Sosial Budaya

Menghidupkan Semangat Long Life Education dalam Masyarakat

Kartini dan Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Islam

Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimatCarilah ilmu dari ayunan sampai liang lahat – Carilah ilmu, walau sampai ke negeri China

(al-Hadits)

Ketiga hadits tersebut mengisyaratkan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan hukumnya wajib, tidak ada  batasan waktu, jarak, dan usia. Manusia sebagai khalifah Allah memiliki kekuatan akal yang digunakan untuk berfikir, untuk meraih kemanfaatan baik bagi kepentingan dunia, maupun akhirat.  Untuk itu, diperlukan ilmu yang  didapatkan dengan proses belajar. Nabi Adam pun sesudah dinobatkan sebagai khalifah Allah di bumi kemudian diberikan pelajaran oleh Allah tentang nama-nama benda (Q.S. al-Baqarah (2): 30-31). Begitu pula Nab Nuh as., Ibrahim as., Daud as., Sulaiman as., Isa,as., dan Nabi Muhammad SAW. (Q.S. Yunus (10): 57.

Proses Pendidikan Tak Berbatas

Sepanjang hayat manusia tidak terlepas dari berbagai faktor yang membuatnya harus mencari pelajaran yang terkandung dalam sesuatu yang ditemui, disaksikan dan dialami karena keingintahuannya. Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia adalah karunia Allah yang selalu berkembang seolah tanpa batas,  yang kemudian  merupakan perbendaharaan pengetahuan  misalnya ilmu eksakta, ilmu sosial, dan ilmu tentang diri manusia.

Sejak dalam kandungan telah terjadi proses pendidikan. Komunikasi dan rangsangan dari dalam dan dari luar sangat membantu perkembangannya. Pada usia kehamilan 6 (enam) bulan adalah masa yang tepat untuk berkomunikasi  melalui percakapan, nyanyian, musik, dan lain-lain yang dapat membantu proses perkembangan syaraf dan organ lainnya. Begitu pula setelah manusia lahir sebagai bayi dan menjadi balita merupakan masa-masa emas yang sangat menentukan corak kepribadiannya kelak, juga ditentukan oleh pendidikannya.

Pada masa belajar tingkat dasar 9 (sembilan) tahun proses belajar lebih intensif karena akan menentukan pembelajaran berikutnya di sekolah lanjutan atas. Dalam masa-masa tersebut diterapkan sistem pendidikan untuk orang dewasa dengan karakteristik yang berbeda. Pendidikan diarahkan kepada hal-hal yang akan menentukan masa depannya dengan metode belajar aktif, pasif, dan interakif. Kecuali melalui pendidikan formal, juga sangat diperlukan hadirnya lembaga-lembaga pendidikan non formal melalui BLK, PKBM,  pelatihan, kursus dan lainnya..   

Pendidikan pada Usia Lanjut

Proses penuaan tidak bisa dihindari bahkan Rasulullah SAW. menyatakan: “li kulli da-in dawa-un illal haromu” (semua penyakit ada obatnya, kecuali penyakit tua”.  Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa proses penuaan berhubungan dengan kemerosotan fungsi intelektual dan kondisi fisik adalah mitos belaka.

Banyak di antara mereka yang tetap mempunyai kemampuan kognitif (intelektual/berfikir) dan kondisi fisik yang masih cukup baik. (Hawari, Dadang 1997: 244). Proses penuaan pada diri seseorang tidak sama, tergantung pada upaya-upaya seseorang dalam memperlambat proses penuaan sel-sel organ tubuh sehingga fungsinya dapat bertahan lebih lama. Oleh karena itu diperlukan  semangat belajar walaupun di usia lanjut. Kehadiran lembaga-lembaga untuk menyediakan sarananya sangat diperlukan

Pendidikan pada usia lanjut adalah serangkaian proses pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi usia lnjut. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: pertama,  model pendidikannya, kurikulum, serta metodenya; kedua, memperhatikan aspek “narcissism” (kecintaan pada diri sendiri) agar lansia memiliki rasa harga diri dan kepuasan; ketiga, faktor fisiologis seperti pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisik; keempat, faktor psikologis meliputi kecerdasan, motivasi, bakat, dan perhatian;

kelima, metode penyajian disesuaikan dengan tingkat kemampuan fisik dan kecerdasan spiritual dan emosional; keenam, menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan rasa kedamaian, dan keakraban; ketujuh,  menumbuhkan komitmen beragama. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah mengadapi berbagai hal sehingga tidak mengalami gangguan mental. Melakukan ketujuh hal  tersebut akan mampu mewujudkan manusia yang sejahtera di usia senja karena memiliki semangat belajar sepanjang hayat. Sabar adalah mahkota yang paling indah. (Msn)

Tulisan ini pernah dipublikasikan pada Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi 5, Mei 2017, Rubrik Qaryah Thayyibah

Sumber Ilustrasi : https://www.rgbstock.com/photo/mhARSNe/history+lesson+3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *