Aksara

Mengurai Identitas Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaruan

Judul                              : Muhammadiyah Gerakan Pembaruan

Penulis                          : Haedar Nashir

Penerbit                        : Suara Muhammadiyah

Tahun                            : Maret 2010

Halaman                       : xii + 471

ISBN                              : 978-979-3708-76-8

Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab 2 Pasal 4 menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah. Selanjutnya dalam Muktamar Tarjih XXII di Malang pada 1990 dijelaskan secara gamblang bahwa tajdid dalam Muhammadiyah mempunyai dua makna, yakni pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi).

Sementara itu, banyak peneliti menyematkan identitas kepada Muhammadiyah, mulai dari gerakan pembaruan Islam, gerakan kebangkitan Islam, gerakan Islam modern, hingga gerakan Islam progresif. Penyematan identitas itu tentu bukan tanpa alasan. Ada latar historis yang melatarbelakangi.

Membawa Spirit Pembaruan Kiai Ahmad Dahlan

Berdirinya Muhammadiyah pada 1912 tentu tidak dapat dilepaskan dari peran dan spirit pembaruan Kiai Ahmad Dahlan. Pemahaman mendalam Kiai Dahlan mengenai agama Islam diramu menjadi sebuah gagasan dan gerakan sosial-keagamaan yang membumi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Kiai Ahmad Dahlan adalah pembaharu yang menonjolkan dimensi amaliah. Beliau merupakan man of action. Gagasan pembaruannya lebih banyak dimanifestasikan di aras praksis, bukan retoris.

Haedar Nashir mencatat setidaknya ada enam karya amaliah Kiai Dahlan yang menjadi pondasi dan karakter gerakan pembaruan Muhammadiyah, yakni (a) pelurusan arah kiblat; (b) pembinaan umat Islam melalui lembaga pengajian; (c) mempelopori pendidikan Islam modern; (d) mendirikan berbagai lembaga pelayanan sosial-kesehatan; (e) membangun kesadaran literasi dengan mendirikan Taman Pustaka dan Suara Muhammadiyah, serta; (f) mendirikan ‘Aisyiyah (hlm. 118-124).

Baca Juga: Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Mata James L Peacock

Lahirnya karya amaliah tersebut berangkat dari pemahaman agama Kiai Dahlan yang kuat dan pembacaannya atas kondisi sosial-keagamaan umat Islam dan bangsa Indonesia yang mengalami kemunduran. Cendekiawan Muslim Indonesia Nurcholish Madjid sampai mengatakan bahwa apa yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan sebagai individu dan Muhammadiyah sebagai organisasi merupakan suatu lompatan sejarah yang penting.

Akan tetapi, itu Muhammadiyah yang dulu. Dalam forum Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah 2021, Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah 1995-2000 Amin Abdullah mengajukan tanya kepada jamaah pengajian: “pembaharuan seperti apa yang akan dilakukan Muhammadiyah ke depan? Apa tata nilai yang ditawarkan? Apa pendekatan yang digunakan?”

Muhammadiyah Kini dan Nanti

Di tengah krisis multidimensi yang mengintai bangsa Indonesia dan warga dunia, baik di sektor sosial, keagamaan, ekonomi, budaya, dan politik, Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan semestinya proaktif menawarkan gagasan, agenda strategis, dan gerakan yang mencerahkan dan memajukan umat dan bangsa. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari identitas yang dimiliki maupun yang disematkan kepada Muhammadiyah.

Dalam buku ini, Haedar Nashir menjelaskan bahwa Muhammadiyah jangan sampai terlena dengan kilauan prestasi yang diraih oleh para pendahulunya. Daripada terlelap dalam romantisisme masa lalu, Haedar mengajak kader-kader Muhammadiyah untuk mengevaluasi gerak langkah Muhammadiyah selama rentang waktu seabad terakhir.

Baca Juga: Merawat Khazanah Turats: Warisan Muhammad ‘Abduh yang Terlupakan

Muhammadiyah kini dan nanti tidak cukup hanya bergerak di aras praksis seperti halnya gerakan Muhammadiyah abad pertama, tetapi harus melakukan pembaruan yang lebih komprehensif dan sistematik. Tidak cukup hanya dengan “membumi” (memberi jawaban atas problem yang terjadi di masyarakat), tetapi juga harus “melangit” (bersaing di sektor ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara-negara maju) (hlm. 413-414).

Buku ini menyajikan argumen historis dan ideologis yang menjelaskan bahwa Muhammadiyah akan terus konsisten menjadikan tajdid (purifikasi dan dinamisasi) sebagai karakter dan identitas gerakannya. Selamat membaca. (brq)

Related posts
Berita

Hari Pers Nasional 2025, Haedar Nashir Sampaikan 6 Poin Refleksi

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Muhammadiyah menyampaikan Selamat atas Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh pada 9 Februari 2025. Peringatan tersebut dimaknai sebagai…
Berita

Harlah ke-102 NU, Muhammadiyah Beri Selamat

Jakarta, Suara ‘Aisyiyah – Keluarga besar Muhammadiyah menyampaikan selamat atas hari lahir (harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP)…
Berita

Launching Buku Kewirausahaan, Haedar Nashir: Muhammadiyah adalah Pelopor Gerakan Kewirausahaan Sosial

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyebut, Muhammadiyah adalah pelopor gerakan kewirausahaan sosial (social entreprise) di…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *