Oleh: Adib Sofia
Berbicara mengenai kiprah internasional ‘Aisyiyah, tentu tidak lepas dari sosok Siti Baroroh Baried. Selain mengenyam pendidikan di luar negeri, yaitu Cairo, Mesir, Baroroh juga aktif dalam berbagai seminar di luar negeri. Di Harvard University, Amerika Serikat, Baroroh menyampaikan materi mengenai “’Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian” (Suara ‘Aisyiyah, Vol 76, 1996: 9).
Baroroh juga tercatat selalu membawa nama ‘Aisyiyah ke forum-forum global sekaligus menjalin relasi dengan badan-badan internasional, seperti UNICEF, UNESCO, WHO, The Asian Foundation, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, dan sebagainya. Sekitar tahun 1970-an, Baroroh mengirim kader-kader ‘Aisyiyah untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan organisasi bekerja sama dengan Overseas Education Fund.
Setiap tahun ‘Aisyiyah mengutus 2-3 kader terbaik untuk dikirim ke Amerika bersama peserta dari negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Pada tahun 1972 ‘Aisyiyah menjalin kerja sama dengan Pathfinder Foundation.
Tidak dapat dimungkiri, hingga saat ini Siti Baroroh Baried adalah salah satu tokoh yang dibanggakan oleh bangsa ini. Profilnya sebagai guru besar perempuan yang pertama di Indonesia dan berbagai kontribusi keilmuan, baik di tingkat nasional maupun internasional, masih terus diulas di media-media cetak maupun online. Dengan kata kunci sederhana pada laman pencari data di internet, Anda akan menemukan banyak sekali informasi tentangnya. Rekam jejaknya yang inspiratif bahkan hingga tahun ini masih dipaparkan di berbagai forum ilmiah.
Sejak dahulu kala, Siti Baroroh Tamimy (demikian dahulu ia disebut) memang telah dibanggakan, misalnya dalam liputan berikut ini.
“Sebagaimana diketahui, dalam Muktamar ke-32 di Purwokerto Baroroh selaku anggota Pusat Pimpinan ‘Aisyiyah telah membentangkan cita-cita ‘Aisyiyah yang mendapat sambutan memuaskan dari Muktamar” (Suara ‘Aisyiyah, Vol. XVIII, 1953: 202)
Prof. Hj. Siti Baroroh Baried lahir di Kauman Yogyakarta pada 23 Mei 1923. Versi lain menyebutkan 25 Februari 1923 dan ada pula yang menyebutkan 25 Februari 1925. Ayahnya H. Tamim bin Dja’far adalah kemenakan Siti Walidah, istri pendiri Muhammadiyah, K.H.A. Dahlan. Ia merupakan adik tokoh Muhammadiyah, yaitu K.H. Jindar Tamimy. Sejak muda Siti Baroroh memiliki semboyan ”Hidup saya harus menuntut ilmu”. Semboyan ini diucapkan di hadapan kedua orang tuanya.
Siti Baroroh memulai pendidikan di SD Muhammadiyah, kemudian melanjutkan di MULO HIK Muhammadiyah, Fakultas Sastra UGM (Sarjana Muda), Fakultas Sastra UI (Sarjana) lulus 1952, dan mendalami Bahasa Arab di Cairo, Mesir (1953-1955). Pada saat itu, sangat langka perempuan menempuh pendidikan di luar negeri sehingga diberitakan oleh sejumlah media di Indonesia.
Pada 1964 Siti Baroroh diangkat menjadi guru besar. Pengangkatan ini menjadi sorotan karena kala itu usianya masih 39 tahun dan menjadi perempuan pertama yang mendapat gelar guru besar. Baroroh mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada sejak tahun 1949 dan mengajar di perguruan tinggi lain, baik negeri maupun swasta. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra UGM selama dua periode, yaitu 1965-1968 dan 1968-1971. Ia juga pernah menjadi Ketua Jurusan Asia Barat Fakultas Sastra UGM 1963-1975.
Siti Baroroh tidak hanya aktif di dunia pendidikan, ia juga aktif di berbagai organisasi seperti MUI Pusat dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Di ’Aisyiyah Siti Baroroh pernah menjabat sebagai PCA Gondomanan hingga Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. Jabatan yang pernah diembannya di ‘Aisyiyah adalah Ketua Biro Hubungan Luar Negeri, Ketua Biro Penelitian dan Pengembangan, dan Ketua Bagian Paramedis. Ia tercatat sebagai satu-satunya Ketua PP ‘Aisyiyah yang paling lama menjabat, yakni selama 5 periode dari tahun 1965 sampai 1985. Atas jasanya, ‘Aisyiyah memiliki posisi tawar di luar negeri. Banyak peneliti dan penulis disertasi dari universitas luar negeri yang mempelajari organisasi ‘Aisyiyah melalui jasanya.
Dari pernikahannya dengan dr. Baried Ishom, seorang Spesialis Bedah dan Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Baroroh dikaruniai dua anak, satu putra dan putri. Sampai akhir hayatnya, beliau masih menjabat sebagai Pimpinan Umum majalah Suara ‘Aisyiyah dan penasihat PP ‘Aisyiyah. Beliau meninggal pada Minggu, 9 Mei 1999 dan dishalatkan di Masjid Kauman.
*Dirangkum dari berbagai sumber