- #TarbiahRamadan, sebuah kolom khusus yang mengulas berbagai artikel tentang Ramadan yang inspiratif

Ilustrasi: CNN Indonesia
Di antara malam-malam penuh keberkahan di bulan Ramadan, Lailatul Qadar menjadi malam yang paling istimewa. Salah satu keutamaannya terletak pada pahala ibadah yang dilipatgandakan secara luar biasa, bahkan lebih baik daripada beribadah selama 1.000 bulan. Malam ini juga merupakan bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya dengan menghadirkan momentum istimewa untuk mempercepat pencapaian hamba di hadapan-Nya.
Keberadaan Lailatul Qadar juga menjadi bukti cinta Rasulullah Saw. kepada umatnya. Sejarah mencatat bahwa malam tersebut adalah saat ketika al-Quran pertama kali diturunkan dari Lauh Al-Mahfuz ke langit dunia (dar al-izzah). Maka siapa saja yang mengabaikan malam penuh keberkahan ini, sejatinya telah menempatkan dirinya dalam kerugian yang sangat besar.
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa makna pertama dari Lailatul Qadar adalah malam yang agung. Makna kedua, malam ini disebut sebagai malam yang sempit. Penyebutan tersebut merujuk pada kondisi bumi yang menjadi penuh sesak akibat turunnya begitu banyak malaikat yang membawa keberkahan.
Oleh karena itu, kemuliaan Lailatul Qadar bukan hanya karena menjadi momen diturunkannya al-Quran, tetapi juga karena limpahan keberkahan yang Allah Swt. berikan kepada hamba-Nya yang taat. Malam ini seharusnya menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk melakukan perenungan dan lahir kembali sebagai pribadi yang lebih bertakwa.
Waktu Lailatul Qadar
Walaupun disebutkan dalam al-Quran dan hadis, tetapi tidak dijelaskan secara spesifik kapan tepatnya malam Lailatul Qadar terjadi.
Dalam Qs. al-Qadr ayat 1, disebutkan bahwa al-Quran diturunkan pada malam al-Qadr, yang juga disebut sebagai Lailah Mubarakah atau “malam yang diberkahi” dalam Qs. ad-Dukhan ayat 3. Sementara itu, dalam Qs. al-Baqarah ayat 185, dinyatakan bahwa al-Quran diturunkan pada bulan Ramadan. Qs. al-Anfal ayat 41 menegaskan bahwa peristiwa ini bertepatan dengan pertempuran antara kaum muslimin dan kaum musyrikin dalam Perang Badar, yang dikenal sebagai “hari pembeda” antara kebenaran dan kebatilan sekaligus hari kemenangan umat Islam.
Baca Juga: Mudik Lebaran: Sarana Relaksasi Keluarga
Namun, tidak ada ayat yang menyebutkan tanggal pasti Lailatul Qadar. Dalam tafsirnya, Sayyid Qutb menjelaskan bahwa malam tersebut merupakan waktu ketika wahyu pertama kali diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad saw. untuk kemudian disampaikan kepada umatnya. Lailatul Qadar juga sering disebut sebagai Malam Taqdir karena di malam itu Allah menetapkan berbagai ketetapan, atau Malam Maqam karena kedudukannya yang mulia.
Rasulullah saw. menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah di malam-malam terakhir Ramadan demi mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar. Dalam salah satu hadisnya, diriwayatkan oleh Aisyah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.” (HR. Bukhari)
Salah satu alasan utama misteri waktu Lailatul Qadar ini adalah untuk menjaga semangat dan motivasi umat Islam dalam beribadah. Jika tanggal pastinya telah diketahui, kemungkinan besar banyak orang akan cenderung hanya beribadah pada malam itu dan mengabaikan malam-malam lainnya. Dengan menyembunyikan waktunya, umat Islam didorong untuk senantiasa meningkatkan ibadah sepanjang sepuluh malam terakhir Ramadan. Ketidakpastian ini menciptakan semangat yang berkelanjutan dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dari sudut pandang praktis, ketidakpastian ini juga berkaitan dengan perbedaan metode dalam penetapan awal bulan Ramadan. Berbagai metode seperti rukyatul hilal dan hisab menyebabkan awal bulan Ramadan tidak selalu sama di setiap tempat. Oleh karena itu, penentuan tanggal pasti Lailatul Qadar pun menjadi lebih sulit.
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Hadis-hadis menyebutkan beberapa tanda alam yang menjadi ciri Lailatul Qadar. Salah satunya adalah cahaya matahari yang tampak lebih redup dan tidak menyilaukan pada pagi harinya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Selain itu, dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa malam Lailatul Qadar terasa terang dan tenang, seakan-akan bulan purnama bersinar terang, dengan udara yang terasa sejuk dan damai.
Meskipun demikian, tanda-tanda ini tidak bersifat mutlak. Ibn al-Munir, sebagaimana dikutip oleh Ibn Hajar, menjelaskan bahwa di masa Nabi Muhammad SAW, salah satu tanda Lailatul Qadar adalah turunnya hujan di malam tersebut. Namun, di tahun-tahun berikutnya, tidak semua Ramadan ditandai dengan turunnya hujan. Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda tersebut dapat bervariasi dan tidak selalu terjadi setiap tahun.
Baca Juga: Jelang Idulfitri, Simak Ketentuan Zakat Fitri Menurut Muhammadiyah
Oleh karena itu, daripada hanya mencari tanda-tanda fisik, lebih baik umat Islam memanfaatkan setiap malam di sepuluh hari terakhir Ramadan untuk beribadah dengan penuh kekhusyukan. Keistimewaan Lailatul Qadar tidak hanya tercermin dari fenomena alam, tetapi juga dari keberkahan ibadah yang dilakukan pada malam tersebut.
Amalan pada Lailatul Qadar
Mengisi malam Lailatul Qadar dengan ibadah merupakan cara terbaik untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan Allah. Beberapa amalan yang dianjurkan di antaranya:
Pertama, Beritikaf di masjid, yaitu berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan beritikaf, seseorang dapat lebih fokus dalam beribadah tanpa terganggu oleh aktivitas duniawi.
Kedua, meningkatkan ibadah dengan memperbanyak salat sunah, membaca al-Quran, berzikir, dan berdoa. Setiap ibadah yang dilakukan pada malam ini memiliki nilai yang luar biasa di sisi Allah.
Ketiga, melibatkan keluarga dengan cara membangunkan anggota keluarga untuk bersama-sama beribadah di malam Lailatul Qadar. Selain mendapat pahala, juga meningkatkan kebersamaan dan keberkahan dalam rumah tangga.
Keempat, membaca doa yang dianjurkan. Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah adalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni. Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai pemaafan, maka ampunilah dosa-dosaku.”
Dengan melaksanakan amalan-amalan ini dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, seseorang dapat memperoleh keberkahan yang besar dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun waktu pasti Lailatul Qadar tidak diketahui, setiap orang yang dengan tulus mencarinya pasti akan merasakan keberkahan dan kemuliaannya. (sa)
Sumber: Tarjih Muhammadiyah & Webmu
4 Comments