Berita

Menghadapi Pemilu 2024, LPPA PP Aisyiyah Kaji Urgensi Peran Perempuan di Sektor Politik

Webinar Politik LPPA PP Aisyiyah

Yogyakarta, Suara ‘AisyiyahLembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PP ‘Aisyiyah menyelenggarakan Webinar Politik “Tantangan ‘Aisyiyah Menghadapi Pemilu 2024”. Kegiatan ini akan mendiskusikan bagaimana peran politik ‘Aisyiyah pada tingkat praksis, utamanya terkait dukungan dan memastikan kader ‘Aisyiyah di berbagai level jelang Pemilu 2024.

Latifah Iskandar, Ketua PP ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa acara ini penting dalam rangka menghadapi pemilu 2024. “Mudah-mudahan Indonesia akan lebih baik. Kemudian, sila-sila dalam Pancasila, khususnya sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu bisa kita wujudkan,” ujarnya.

Webinar politik kali ini menghadirkan beberapa narasumber yang telah terjun di dunia politik, seperti Kepala Desa Sriharjo Titik Istiyawatun, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Andi Yuliani Paris, Titi Anggraini dari Perludem, dan Nurul Amalia selaku Anggota KPU Jawa Timur.

Mengawali webinar, Titik Istiyawatun menyampaikan bahwa niat awalnya maju dalam kontestasi pemilihan lurah di Desa Sriharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah untuk memperbaiki situasi Desa Sriharjo. Menurut dia, kondisi tata kelola desa, baik tentang sumber daya manusia dan alam pada waktu itu carut marut Pemerintah Desa nyata-nyata belum bisa memperikan impact yang kepada masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan.

Niatnya untuk maju menjadi lurah didukung penuh oleh anak-anak muda Sriharjo yang memang menginginkan adanya perubahan. “Kami berangkat dari niat baik untuk membangun desa. Dan insyaAllah aura itu terpancar,” kata Titik, Sabtu (20/8).

Branding  yang ia bangun pada waktu itu adalah kampanye politik tanpa uang. Ia bersama tim lalu mengajak diskusi warga, kemudian membangun mimpi bersama, serta melihat apa yang sebenarnya menjadi tantangan dan persoalan di Desa Sriharjo. Meski begitu, katanya menambahkan, tanpa politik uang pun ongkos politiknya sudah cukup tinggi.

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan Islam Wasathiyah

Ada berbagai tantangan yang ia hadapi ketika memutuskan maju menjadi lurah, mulai dari statusnya sebagai perempuan, pengalaman pertama terjun dalam kontestasi politik, bahkan serangan di luar nalar. Selain itu, godaan untuk berkompetisi dengan jalan politik uang pun cukup berat. “Karena Sriharjo itu sudah sedemikian ramah dengan politik uang. Warga itu biasanya milih ya karena uang,” ungkapnya.

Meski godaan yang demikian berat, ia bersama tim menyampaikan visi misi membangun Desa Sriharjo dan membangun terus membangun branding tanpa politik tanpa uang di depan warga. Konsistensi pada niat baik itulah yang akhirnya mengantarkan Titik memperoleh lebih dari 80% suara, sehingga menempatkannya menjadi Kepala Desa Sriharjo sejak 2018 lalu.

Setelah terpilih, ia pun menghadapi banyak tantangan. Karena itu, ia terus berusaha menjaga niat baik yang sedari awal dibangun, yakni membangun desa dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Andi Yuliani Paris selaku Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyayangkan bahwa ‘Aisyiyah tidak secara eksplisit mendorong kader-kader terbaiknya untuk terlibat dalam kontestasi politik 2024. Padahal, menurut dia, peran perempuan dalam politik amat penting.

Setidaknya ada tiga poin yang ia sebutkan: pertama, menjadi representasi perempuan untuk menyuarakan kepentingan dan hak-hak perempuan; kedua, memberi gambaran dan memperjuangkan keadilan, keseimbangan, dan kesetaraan gender, dan; ketiga, mengisi ruang yang telah disediakan.

Selanjutnya, menurut Yuliani, ada dua tantangan yang perlu dicarikan solusinya guna mewujudkan representasi 30% perempuan di parlemen. Tantangan pertama adalah literasi politik perempuan.  Ia menyayangkan bahwa literasi politik ini masih sangat kurang, sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan tentang politik, hak-hak politik, gagasan dan bahasa politik, hingga peran perempuan di dalam politik.

Adapun tantangan kedua adalah masih sedikit perempuan yang punya popularitas dan elektabilitas di tengah masyarakat. “Masih banyak perempuan yang kurang aktif berorganisasi ataupun mengambil peran strategis sejak di masyarakat sehingga kurang populer,” ungkap Yuliani.

Ia lalu mengajak kader perempuan ‘Aisyiyah untuk ikut terlibat dalam dunia politik. Menurut dia, kader ‘Aisyiyah sebenarnya banyak yang punya potensi dan pengalaman bagus di sektor pendidikan dan sosial. Potensi dan pengalaman itulah yang semestinya diwujudkan melalui jalur parlemen, sehingga menghasilkan gelombang positif yang lebih besar. (sb)

Related posts
Sejarah

Aisyiyah sebagai Panggung Good Governance

Oleh: Mu’arif* Ketika Kiai Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendirikan Muhammadiyah (18 November 1912), yang pertama kali dilakukan bukanlah menawarkan paham keagamaan baru,…
Lensa Organisasi

Lirik Mars Aisyiyah

Wahai warga ‘Aisyiyah sejati Sadarlah akan kewajiban suci Membina harkat kaum wanita Menjadi tiang utama negara Di telapak kakimu terbentang surga Di…
Liputan

Ulama Aisyiyah Memajukan Umat dan Bangsa

Jika dirujuk ke akar katanya, kata “ulama” sebenarnya mempunyai makna yang luas. Kata ‘ulamā’ merupakan jamak dari ‘alīm yang bermakna orang yang…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *