perempuan pekerja, yaitu peran produktif dan reproduktif sekaligus. Namun, kondisi ini tidak selalu menjadikan perempuan memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan atau kebijakan yang berbeda terkait kodrat reproduktifnya. Jika kondisi tersebut dibiarkan saja, maka kondisi tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang biasa di masyarakat, selanjutnya bidang sains dan teknologi dapat dianggap sebagai bidang maskulin atau bidang laki-laki.
Untuk mendorong agar lebih banyak peran perempuan di bidang sains dan teknologi, perlu adanya role model perempuan di bidang tersebut, serta adanya kebijakan berperspektif gender. Perspektif gender ini tidak hanya berkaitan dengan perempuan, namun juga laki-laki. Artinya ada kesetaraan antara keduanya.
Misalnya batasan usia penerima beasiswa studi lanjut yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, karena laki-laki di usia produktif tetap dapat berangkat studi lanjut, sedangkan perempuan umumnya masih perlu mencurahkan banyak perhatian pada anaknya yang masih kecil. Kebijakan berperspektif gender juga dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan fasilitas pendukung, seperti penitipan anak dan ruang menyusui, sehingga suami istri yang bekerja tetap terjaga ketenteraman rumah tangganya.
Kisah-kisah perempuan hebat di bidang sains dan teknologi, semoga dapat menginspirasi dan meningkatkan motivasi kita untuk terus belajar. Demikian pula peran serta perempuan di bidang sains dan teknologi dapat disertai dengan kebijakan berperspektif gender.
*Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta